22 November, 2020 Jakarta Pusat. Resital Piano Benjamin Martin.
Setelah melihat foto yang dikirimkan oleh Jihoon, Soonyoung (yang sebenarnya sudah siap, bahkan ia sudah ada di dalam mobilnya) langsung menyalakan mobil dan berangkat menjemput Jihoon. Sedikit repot sebetulnya, Soonyoung yang dari Jakarta Pusat harus menjemput Jihoon yang rumahnya ada di Jakarta Selatan, sedangkan acara yang akan mereka datangi ada di Jakarta Pusat. Kalau Hansol bilang “gak papa tum, berjuang berjuang ..... ” dan seterusnya, itu Hansol nyanyi lagu Roma Irama tapi yang Hansol dan Soonyoung bayangkan adalah suara orang lain yang sering ia dengarkan yaitu komedian dari sunda kang ohang, merupakan satu-satunya video yang Hansol dan Soonyoung selalu tonton setiap kumpul. sering, tapi mereka tetap tertawa. salah satu hal yang membuat Hansol dan Soonyoung klop. – skip
Kembali ke agenda Jihoon dan Soonyoung. Ada banyak yang sudah Soonyoung rencanakan, agenda pendekatannya akan di mulai dengan menonton resital bersama, lalu setelah selesai ia akan mengajak Jihoon untuk makan malam di Jakarta Selatan, dia sudah menanyakan tempat makan yang paling enak di Jaksel kepada Mingyu. Soonyoung berharap proses pendeketannya dengan Jihoon akan berjalan dengan lancar. Meskipun Soonyoung selalu mengingatkan dirinya kemungkinan-kemungkinan paling buruk yang akan ia hadapi, namun seperti yang dikatakan Hansol dan juga video favoritnya “berjuang.. berjuang......” – skip lagi.
Selama perjalanan menuju rumah Jihoon, Soonyoung terus memikirkan “gua ngomong apa ya kalau udah makan malam”. Lalu, ia berbicara sendiri seolah-olah sedang berbicara dengan Jihoon dengan menerka-nerka bagaimana respon dari lawan bicaranya itu. Sampai akhirnya Soonyoung menemukan kata-kata yang sudah tepat (menurutnya) untuk dibacarakan dengan Jihoon.
16.15
Soonyoung sudah sampai di rumah Jihoon, ia sedang menunggu Jihoon untuk keluar. Tidak begitu lama dari Soonyoung mengirimkan pesan kepada Jihoon untuk segera keluar rumah, Jihoon sudah berada di pinggir Soonyoung. Kali ini, mungkin karena sudah terbiasa, Jihoon duduk dengan nyaman.
“yuk berangkat” katanya.
Tidak ada hal-hal yang mengesankan yang mereka lakukan di dalam mobil. Seperti biasa, Jihoon akan memainkan handphonenya dan Soonyoung fokus menyetir. namun, sekarang setidaknya sudah ada kemajuan. Pertama, Jihoon duduk dengan nyaman dan kedua, Soonyoung kadang suka bertanya beberapa pertanyaan basa-basi yang (untungnya) dijawab oleh Jihoon, sehingga perjalanan Jaksel ke Jakpus tidak membosankan dan canggung lagi.
17.30
Mereka datang tepat waktu. Disana sudah banyak sekali orang yang sedang antri untuk masuk ke dalam hall. Soonyoung memberikan tiketnya, sedangkan Jihoon hanya perlu menunjukan kartu registrasinya, karena peserta lomba diberikan keuntungan untuk menonton resital piano secara gratis.
Soonyoung dan Jihoon duduk di lantai 2, agak jauh sebetulnya tapi mereka masih bisa melihat para pemain musik dengan jelas. Semuanya sudah diset sebegitu indah, dari cara penempatan piano dan penempatan alat musik lainnya. Terlalu indah untuk Jihoon lewatkan momen ini. Ketika pianis itu muncul, Jihoon tersenyum sembari memandangnya dengan lekat, seperti melihat sosok yang selama ini ia kagumi, Jihoon tidak memalingkan pandangannya barang sedetikpun. Soonyoung? tentu saja ia abaikan.
“kalau gue masuk final, gue bakal bawain ini” bisik Jihoon kepada Soonyoung ketika pianis membawakan Mozart : Piano concerto no 21, K.467
“good luck” bisik Soonyoung yang dibalas anggukan dan senyuman dari Jihoon
Tidak ada orang teriak, tidak ada orang yang berbicara, tidak ada dorong-dorongan antar penonton. sangat berbeda dengan konser terakhir yang Soonyoung datangi. Dia seperti memasuki dunia yang baru, terbalik dengan apa yang selama ini ia rasakan. sepanjang matanya memandang, Soonyoung hanya bisa melihat orang-orang yang fokus mendengarkan, menikmati musik dengan tenang. Bertepuk tangan ketika musik berhenti. Dan, iya itu membuatnya sangat takjub.
Soonyoung selalu menyempatkan untuk melihat ke arah Jihoon, memperhatikan orang yang duduk dipinggirnya. Ia bisa melihat kalau Jihoon sangat mencintai dunianya ini, matanya selalu berbinar, kadang jari-jarinya ikut bergerak seolah-olah ia sedang bermain piano, sangat menggemaskan.
“seneng?” tanya Soonyoung, baru saja resitalnya selesai. orang-orang sudah mulai keluar dari hall, Soonyoung dan Jihoon masih diam di tempat duduk.
“seneng lah, itu tadi pianisnya bawain karya terbarunya juga. Hebat banget”
“syukur deh kalau lu seneng, mau langsung pulang? kita makan malem dulu”
“ayo, laper hehe” jawab Jihoon, dan mereka berdua keluar dari hall.
Ada banyak hal yang ingin Soonyoung ketahui mengenai Jihoon, bukan lagi tentang pandangannya mengenai dunia secara general. Tapi untuk sekarang entah kenapa setelah tadi melihat Jihoon sangat senang ketika menonton resital, Soonyoung ingin mengetahui lebih jauh mengenai pandangan Jihoon terhadap 'dunianya' sendiri yang bisa saja tidak akan ia pahami seutuhnya, tapi setidaknya Soonyoung ingin tahu.
“gua baru tau, kalau juara pertama bakal dapat beasiswa buat summer course di luar negri” Soonyoung memulai percakapan di dalam mobil, Jihoon saat itu sedang fokus memainkan handphonenya, ia langsung berhenti dan menoleh melihat ke arah Soonyoung.
“iya, memang dapet beasiswa kan. Keren banget”
“lu berarti bakal ke Prancis kalau menang?”
“iyalah, tujuan hidup gue buat menang dan dapet beasiswa tercapai”
“tujuan hidup?” tanya Soonyoung
“Ya, meskipun masih banyak tujuan gue yang lain.... tapi menang dan dapet beasiswa itu tujuan paling utama dalam hidup gue”
“gua kira tujuan hidupnya bisa ngadain konser piano gede-gedean gitu”
“itu juga mau sih, pengennya. Tapi menurut gue, itu bonusnya dari usaha gue ngikutin lomba dan ikutan summer course sehingga gue bakal dapat validasi dari orang banyak”
“penting banget emang dapet validasi dari orang lain?”
“pentinglah, salah satunya untuk bisa ngadain konser dan kalau gue udah dapet validasi dari banyak orang.... ayah juga bakal ngelihat gue....ya pokoknya itu penting apalagi kalau gue jadi duta musik Indonesia”
“hm.... okey... keren”
“hahaha ya emang keren” kata Jihoon
“lu seneng banget ya?”
“moodnya lagi baik”
Soonyoung kembali fokus menyetir, masih ada pertanyaan dan masih ada hal yang ingin ia gali. Tapi, ia takut merusak mood Jihoon yang katanya sedang baik itu, sehingga ia mengurungkan niatnya untuk bertanya lebih lanjut. Akan ada waktu dimana ia berani untuk bertanya lebih dan Jihoon menjawab dengan detail semua pertanyaan Soonyoung, atau mungkin (semoga saja) akan ada waktunya ketika Jihoon yang memulai bercerita sendiri tanpa Soonyoung tanya terlebih dahulu.
Makan malam kali ini, Soonyoung mengajak Jihoon ke restoran yang khas dengan makanan nusantaranya. Sesuai info yang diberikan oleh Mingyu, kalau Jihoon itu sebetulnya sangat menyukai berbagai jenis sate dan betul saja ketika mereka memesan makanan, Jihoon memesan sate maranggi dan juga sate lilit. semoga moodnya terus baik sampai selesai makan malam karena (jujur) dikepala Soonyoung hanya memikirkan bagaimana caranya ia berbicara kepada Jihoon, tanpa merusak mood Jihoon yang begitu baik hari ini.
“kenyang” Jihoon baru saja menghabiskan satenya. Soonyoung sendiri sudah selesai dari tadi.
“sebentar ya, jangan langsung pulang gue kekenyangan” lanjut Jihoon
“kalau gua sih santai, lu tuh harus balik jam sepuluh, tapi masih lama juga sih ke jam sepuluhnya”
hening... Jihoon melihat ke arah Soonyoung
“makasih ya” katanya
“sama-sama” jawab Soonyoung, tidak mau bercanda lagi ketika Jihoon mengatakan terimakasih, takutnya dia malah jadi 'males' lagi mengucapkan kata itu.
“jihoon....”
“apa?”
“maaf kalau kesannya gua keterlaluan atau terlalu ikut campur urusan lu, tapi....Jihoon, lu sekarang gak cuman punya Mingyu, lu bisa minta bantuan ke gua, bisa minta antar jemput ke gua, lu bisa main sama gua, ngelakuin hal-hal yang mau lu lakuin sama gua... banyak deh”
“soonyoung...bukan gitu, bukan cuman gue bisa ngelakuin hal apa aja dengan lo. Tapi gue sendiri gak yakin sama lo”
“kenapa gak yakin?”
“sorry tapi bukan cuman sama lo kok, tapi sama semua orang juga kecuali Mingyu, karena gue gak ngerti kenapa orang harus bisa yakin dan percaya untuk main dan berbagi kebahagiaan sama yang bukan temen lo”
“kalau gitu ayo kita temenan” ajak Soonyoung
“lo tuh ya.... kenapa harus temanan sama gue? kenapa lo baik sama gue?”
“berbuat baik kan kagak perlu ada alasannya”
“tapi gue butuh alasan, kenapa lo baik? yang gue pahami setiap orang itu akan berbuat baik kalau ada maunya, lo gak usah muna. ngomong aja, lo maunya apa?”
“okey, alasannya gak aneh-aneh ko cuman biar bisa lebih bahagia aja” Jihoon mengerutkan dahinya mendengar jawaban Soonyoung
“biar lu seneng, gua seneng, Mingyu juga seneng.........gua gak ada niat lain, gua kagak bakalan maksa lu untuk berubah jadi Jihoon yang mau temenan sama orang banyak, jadi Jihoon yang suka nongkrong sama temen-temen gua yang banyak banget itu, kagak bakalan. Gua cuma mau lu jadi temen gua, itu aja” lanjut Soonyoung
Jihoon terlihat berpikir sebentar, Soonyoung sudah selesai bicara, sekarang giliran Jihoon.
“Okey, tapi gue gak yakin lo bakal tetep mau jadi temen gue, atau bakal pergi juga. lo taukan, gue itu bisa jadi temen yang nyebelin cuman Mingyu yang paham gue meskipun gue kadang gak paham sama Mingyu”
“gua gak akan bilang gua yakin bisa memhami lu, tapi gua mau jadi temenlu, gua kagak bakalan pergi, gua bakal cari jalan buat bisa memahami lu”
“okey, kalau suatu hari nanti lo capek dan muak sama gue. Jangan sungkan buat pergi, karena gue sendiri gak terlalu berharap banyak”
“ok, temenan berarti?”
“okey” jawab Jihoon singkat
“selamat ulang tahun Jihoon, kado tahun ini lu punya temen baru”
“cringe ih tapi k-ko ? bisa tahu?” Soonyoung hanya tersenyum.
“pasti Mingyu ngasih tau ya?” tanya Jihoon lagi
“kaga orang gue liat di berkas lo pas daftar ulang”
“makasih, karena udah ngucapin... jadi gue punya tiga kali ucapan happy birthday tahun ini, biasanya cuman dua kali” kata Jihoon.
“kalau temen gua pada ngucapin selamat ulang tahun ke lu gak papa?”
“nanti mereka nuntut mau temenan juga gak sama gue?”
“kagak bakalan, kalaupun ada, tapi lu gak nyaman, ya gak usah” Jihoon mengangguk, merasa setuju dengan yang Soonyoung katakan.
“Pencapaian seorang Lee Jihoon punya temen baru itu luar biasa banget kan? selamat ya”
“hehe makasih”
Soonyoung merasa lega, rencananya berjalan dengan lancar. Hal-hal yang ia khawatirkan tidak terjadi, semuanya masih berjalan sesuai dengan yang Soonyoung inginkan. Dalam hatinya ia selalu mengatakan “Kwon Soonyoung selamat telah berteman dengan Lee Jihoon”
ps. ini harusnya di upload hari minggu pas Jihoon ulang tahun, tapi kondisi aku yang lagi bla bla bla banget waktu itu jadinya gak bisa post. maaf atas keterlambatan updatenya.
pss. video komedian ohang bisa di cari di youtube keyword nya “ ohang nyanyi berjuang”