ada satu kalimat yang menipu soonyoung dan mereka yang tidak tahu. awalnya dimulai dengan kata kesepian. dilanjutkan dengan kisah tiga tahun setelah soonyoung dan jihoon berpisah untuk yang pertamakalinya. ketika jihoon mengatakan kalau pacarnya (tentunya bukan soonyoung) yang sudah menjalin hubungan dengannya dari tahun 2014 pun sudah tidak bersamanya lagi. ditambah dengan penjelasan kalau mereka berpisah setelah satu tahun kepergian soonyoung. — [loslaten phase 2 narasi pertama]

kebohongan itulah yang jihoon sampaikan kepada jisoo dan juga seokmin delapan tahun yang lalu. tapi dengan berjalannya waktu, jisoo mengetahui kebeneran yang selalu jihoon tutupi, kalau jihoon tidak pernah menjadikan soonyoung sebagai selingkuhannya, kalau jihoon tidak memiliki siapapun ketika dia setuju dengan ajakan soonyoung untuk menjadi pacarnya.

kembali ke masa lalu. setidaknya beberapa kenangan itu soonyoung putar kembali dalam memorinya. soonyoung ingat-ingat, bagaimana dulu cara jihoon memperlakukan dirinya.

mungkin sekitar lima menit, setelah dia berkelana ke masa lalu yang cukup menyenangkan (baginya), soonyoung tersentak, entah oleh rasa bersalah atau karena momen 'oh jadi gitu' karena telah menemukan sesuatu yang sebelumnya dia tidak tahu.

ketika dia berdiri, membuka pintu kamarnya dengan sedikit keraguan, berharap orang yang selalu ia panggil dengan sebutan bocil itu sudah pulang karena kalau belum soonyoung akan lebih merasa bersalah telah membiarkan dia menunggu kurang lebih satu jam lamanya. tapi di sisi lain, soonyoung lebih merasa bersalah lagi kalau sampai jihoon pulang sendirian, tengah malam sedang hujan pula.

jihoon masih ada di rumahnya, di sana. soonyoung bisa melihat kepalanya, dia masih duduk di sofa. sendirian.

“wisuda ka soonyoung bisa diundur gak ya? sehari aja”

soonyoung, berhenti melangkah ketika ia mengingat kembali isi pesan dari jisoo. selama ini, yang soonyoung tahu jihoon selalu mendukungnya untuk cepat-cepat menyelesaikan skripsinya, selalu menyemangati soonyoung, memberikan selamat atas kelulusan kepada soonyoung dengan kata-kata yang bijak dan soonyoung simpulkan kalau jihoon cukup kuat untuk menghadapi perpisahan mereka delapan tahun yang lalu.

seandainya soonyoung tahu, kalau setiap malam mendekati hari wisudanya, jihoon merasa putus asa. semuanya terasa terenggut seutuhnya bahkan dengan segala persiapan yang sudah jihoon lakukan, dia masih ingin memperpanjang waktu meskipun satu hari saja untuk bisa bersama soonyoung.

disela-sela pikirannya yang masih memproses informasi baru dari jisoo, soonyoung perlahan melangkah lagi, mendekat kepada jihoon yang mungkin tidak sadar dengan pergerakan soonyoung dibelakang.

hal yang pertama soonyoung lihat adalah layar handphone jihoon yang menunjukan kalau pencarian driver gagal. lalu, soonyoung sadar kalau jihoon yang sedang duduk di ruang tengah pada jam satu malam sendirian dengan AC menyala dan keadaan di luar yang masih hujan membuat jihoon terus menggerakan kakinya karena kedinginan.

“cil” panggilnya dan jihon melihat ke arah soonyoung.

jihoon tidak berbicara, dia hanya menatap soonyoung lalu beralih mengotak-ngatik handphonenya lagi.

“gak ada yang ambil, mungkin karena hujan dan udah malem. aku ikut di sini dulu sampai jam 5, mungkin nanti ada yang ambil” jihoon berbicara dengan lancar, seperti biasa. tipikal seorang lee jihoon yang selalu terlihat kuat. meskipun, malam ini dia sudah tidak se-kuat delapan tahun lalu karena ketika dia berbicara ada tangan yang mengusap air matanya sendiri.

“cil. sumpah. maaf” soonyoung duduk di lantai, melepaskan handphone dari tangan jihoon dan ia genggam tangan jihoon sebagai gantinya.

“aku juga minta maaf” jihoon menatap soonyoung.

“karena, aku takut kamu tinggalin lagi. sampai tadi aku juga gak sadar udah bawa-bawa cici, padahal cici selalu dukung hubungan kita. gak tau aku cuman —”

soonyoung duduk di sampingnya dan memeluk jihoon, yang sedang dipeluk tidak melanjutkan perkatannya. merasakan rasa bersalah dari soonyoung membuat jihoon juga ikut berpikir tentang apa yang telah ia katakan tadi.

“maaf cil”

hanya kata itu yang dapat soonyoung ucapkan ketika ia memeluk jihoon, mengelus pelan kepalanya. saling menenangkan satu sama lain, karena mereka tahu bahwa satu jam yang lalu mereka sedang emosi, egonya sudah siap menghancurkan setiap harapan yang mereka bangun.

setelah soonyoung sudah merasa dirinya cukup tenang. ia mengajak jihoon untuk tidur di kamarnya. selama berjalan ke kamar, soonyoung tidak mau melepaskan tangan jihoon.

“tidur” katanya mempersilahkan jihoon berbaring.

ini tidak sedingin di ruang tengah, duduk di sofa, sendirian.

lalu mereka sudah berbaring di atas kasur, masih saling menggenggam. banyak hal yang ingin disampaikan, banyak hal yang ingin mereka luruskan.

“gue, terlalu cemburuan. gue minta maaf cil, bisa-bisanya gue malah ninggalin lo pas tengah malem dalam keadaan ujan. gue terlalu kebawa sama omongan seungcheol”

“aku percaya sama kamu ko ka, seratus persen, seutuhnya. tadi aku juga malah ikut-ikutan panasin kamu, bawa-bawa cici sama lala, aku juga salah. aku cuman—”

“takut ditinggalin gue lagi?” tanya soonyoung

dan jihoon mengangguk, mengiyakan apa yang soonyoung pertanyakan.

“gue juga sama cil, makanya gue kesel banget sama si seungcheol, please kalau ada apa-apa cerita ke gue jangan ke si seungcheol, kalau dia tanya-tanya lagi tentang hubungan kita jangan dijawab aja. gue kesel banget sumpah sama tu orang”

“okey”

“nanti ngomong apa lagi yang lo gak suka, pelan-pelan. biar gue juga usahain ngikutin maunya lo”

“okey, aku sebenernya ngerti sih sama hubungan baik kamu dan cici, tapi tadi gak tau, aku juga jadi aneh sendiri”

“gak papa, berantem pertama kita”

“iya”

bahkan setelah mereka meminta maaf pun, jihoon dan soonyoung masih merasa tidak tenang. semuanya sudah saling mengerti, tapi ketakutan mereka masih ada.

semakin dewasa bukannya semakin mudah menjalani kehidupan percintaan, bagi mereka malah semakin rumit. terlalu banyak 'orang lain' yang ikut serta sebagai bahan pertimbangan dan mereka semua orang yang cukup penting, mereka memiliki peranan yang kuat dalam kehidupan masing-masing. karena kehidupan soonyoung dan jihoon sudah pernah berjalan secara masing-masing dalam jangka waktu yang lama.

“lo suka banget ya cil sama gue?”

“iya, emang bodoh si jihoon ini”

“gue juga suka banget sama lo, beneran dah, makasih ya cil dan maaf kalau gue cuman bisanya kaya gini doang”

jihoon bahkan selalu menganggap kalau soonyoung sudah lebih, lebih dari cukup dari apa yang dia inginkan untuk ada dihidupnya. untuk menjadi orang yang akan selalu jihoon nanti-nanti untuk menghabiskan setiap ulang tahunya.

dan kalau kata soonyoung, jihoon itu orang yang akan selalu dia inginkan untuk ada menamaninya ketika natal, ketika ia berdo'a dan ketika ia menjemput lala dari sekolah.

impian mereka tentang satu sama lain, hanya ingin ditemani dan menemani.