daily life

notes sebelum membaca : – pertama-tama, terima kasih sudah menyempatkan datang dan mengambil hadiah kecil dari aku – bacanya kalau sudah sampai rumah ya atau dimanapun yang penting sudah nyaman hehe – mohon jangan dishare link ini karena nanti akan aku re-post di akun twitter. jadi ini special buat kalian yang bisa baca duluan ya. so once again don’t share the link – a part of anniversary project 2/3 (satsun version) – kalau sudah baca dan mau share ke twitter boleh tapi jangan linknya ya, mungkin boleh potongannya aja. – happy reading!!

chapter 1 : organisasi

soonyoung pernah bilang “keren banget kan? dari cuman ketemu hari sabtu dan minggu doang sekarang jadi setiap hari”. sebuah fakta peningkatan jumlah hari yang ketara ini, dari dua hari menjadi tujuh hari dan perlu dicatat kalau bukan hanya dalam beberapa jam saja tapi full selama dua puluh empat jam.

banyak sekali hal yang berubah dari kegiatan sehari-hari mereka dan memang harusnya seperti itu. ketika dulu soonyoung di pagi hari bangun, pergi ke kampus, ngumpul dengan teman organisasinya, selesai. sekarang setelah lulus kuliah dan bekerja serta ada jihoon disampingnya, kegiatannya jadi lebih padat. bangun, sayangin jihoon, sarapan, pergi kerja dan jangan lupa tetap memberikan perhatiannya kepada jihoon, pulang, lalu sayang-sayangan lagi sama jihoon baru tidur.

jihoonpun sama, bangun terus sayang-sayangan sama soonyoung, mengajar les piano, kadang pas jam istirahat suka video call soonyoung, menunggu soonyoung pulang terus sayang-sayangan lagi setelah itu mereka tidur.

contoh singkat dari kehidupan mereka selama ini. jangan lupakan dengan kegiatan malam minggu mereka dan kegiatan bulanan soonyoung yang masih saja aktif mengikuti organisasi di mantan kampusnya.

kalau kata hansol, dia masih tetap membutuhkan soonyoung meskipun sekarang dirinya sudah menjadi ketua umum di organisasi pergerakan dan soonyoung dengan senang hati masih mau membantu sebagai pertanggung jawaban alumni dan juga rasa tanggung jawab personal kepada kader didikannya.

misalkan, ketika malam pengkaderisasian yang dilakukan satu tahun sekali, soonyoung selalu menjadi fasilitator yang memberikan materi mengenai organisasi tersebut. jadwalnya dari hari sabtu sampai minggu sore. kalau hari sabtu sampai malam soonyoung bagian menjadi pemateri dan menjelaskan banyak hal sedangkan di hari minggu dia menjadi salah satu yang memberikan pandangannya mengenai aksi dan menjelaskan berapa pentingnya aksi bagi mahasiswa.

dan kalau dulu, soonyoung kemana-mana sendiri sekarang ada jihoon yang suka ikut kemanapun soonyoung pergi. awalnya jihoon masih ogah-ogahan, mengikuti soonyoung dengan sedikit terpaksa hanya karena alasan kalau dia takut sendiri di rumah jadi lebih baik ikut saja dengan suaminya itu. bahkan ketika ditanya oleh jinjin “yakin lu mau ngikut? nanti harus begadang tau” jihoon hanya mengatakan “ya gak papa lah” tapi setelah itu ketika soonyoung menjelaskan materinya, jihoon banyak mengeluh pegel dan mau tiduran kepada jinjin.

yang sedang menjelaskan di depan hanya tersenyum dan kadang melihat sekilas ke arah kesayangannya itu.

jika diceritakan secara rinci, munkin ini yang terjadi pada hari sabtu dan minggu mereka, dengan kegiatan yang berbeda dari sebelumnya ketika mereka pendekatan –atau lebih tepatnya agenda soonyoung mengejar jihoon.

sabtu, jam 08.00

“udah belom?” tanya jinjin kepada jihoon ketika dia baru saja masuk ke dalam rumah milik soonyoung.

“sabar kali jin, tuh dia juga masih mandi” jawab jihoon, masih dengan kegiatannya yang sedang nonton tv sambil memakan permen yupi.

“dia-dia, punya nama tuh suami lu”

jihoon menatap jinjin malas “iyaaa, suami gue lagi mandi dulu sabar”

“dih hahaha panggil namanya dong, masih gak berani lu?”

“tau ah jin, jail banget si. pacar lo gak ikut?”

“kalau si joy lagi dapet gak akan bisa diajak kemana-mana, dia butuh tidur seharian” mendengar hal tersebut jihoon menahan tertawa pelan.

ngomong-ngomong mengenai jihoon dan teman-teman soonyoung, setelah tragedi ngomongin mantan soonyoung di timeline twitter pada saat jihoon mengabarkan soal tunangan, saat ini jihoon sudah tidak apa-apa dan kembali berteman dengan mereka. semua twitternya sudah diunblock, kadang teman soonyoung datang dan main, jihoon suka ikut mengobrol. jadi semuanya sudah baik-baik saja, seharusnya seperti itu. tapi tetap, jika jihoon dan joy memang dari sananya aura pertememanan mereka sedikit suram. sedikit-sedikit saling jutek-jutekan, nada bicara ke satu sama lain lebih tinggi dibanding nada bicara ke orang lain. intinya joy dan jihoon itu berteman tapi masih seperti tom and jerry. kata soonyoung “mungkin cara bertemannya memang unik, saling nyolot terus-terusan”

“sudaaah?” tanya jihoon ketika melihat suaminya baru keluar dari kamar mandi, rambutnya masih basah. secara otomatis soonyoung memberikan handuk kecil kepada jihoon dan langsung duduk dilantai supaya jihoon bisa mengeringkan rambutnya.

jangan lupakan posisi jinjin yang sedang di depan mereka.

“gua jam satu siang kan jin? kagak ada perubahan?” ini soonyoung sedang menanyakan jadwal dia menjadi pemateri.

“gak ada tum aman, acaranya gak ngaret”

“mantap hansol” jawab soonyoung

“hari ini materinya apa?” itu jihoon yang bertanya

“sejarah organisasi” jawab soonyoung

“ooh, okeey … habis itu?”

“jam delapan malam tentang membangun kepercayaan diri, supaya bisa orasi, debat, pidato dan sebagainya”

“habis itu?” tanya jihoon lagi, tangannya sudah berhenti mengeringkan rambut soonyoung, jihoon semakin mencondongkan badannya sehingga pipi miliknya kini sudah menempel dengan pipi soonyoung.

“jam sepuluh, kita ada simulasi sidang. sayang” jawab soonyoung dengan tenang ketika jihoon selalu saja bertanya secara runtun seperti ini, ditambah dengan ciuman di pipi yang wajib soonyoung lakukan ketika jihoon dengan sengaja sudah menempelkan pipinya pada pipi soonyoung. itu kode keras kalau pagi ini soonyoung belum memberikan ciuman kepada jihoon.

“maaf tadi malah langsung ke kamar mandi” kata soonyoung spontan, paham dengan apa yang telah dia lewatkan.

“gak apa-apa” dan jihoon membalas ciuman di pipi itu dengan ciuman singkat di bibir soonyoung.

“semangat mas suami jadi pematerinya hari ini, nanti aku temenin dibelakang ya hehe” tambah jihoon yang dibalas anggukan dengan penuh senyum oleh soonyoung.

“time out anjir time out” jinjin berdiri dari duduknya, hendak protes dengan apa yang dia lihat.

“buset dah gue udah punya pacar tiap liat kalian begini tetep aja ngerasa jomblo anjir, ngenes”

“padahal udah sering juga jin lihatnya”

“iya sih, tapi tetep aja anjir. ini kalau si mingyu ada disini, rame udah gua sama dia”

“emang duo berisik lo berdua” hanya itu respon jihoon pada perkataan jinjin.

bukan hanya jinjin yang merasa kalau –meskipun sudah terbiasa dengan pemandangan bucin ketum kepada jihoon tapi tetap saja mereka yang melihat akan tidak kuat dengan sendirinya. bukan karena iri atau bagaimana, bisa jadi iri 10% sisanya gemes sendiri.

sabtu, jam 13.00

perjalanan yang ditempuh kurang lebih satu setengah jam. soonyoung yang menyetir dan jihoon disampingnya. jinjin duduk dibelakang dengan beberapa barang dan makanan yang akan mereka berikan kepada jajaran baru organisasi.

saat ini soonyoung sedang menjelaskan materi yang sudah ia siapkan. jihoon sendiri duduk dibelakang para anggota baru yang belum resmi bergabung, dengan seksama mereka memerhatikan apa yang sedang soonyoung sampaikan.

dan seperti biasa, seperti pengalaman jihoon sebelum-sebelumnya. dari sekian banyaknya peserta anggota baru ini akan selalu ada omongan yang membuat jihoon kesal. dari sekitar empat puluh orang, orang yang duduk paling dibelakang tidak jauh dari tempat jihoon duduk, sedang bisik-bisik kepada temannya.

“jujur, gue gagal fokus”

“sama anjir”

“kalau ketum jaman kita kaya gitu, gue bakal jadi yang paling aktif, duduk paling depan dalam setiap pertemuan”

“sama hahaha”

inti dari bisik-bisik tersebut, mereka belum tahu kalau soonyoung sudah menikah. dengan keadaanya seperti sekarang, pasti tidak akan ada yang menyangka kalau soonyoung sudah mempunyai suami, karena selain dirinya belum ada lagi yang mengikuti jejaknya menikah muda.

saking teman-temanya banyak yang jomblo, mungkin anggota baru menganggapnya soonyoungpun sama. makanya, kadang suka ada yang terang-terangan menunjukan rasa sukanya kepada soonyoung.

bahkan diakhir acara, ketika disuruh menuliskan panitia ter-favorit, panitia terganteng, panitia terbaik, dan sebagainya. nama soonyoung pasti ada disana menjadi juara pertama, meskipun dia bukan lagi panitia. sudah beberapa kali, seorang alumni mengalahkan panitia asli dalam vote. memang pesona ketua umum dari soonyoung masih belum pudar meskipun secara organisasi namanya bukan menjabat sebagai ketua umum lagi.

dan itu yang membuat jihoon semakin semangat mengikuti kegiatan soonyoung yang satu ini. pertama, jihoon ingin tahu apakah soonyoung masih saja banyak disukai orang, dan itu selalu terbukti di depan mata jihoon kalau suaminya ini masih sekeren dan banyak yang menyukai. kedua, jihoon suka ketika soonyoung dnegan terang-terangan menunjukan kasih sayangnya kepada jihoon didepan orang lain secara sengaja maupun tidak sengaja, sehingga membuat orang lain berpikir kalau “oh ternyata mantan ketum kita ini sudah memiliki kekasih”. terkahir, yang ketiga. momen yang sangat jihoon sukai adalah ketika diakhir acara dan diakhir pemberian materinya, soonyoung selalu mengatakan “terima kepada panitia yang sudah mengadakan acara ini, semoga lancar kalau ada perlu apa-apa boleh langsung tanya ke saya atau ke jinjin atau ke alumni yang lain. terima kasih juga kepada para almuni yang masih semangat dan mengikuti perkembangan organisasi ini. terima kasih kepada teman-teman kader baru yang sudah siap bergabung dengan organisasi terbaik. sebagai pengingat kepada teman-teman semua bahwasanya alumni adalah bukti nyata kalau kedekatan kami tidak akan berhenti meskipun kami sudah lulus dari kampus. terakhir, terima kasih kepada jihoon, suami saya. yang sudah menemani saya sampai hari ini –”

suara ketawa dari alumni dan panitia yang sudah tahu dan suara kaget dari orang-orang yang baru tahu tentang mereka merupakan sebuah bentuk kemenangan bagi jihoon, ditandai dengan senyumnya yang begitu tulus sampai matanya menjadi hilang. dan jihoon akan selalu berterima kasih atas hal itu, soonyoung tidak pernah memberikan celah kepada siapapun untuk mendekatinya.

sabtu, 22.00

jihoon sudah paham, kalau simulasi sidang tidak pernah selesai dalam waktu dua jam. paling sebentar itu empat jam. oleh karena itu, jihoon duduk disamping soonyoung. tugas soonyoung saat ini hanya memantau dan memastikan kalau simulasi sidang ini berjalan dengan benar.

waktu terus berjalan, pasal demi pasal sudah dibahas. ada yang mulai mengantuk ada yang sudah beberapa kali ke toilet dan ada jihoon yang sudah menyenderkan kepalanya di bahu soonyoung. matanya sudah mulai susah untuk dibuka. sedangkan soonyoung masih terjaga sambil membolak balik fotocopy-an mengenai pembahasan simulasi sidang kali ini.

dalam simulasi sidang, semalam apapun mereka melakukannya akan selalu ada momen yang membuat mereka kembali terjaga. sebuah interupsi dari soonyoung misalkan.

“kenapa langsung ketuk palu begitu saja? menurut pimpinan sidang memang hal tersebut masuk akal?”

dan ya, mungkin karena mereka tahu siapa itu soonyoung dari segi keorganisasiaan eksternal dan internal kampus. dan mereka paham siapa soonyoung jika sudah disandingkan dengan kata “debat”. orang-orang bilang inilah yang dinamakan dengan “mental menciut dengan hanya satu perkataan” lebih tepatnya mereka yang ditanya soonyoung akan bingung karena setiap jawaban yang diberikan akan dijadikan pertanyaan selanjutnya untuk soonyoung, terus sampai soonyoung menemukan jawaban yang menurutnya memuaskan dan bisa dipahami atau sampai penjawab menyerah dengan sendirinya.

disampingnya jihoon hanya mendengarkan, dia masih suka kaget sendiri ketika soonyoung tidak pernah mau kalah dalam pembincaraannya. soonyoung yang dia lihat disini adalah soonyoung yang mutlak. semua yang soonyoung katakan semuanya benar dan memang harus begitu jalannya. sangat berbeda dengan soonyoung yang jihoon kenal, mendengarkan jihoon terus, selalu mengalah sama jihoon, nada bicaranya juga selalu lembut.

“galak” bisik jihoon kepada soonyoung, ketika sang pimpinan sidang sudah menyerah menjawab pertanyaan dari soonyoung. soonyoung tidak menjawab, dia hanya mencium kepala jihoon pelan.

“aku ngantuk” kata jihoon lagi

“mau tidur duluan?” dijawab anggukan oleh jihoon

“yaudah pindah dulu, yuk aku antar”

dan setelah mengantar jihoon ke ruang panitia pada jam satu malam, soonyoung kembali ke ruang simulasi sidang itu dilakukan. sampai akhirnya dia baru bisa kembali ke ruang panitia tidur disamping jihoon tepat pada jam lima pagi.

minggu, jam 09.00

soonyoung kembali menjadi pemateri, jihoon masih diam di ruang panitia tiduran dan bercanda dengan panitia lain yang sedang berada diruangan tersebut. hari minggu mungkin berjalan lebih pelan. acaranya tidak sepadat di hari sabtu. setelah materi dari soonyoung para calon anggota baru akan diberikan waktu untuk istirahat kembali sampai jam tiga sore. dan jam tiga sore akan dimulai simulasi aksi, disini soonyoung akan turun tangan sebagai contoh yang memberikan orasi.

dan jihoon suka dengan momen ini, dia tidak akan pernah bisa melihat soonyoung melakukan orasi dijalanan. tapi sekarang dengan adanya simulasi aksi, jihoon bisa melihat bagaimana soonyoung ketika ia turun ke jalanan bersama mahasiswa lainnya.

kadang jihoon suka ngomong sendiri.

“ih merinding”

“galak bener”

“aduh serem ah udahan dengernya”

dan jihoon suka, jihoon terbiasa dengan segala sisi yang soonyoung miliki. dia seakan-akan ditunjukan oleh soonyoung bahwasanya inilah suami kamu yang sukanya turun ke jalan, yang sukanya jadi pimpinan aksi, yang kalau diluar tidak pernah kalah ketika berdebat.

dan dimata orang lainpun, soonyoung akan selalu semenarik itu. tidak pernah bisa dikurangi kehebatannya ketika harus berbicara tentang sebuah organisasi.

yang sudah lama mengenal soonyoung dan jihoon akan paham kalau hanya jihoon yang seolah-olah bisa memberikan “rem” pada diri soonyoung yang selalu aktif dalam segala hal. mereka turut senang, kalau orang yang tepat memang sudah ada dikehidupan soonyoung.

chapter 2 : cemburu

jika jihoon sudah tahu cara menangani ‘orang yang menyukai soonyoung’ maka berbanding terbalik dengan soonyoung yang masih suka cemburu dan bingung cara mengatasi ‘orang yang menyukai jihoon’ mentoknya, soonyoung secara langsung akan mengajak orang tersebut berbicara dan menjelaskan statusnya dengan jihoon. kalau ketika berpacaran soonyoung akan menanggapinya dengan kalem dan santai sekarang dia sedikit berbeda. banyak penekanan yang soonyoung lakukan. dimuali dari, cara soonyoung memperjelas statusnya dengan jihoon. cara dia menjelaskan tanpa berhenti dan penuh penegasan pada setiap kalimatnya.

“dia suami saya”

“kagak lihat itu ada cincin di jarinya?”

“kalau sudah ada cincin di jarinya ya tahu diri”

bukan hanya itu saja, dia akan sedikit merajuk kepada jihoon.

“makanya kalau dandan jangan cakep-cakep”

“berhenti cakep dulu sebentar bisa?”

“kenapa harus kaya gini sih bentukan kamu? banyak yang suka”

jika soonyoung sedang seperti itu hal yang bisa jihoon lakukan hanya memeluk soonyoung, bilang kalau dia hanya milik soonyoung, tidak perlu khawatir karena kalau kata jihoon, yang jihoon lihat hanya soonyoung saja. dan benar, kata-kata jihoon memang selalu mempan pada soonyoung.

kalau kata jinjin sama mingyu “ini sih yang bucin, dibucinin balik”

chapter 3 : perkara teman

setelah jihoon berbaikan dengan joy dan yang lainnya, mereka sudah beberapa kali main ke rumah. bisa dibilang sering malah. masih suka dikatakan nongkrong ditempat tinggal ketum. karena mereka masih melakukan kegiatan yang sama, main gitar, ngobrol sampai subuh. rumah soonyoung dan jihoon selalu penuh.

pernah suatu hari, ketika mereka semua sudah pamit pulang. jihoon mengajak soonyoung mengobrol.

“kenapa?” tanya soonyoung

“bisa gak sih temen kamu kalau mau pulang itu diberesin dulu ini bekas mainnya, gitar dimana aja, ps juga berantakan. bekas makanan dimana-mana”

“kagak apa-apa nanti aku yang beresin”

“enggak … bukan gitu loh maksud aku, aku juga bisa ko beresin sama kamu cuman mereka jadi kebiasaan suka pergi tanpa beres-beres dulu, gak baik tau. masa pas datang rumah rapih dan pas mereka pulang rumah berantakan”

“maaf ya jihoon”

“bukan kamu yang harusnya minta maaf, pokoknya nanti kamu bilangin sebelum pulang harus beresin dulu”

“iya, nanti aku bilangin kalau mereka main lagi. lucu banget sih marahnya”

“siapa yang marah?” tanya jihoon

“itu siapa yang tadi keningnya mengkerut, sambil ngejelasin bibirnya manyun terus”

“habisnya kesel”

“haha iya maaf ya, nanti aku bilangin”

“yaaa”

jihoonnya kesal bukan berarti tidak suka, hanya saja dia tidak mau memiliki banyak pekerjaan di rumah. soonyoung juga sudah paham dengan maksud jihoon. hal-hal kecil seperti ini akan membuat mereka saling memahami apa mau dari satu sama lain.

chapter 4 : babeh

anak satu-satunya yang dulu pernah babeh benci ketika orang tersayangnya pergi dari di dunia ini. anak yang membuat babeh tersadar kalau setiap hal yang terjadi pada dirinya merupakan sebuah takdir yang tidak bisa kita hindari. anak yang menyadarkan babeh bahwasanya ikhlas itu akan menghasilkan sesuatu pada akhirnya. anak yang memperlihatkan kepada babeh bahwa setiap usaha dan kesabaran akan selalu menemukan maunya.

maka babeh dari yang sayang, sempat membenci dan kembali menyayangi anaknya. babeh adalah orang yang tersenyum paling lebar sekaligus menangis paling kencang. ketika soonyoung sudah memiliki tanggung jawab lain dan berkomitmen dengan orang lain yang juga sudah babeh anggap sebagai anak sendiri.

saking bahagianya babeh saat itu, momen yang sangat berkesan yang tidak bisa babeh lupakan barang sedetik pun. dengan bangga dan masih dengan kebahagiaan yang sama, babeh tetap menceritakan setiap rinci perjuangan anaknya untuk mendapatkan menantunya saat ini. kalau kata orang, babeh suka mengumbar cerita soonyoung dan jihoon. tapi menurut babeh, dia hanya ingin menceritakan kepada orang-orang betapa bangganya dirinya kepada soonyoung si anak kesayang babeh.

jangan salahkan jihoon, jika babeh juga suka menceritakan mengenai bagaimana bangganya babeh karena dia memiliki menantu yang sangat luar biasa. menurut babeh tidak ada lagi orang yang cocok dengan soonyoung, kecuali jihoon. dari cara jihoon berbicara, babeh rasa cara berbicaranya sangat cocok dengan soonyoung. dari caranya berpikir, mungkin agak berbeda tapi kalau menurut babeh itulah sensasinya. perbedaan yang akan menjadikan suatu hubungan menjadi semakin erat, ada tantangannya dan itu sangat cocok dengan kepribadian soonyoung yang sangat menyukai tantangan dalam hidupnya.

kepintarannya dalam berpiano dan dunia musik sejajar dengan kepintaran soonyoung dalam dunia perpolitikan dan organisasi. keseriusan mereka pada dua dunia yang berbeda yang membuat babeh mengagumi setiap pemikiran yang tercipta dari diri jihoon maupun soonyoung. bahkan babeh lebih kagum lagi ketika keduanya tidak ada yang memaksakan untuk memahami satu dunia untuk dunianya. mereka berjalan beriringan, tetap dengan saling mengerti dalam setiap genggaman tangan yang sering soonyoung dan jihoon tunjukan ketika bermain dengan babeh.

ketika bahagia, soonyoung dan jihoon tidak pernah melupakan babeh. misalnya ketika soonyoung atau jihoon ulang tahun, mereka akan tetap merayakannya dengan babeh. mereka berdua selalu menyempatkan untuk bertemu dengan babeh. apalagi jihoon, dia selalu semangat kalau bertemu. pasalnya jihoon selalu dibela, selalu di manja sama babeh. kalau soonyoung dan jihoon sedang bertengkar bahkan mengenai hal kecil sekalipun pasti akan mengadu kepada babeh. dan babeh seratus persen akan membelanya. lalu soonyoung bagaimana? dia hanya bisa pasrah karena jihoon dan babeh kalau sudah bersatu julid dan nyinyir nya bukan main.

tapi soonyoung merasa itu bukan menjadi masalah, karena melihat jihoon sebahagia itu berada di keluarganya sekarang membuatnya lega. ketika melihat jihoon merasa disayang dan nyaman soonyoung pun merasa aman. kalau kata babeh “emang lu udah bucin tong, dunia lu udah muternya di jihoon doang” padahal babeh jauh lebih tahu dari siapapun, kalau jihoon berkali-kali mengatakan kepadanya bahwa “jihoon seneng babeh, soonyoung jadi suami jihoon. pokoknya apapun yang aku lakukan dan kemanapun aku pergi harus sama suami kesayangan jihoon. kalau berantem aku sebenernya suka sedih, tapi gengsi kalau harus minta maaf. tapi soonyoung gak pernah gengsi buat minta maaf makanya kadang jadi gak enak kalau marahan lama-lama, soalnya soonyoung terlalu baik. kalau salah, ya ngaku dan langsung minta maaf. kalau tahu aku salah, soonyoung gak pernah maksa aku buat minta maaf, tapi dia menjelaskan salahnya aku dimana supaya aku sadar. makanya jadinya begini, jadi sayang berkali-kali lipat sama soonyoung”

dari setiap hal yang babeh dengar dan babeh saksikan, babeh merasa bangga terhadap anak dan menantunya. tentu dalam setiap pernikahan bukan hanya ada kebahagiaan saja, sedih dan marah juga ada. tapi selama beberapa bulan hampir satu tahun soonyoung dan jihoon menikah, babeh tidak pernah menemukan titik retak dalam hubungan mereka. satu hal yang pasti, menurut babeh mereka berdua memang masih dalam fase saling mencintai yang kuat sebagaimana mestinya pengantin baru yang usia pernikahannya masih dibawah 2 tahun.

pada dasarnya babeh tidak perlu mengkhawatirkan mengenai soonyoung dan jihoon. keduanya selalu mempunyai cara untuk bersama. apapun itu masalahnya, akan selalu ada jalan keluar. babeh akan selalu siap menjadi salah satu orang yang selalu mendukung hubungan mereka. supaya soonyoung dan jihoon tetap di rumah yang sama, tetap dengan kebahagiaan mereka, tetap dengan julukan suami dan suami yang sangat bucin meskipun sudah hampir 1 tahun menikah.

babeh tidak akan pernah mau kehilangan kebahagiaannya itu, menyaksikan orang-orang yang dia sayangi bahagia. meskipun sekarang babeh hanya tinggal sendiri di bekasi, babeh tidak pernah merasa kesepian. karena selalu ada jihoon yang merangkulnya dan menganggapnya sebagai ayahnya sendiri. ada soonyoung yang selalu menyempatkan waktu untuk babeh.

“keluarga kita kecil, tapi bahagia. gua seneng banget tiap kalian datang kesini” jihoon yang sedang memakan jagung bakar malam itu berhenti dari kegiatan mengunyahnya.

“tiba-tiba banget babeh?”

“kagak tau dah gua kalau liat lu berdua sayang-sayangan kaya begini tuh seneng aja gitu, pokoknya awet-awet dah kayak begini”

“amin babeh” jawab soonyoung

malam dimana mereka bertiga mengobrol di teras rumah babeh sambil makan jagung bakar, dengan jihoon yang duduk berdampingan dengan soonyoung –lebih ke mepet kepada soonyoung sebetulnya karena yang lebih tua itu sedang duduk menyender ke tembok dan jihoon menyenderkan tubuhnya pada tubuh soonyoung.

“minggu depan kesini lagi?”

“kesini dong, sekalian jalan. jihoon juga bosen”

“tiap minggu banget kesini tapi, kagak ngapa-ngapa emang?”

“ya kagak apa-apa babeh, emang kenapa? jawab soonyoung

“ya takutnya kalian punya jadwal sendiri gitu, main kek kemana”

“kita mau main sih rencana mau ke bandung, minggu depan. babeh mau ikut?” tanya jihoon

yang seperti ini yang membuat babeh terharu, mau kemanapun jihoon tidak pernah lupa menanyakan apakah babeh mau ikut atau tidak. meskipun memang itu hanya basa basi karena sejujurnya jihoon juga ingin berdua dengan soonyoung tapi kadang jihoon kasihan sama babeh kalau tidak diajak, makanya jihoon selalu bertanya meskipun jawaban babeh akan tetap sama.

“main aja lu berdua, gua disini aja. yang penting jangan lupa oleh-oleh sama minggu depannya tetap main kesini”

dan deal, setiap agenda perjalanan dinas antara soonyoung dan jihoon akan selalu terjadi seperti ini. karena babeh tahu dan babeh paham apa mau dari anak-anaknya itu.

chapter 5 : keinginan masa depan mereka berdua

hayoung pernah mengatakan kalau soonyoung tidak ragu untuk memilih jihoon, bahkan dalam hidupnya setelah mengenal jihoon. orang yang bernama jihoon ini sudah menjadi prioritasnya. jika ada beberpa pertanyaan yang berkaitan dengan jihoon. soonyoung akan berdiskusi dulu, menanyakan maunya jihoon seperti apa, apakah jihoon akan nyaman dengan keputusan yang mereka ambil, apakah jihoon akan lebih bahagia dengan hal yang akan mereka lakukan. apapun itu pembahasannya, soonyoung akan mendengerkan pendapat jihoon terlebih dahulu. termasuk soal keinginan soonyoung menambah anggota keluarga kecil mereka.

soonyoung dengan jelas masih mengingat bahwa jihoon pernah mengirimkan beberapa chat kepadanya mengatakan bahwa dia tidak mau memiliki anak karena takut kalau kasih sayang soonyoung akan terbagi dengan anaknya. terdengar egois, tapi memang jihoon begitu adanya. dia jujur kepada soonyoung dan soonyoung sangat menghargai hal itu.

entah kapan, mungkin jihoon akan setuju dengan ajakan soonyoung untuk memiliki seorang anak. entah kapan, tapi soonyoung masih sabar menunggu kesiapan dari diri jihoon. dan entah sampai kapan, soonyoung tidak akan mau memaksa selama dia bersama jihoon sebetulnya sudah cukup. jadi menurut soonyoung tidak apa- apa kalau jihoon masih belum mau, semuanya akan ada waktunya.

chapter 6 : flashback

ingat ketika kali pertama jihoon memanggil soonyoung dengan panggilan mas tunangan dan ingat dengan reaksi soonyoung saat itu. jihoonnya senang dan jail sedangkan soonyoung beneran merasakan salah tingkah, pipinya panas sampai telinganya merah. momen dimana mereka tidak akan melupakan bagaimana dengan satu sebutan saja soonyong bisa salah tingkah.

milenium hotel, tempat mereka menikah. banyak hal yang mereka lewati hanya untuk bisa sampai ditempat itu. dua minggu sebelum pernikahan, soonyoung sudah merasakan nervous yang luar biasa. hari-harinya penuh dengan curhatan kepada sahabatnya jinjin, mengatakan bagaimana deg-degannya dia ketika berdeketan dengan jihoon. bahkan saat itu mendengar nama jihoon saja membuat soonyoung tersenyum dengan lebar.

tidak hanya itu, keraguan jihoon sebagai tembok yang membuat semua kebahagiaan itu sedikit berhenti secara terpaksa. kekhawatiran jihoon mengenai berbagai hal yang membuat seakan-akan dia penjahatnya yang sudah siap memberhentikan waktu dan memulai fase kesedihan.

soonyoung pernah mendapatkan penolakan dari jihoon beberapa hari sebelum hari menikah mereka dilakukan. saat itu jihoon bilang “aku gak mau” dia tidak ingin melaksanakan pernikahan ditanggal dua puluh satu yang sudah pasti dan harus pernikahan itu dilakukan di tanggal tersebut.

soonyoung kalut, jihoon sedih dan semua orang kaget dengan keadaan yang saat itu terjadi. saat itu soonyoung sudah sempat menjauh, sesuai dengan permintaan jihoon. saat itu soonyoung sudah pernah menyerah, karena sudah diberikan keputusan telak dengan jawaban penolakan dari jihoon. saat itu soonyoung bahkan menjadi ragu, seperti halnya jihoon yang masih ragu dengan beberapa hal. tapi lagi dan lagi, soonyoung masih tetap bisa meyakinkan jihoon dan mereka tetap melangsungkan pernikahan ditanggal yang sudah ditetapkan.

ragu-ragunya jihoon tidak berhenti sampai sana. kali ini di dalam kamar hotel, jihoon yang sudah mandi dengan khawatir menunggu soonyoung. jihoon bingung menghadapi soonyoung, soonyoung pun sama bingung bagaimana cara mengahdapi jihoon yang sedang menunggunya di kamar.

suara air masih terdengar, jihoon dengan cepat memutuskan untuk memanggil sahabatnya kim mingyu.

“ming”

“woy … ko malah telfon gue lo, jam berapa ini penganten baru”

“ya maaf gugup”

“hahaha anjirrr, yang denger gak?” tanya mingyu pada jeonghan yang sedang duduk disampingnya saat itu.

“ih anjir jangan bilang-bilang han dong”

“udah kedengeran jihoon” kata jeonghan

“yaudah sih jihoon kalem aja kalau sama kita”

“iya kalem soalnya lo berdua udah pernah kan?” tanya jihoon jengkel dan yang terdengar hanyalah suara tawa mingyu dan jeonghan.

“gimana dong?” tanya jihoon lagi

“cepetan nanti soonyoung keburu keluar” lanjut jihoon

“belum apa-apa udah keluar aja” kata mingyu dan terdengar suara pukulan

“maaf jihoon emang mingyu suka kotor pikirannya”

“dih apaan deh, maksudnya itu keluar dari kamar mandi” jelas jihoon

“yaudah jihoon diem aja” jeonghan menjawab pertanyaan jihoon yang tadi

“hah?” bukannya paham, ini jihoon malah tambah bingung

“jihoon diem, nanti biar soonyoung aja yang mulai. daripada bingung kan?”

“oh … iya juga sih hehe thank you han”

“wah sinting hahahha” mingyu malah terbahak-bahak mendengarkan perbincangan antara pacarnya dan sahabatnya itu.

klik

suara pintu kamar mandi terbuka, jihoon buru-buru menutup panggilan telfonnya. mereka saling bertatapan tapi setelah itu keduanya saling mengalihkan perhatian. baru kali ini soonyoung maupun jihoon merasakan kecanggungan diantara mereka.

“habis telfon mingyu?”

“iya, sama jeonghan juga”

“oh”

batin jihoon merutuki kenapa soonyoung jadi sedikit berbicara, dia juga tidak memiliki topik lain yang harus dibicarakan. suasana menjadi hening, hanya terdengar suara soonyoung yang sedang mengeringkan rambut dan jihoon yang sedang berpura-pura asik memainkan handphonenya.

mereka pernah tidur berdua, tapi tidak secanggung sekarang. mereka pernah tidur sambil berpelukan, tapi sekarang jihoon dengan posisi terlentang hanya mampu mengepalkan tangannya dengan diam. soonyoung juga sudah di posisi tidur biasanya, matanya masih terbuka dan pikirannya entah kemana.

bahkan suara berdeham soonyoung terdengar begitu jelas dan memaksa jihoon untuk kembali membuka matanya yang sudah ia siapkan untuk berpura-pura terlelap.

“jihoon ngantuk?” tanya soonyoung, ia memiringkan kepalanya melihat ke arah wajah jihoon.

“enggak ko”

“oh kirain udah ngantuk”

“kenapa?”

“mau yupi kagak?”

jihoon terdiam melihat ke arah soonyoung, dia senang akhirnya soonyoung mau memulai.

“mau … “ jawabnya pelan

“yang banyak, yang lama” lanjutnya lagi

dan yang jihoon inginkan akan selalu soonyoung kabulkan. katanya yupi yang banyak dengan durasi yang lama.

tidak perlu ditanya lagi, jihoon terlalu suka dengan perlakuan soonyoung kepadanya malam itu.

soonyoung tidak pernah terburu-buru dan memaksakan jika itu dengan jihoon. meskipun undangan dari jihoon sudah sangat jelas. soonyoung tetap menjaga ritmenya dengan pelan.

dengan pelan ia menciumi kening dan seluruh wajah jihoon, kata-kata sayang yang selalu ia ucapkan disetiap ciumannya membuat jihoon semakin tidak sabar. tapi jihoon tahu kalau soonyoung mempunyai caranya sendiri untuk menyalurkan rasa sayangnya dan menurut jihoon cara soonyoung selalu memiliki keindahan dan kenyamanan tersendiri, jadi jihoon mengikuti alurnya.

tapi soonyoung juga tergoda, oleh pandangan jihoon yang seolah-olah memohon untuk segera memulai kegiatan yang tidak ada yang berani menyebutnya itu.

jihoon menutup matanya ketika soonyoung dengan jelas mendekaptkan kepalanya untuk mencium yang sedang berada dibawahnya. sesuai dengan permintaan jihoon “yang banyak dan yang lama”, soonyoung menciumnya dalam waktu yang tidak sebentar. ketika bibir mereka menyatu jihoon mau gila, apalagi soonyoung. aturan nafas sudah berantakan. jihoon menepuk pelan dada soonyoung, sebuah tanda untuk minta dilepaskan sebentar.

“aku degdegan” kata jihoon pelan yang jelas didengar oleh soonyoung

“sama” jawabnya sambil memeluk jihoon dengan erat

bahkan ketika memeluk jihoon pun soonyoung masih menemukan cara untuk menyentuh suaminya. ia menempelkan bibirnya pada leher jihoon, mencium dan menghisapnya pelan. jihoon kaget, matanya tertutup dan tangannya menggenggam tangan soonyoung dengan lebih erat lagi.

“ehm, soonyoung” jihoon menangkup pipi soonyoung. menyuruhnya berhenti dari memberikan tato sementara pada leher jihoon.

“apa, sayang?”

“cium bibir lagi”

soonyoung mengangguk dan menuruti lagi kemauan jihoon. kegiatan favorit jihoon ini soonyoung lanjutkan dengan sedikit ganas, jihoon tidak pernah kewalahan sebelumnya. kali ini ia merasakan ketidak seimbangan antara dirinya dan soonyoung, oleh karena itu ketika soonyoung menghisap bibir atas dan bawahnya, jihoon hanya bisa diam dan menikmati apa yang ia terima. semakin lama, orang yang diatasnya ini semakin brutal. jihoon mencoba mengimbangi dan dirinya semakin terjerat dalam kenikmatan. tangan soonyoung dengan sabar mengelus kepala jihoon dengan pelan.

malam pertama (meskipun bukan malam pertama mereka menikah) sudah terlewati dengan segala bentuk kasih sayang yang terbukti dan disalurkan dengan nyata. terlihat dan dapat dirasakan oleh soonyoung maupun jihoon. melakukan kegiatan yang tidak pernah mereka lakukan sebelumnya, membuat jihoon sadar kalau akan ada banyak hal lain yang akan mereka lakukan dikedepannya. dalam pikiran jihoon malam itu “okey, nanti kita coba didalam mobil kaya yang dicerita-cerita”

besoknya, babeh menanyakan banyak hal kepada soonyoung. “ya gitu, ciuman, pelukan sisanya privasi” jawab soonyoung tidak mau ditanyai lagi terkait apa yang sudah dilakukan dengan soonyoung tadi malam.

jinjin bertanya, soonyoung hanya menjawab “kepo, privasi gua itu” dan jinjin tidak mau bertanya lagi. meskipun sejujurnya dia sangat ingin mengetahui pengalaman sahabatnya.

sedangkan jihoon disisi lain, sedang asik bercerita dengan mingyu dan jeonghan.

“enak sih, tapi sakit banget anjir. lo gitu juga han?” tanya nya dengan polos

“pertama sih iya”

“terus kalau nanti-nanti?”

“masih sakit sih tapi udah terbiasa”

“oh oke oke, berarti harus sering dong?”

“gak gitu juga anjir jihoon, dasar sangean lu”

“ya biarin lah orang suami gue soonyoung”

menurut jihoon, dia senang berbagi pengalaman dengan dua sahabatnya ini. apalagi dengan joenghan yang lebih memahami jihoon dibanding mingyu yang sukanya malah menggoda saja.

tapi tenang saja, soonyoung tidak akan marah jika jihoon menceritakan hal tersebut kepada sahabatnya, selama sahabatnya tidak gampang mengumbar cerita mereka.

dan kenangan malam pertama mereka akan selalu teringat, bagaimana malu dan canggung. bagaimana mereka saling terbuka secara tersirat dan secara nyata. untuk kedepannya mereka yakin akan selalu sama dan bahagia.


sekarang

seperti halnya dengan keinginan soonyoung untuk menikah dengan jihoon saat itu, ada pahitnya banyak manisnya. tapi pada akhirnya mereka menjadi seperti sekarang, menjalani hari-hari lagi dengan siklus kehidupan yang begitu-begitu saja, konotasinya disini lebih mengarah kepada – kalau hidup memang akan selalu dan sudah pasti akan ada senang dan sedihnya. kalau kata soonyoung, jadi jalanan saja, setiap jalan dan langkah yang ditempuh pasti akan ketemu dengan dua hal tersebut selama ada support system yang tepat menurut soonyoung dan jihoon semuanya akan terus membaik dan akan selalu seperti itu.

semoga kita tidak pernah bosan, dengan apapun yang kita lakukan sekarang dan dengan apapun yang akan kita lakukan dimasa depan. biarkan kita terus berkembang dan semakin menguatkan perasaan setiap harinya.

anggaplah soonyoung paham kalau jihoon begitu menyayanginya pun sebaliknya dengan jihoon yang paham kalau soonyoung begitu menyayanginya.

—end thank you for reading! lily

and here we go;

he said “show me your naked mind not your naked body” dan bibin tertegun sebentar lalu tertawa meremahkan hal yang baru saja dikatakan oleh lawan bicaranya.