the last chapter for us
alasan menikah muda itu banyak, salah satu alasan yang sering didengar adalah sudah menemukan pasangan yang tepat.
terlepas dari sifat mereka yang berbanding terbalik, soonyoung maupun jihoon sudah bersedia untuk memiliki komitmen yang lebih kuat dalam hidup mereka.
dukungan dari orang tua pun sudah mereka kantongi, bahkan ayahnya jihoon bersedia membantu dan dengan cepatnya menentukan tanggal pernikahan bersama babeh.
di sisi lain, soonyoung pernah protes karena tanggalnya terlalu dekat, terlalu cepat dengan tanggal yang sudah ia perkirakan. tapi itu kemauan orang tua, jadi soonyoung dan jihoon hanya bisa mengiyakan, setuju dan mengikuti proses yang sudah ditentukan.
katanya, masalah itu akan terus muncul sampai hari pernikahan itu tiba. entah itu dari keluarga, teman atau dari perasaan diri sendiri.
seperti yang sedang soonyoung dan jihoon alami saat ini, hanya tersisa tiga hari lagi menuju hari penting mereka. tapi, hari ini terlalu sulit untuk dilewati oleh keduanya.
kata yang sudah terucap, terus berisik di kepala soonyoung dan jihoon membuat mereka enggan untuk maju menghadapi hari esok yang sudah jelas akan lebih menyakitkan dibanding hari sebelumnya.
jihoon yang menginginkannya, dan sudah dia ucapkan dengan pelan tapi tetap jelas bagi soonyoung. ‘batal’ sebagai penolakan nyata dan pemberhentian paksa dari hubungan mereka.
soonyoung bilang dia akan pergi ke kosan, ke jakarta pusat. meninggalkan jihoon di rumahnya, di bekasi. soonyoung sudah mengucapkan kata yang harus ia ucapkan. sudah memberikan penjelasan apa yang harus ia jelaskan.
soonyoung terlalu ragu, bahkan ketika dia sudah mengatakan keputusannya pun dia masih sangat, sangat bingung. bahkan babeh pun masih sama. bingung dan ragu untuk merelakan dan masih tidak percaya dengan kenyataan yang sedang mereka hadapi sekarang. lagi-lagi peprisahan, dengan orang yang sudah soonyoung dan babeh yakini untuk menjadi bagian dari keluarga yang akan membawa kebahagiaan bagi mereka setiap harinya.
soonyoung sudah berdiri, hendak pergi dan melepas semua statusnya dengan jihoon. kakinya berat untuk melangkah, hatinya berat untuk melepas.
jihoon diam, mendengarkan perkataan soonyoung, melihat soonyoung berdiri dan perlahan melangkah pergi. jihoon diam, mulutnya terkunci oleh isi kepalanya yang terlalu berisik.
“ih” jihoon membentak, bukan ditujukan kepada soonyoung tapi pada dirinya sendiri. dan suara pukulan bisa soonyoung dengar. saat ini jihoon sedang memukuli kepalanya.
soonyoung terlalu kaget melihat jihoon seperti itu, dia berhenti melangkah keluar dan kembali menghampiri jihoon.
“ih” bentak jihoon lagi, dia menunduk terus memukuli kepalanya.
“jihoon” soonyoung duduk dipinggir jihoon dan memegang tangan jihoon supaya berhenti dari apa yang sedang jihoon lakukan.
“jangan dipukul kepalanya” soonyoung berusaha menyadarkan, tapi jihoon tidak mau berhenti.
“jihoon, jangan dipukul” lalu soonyoung memegang tangan jihoon lebih erat, sehingga jihoon tidak bisa memukuli kepalanya lagi. tapi jihoon masih berusaha, soonyoung pun masih bisa merasakan tenaga dari tangan jihoon.
“jangan kaya gini, jangan nyakitin diri sendiri. ya?” tanya soonyoung, lebih tepatnya sebuah bentuk perintah yang lembut ia tujukan kepada jihoon.
jihoon tidak berani untuk sekedar menatap mata orang yang sedang menggenggam tangannya. dia hanya menunduk, menggigit bibir, menahan tangisnya.
tapi sayangnya soonyoung terlalu peka. dia tahu kalau jihoon sedang menyembunyikan kesedihannya. makanya soonyoung peluk, ikut alih dalam menyembunyikan tangisan jihoon.
sesakit apapun hati soonyoung, berusaha se-ikhlas bagaimanapun dia melepaskan jihoon. soonyoung akan tetap memeluk jihoon selagi dia bisa, meskipun ini masih hari yang sama dengan penolakan jihoon beberapa jam yang lalu.
tidak ada alasan untuk soonyoung mengabaikan kesedihan jihoon, karena soonyoung masih ada di rumah, dia belum pergi.
tangannya mengelus kepala jihoon yang tadi sempat jihoon pukuli. menunggu jihoon tenang dalam pelukannya. soonyoung tidak berusaha kuat, dia juga sakit hati, tapi dia tidak akan pernah bisa mengabaikan jihoon begitu saja.
soonyoung beberapa kali mendeklarasikan kalau jihoon akan selalu dia utamakan, kalau jihoon sumber terbesar dari kebahagiaan dan kesedihannya, sebagai kebanggan dan sebagai titik lemahnya. kalau jihoon selalu menjadikan dirinya ingin menjadi lebih baik bahkan ketika tidak ada hal lain lagi yang bisa soonyoung perbaiki. dan soonyoung rasa, dia sudah berjanji secara tidak langsung kepada dirinya sendiri, untuk melewati hari-hari bahagia dan sedihnya dengan jihoon.
“kenapa?” tanya babeh yang datang menghampiri soonyoung.
“tadi pukul kepalanya sendiri”
“jadi lu masih mau di sini apa pergi tong?” tanya babeh lagi, kali ini bukan tentang tempat yang akan soonyoung tuju, melainkan sebagai kata lain yang menggambarkan apakah soonyoung masih mau bertahan dan memperpanjang sabarnya atau dia pergi meninggalkan dan memutuskan kesabarannya itu.
“di sini dulu beh” jawab soonyoung tanpa jeda.
tiga puluh menit, empat puluh menit lalu satu jam sudah berlalu. jihoon masih memeluk soonyoung, jauh lebih erat dari pertama kalinya soonyoung berinisiatif memeluk jihoon.
“aku minta maaf” kata jihoon pelan.
soonyoung ingin melepas pelukannya dan melihat wajah jihoon, tapi jihoon menolak ia masih mau memeluk orang yang sedikit lagi pergi dari hidupnya.
“maaf udah ragu … sama kamu”
“aku … mau nyalahin teman-teman kamu juga kayanya gak masuk akal, aku bisa aja baca semua cuitan mereka di twitter tanpa aku masukin hati. tapi setelah baca itu … aku kepikiran terus”
“aku minta maaf … udah buat kamu sedih, maaf udah buat kamu … kecewa sama aku”
setelah tadi jihoon hanya bisa bungkam, sekarang ia mengungkapkan sedikit dari apa yang mengusik pikirannya.
“anterin aku ke psikolog lagi aja, malam ini juga gak papa … asal besoknya aku masih sama kamu”
jihoon terus menjelaskan kalau dia tidak bermaksud mengatakan kata-kata yang bisa membuat soonyoung sakit hati, yang bisa membuat soonyoung kecewa atas pilihan jihoon. di sisi lain soonyoung masih saja mengerti dengan kondisi jihoon, dia yang selalu menemani jihoon pergi melakukan konseling akan mengerti bagaimana jihoon selalu berusaha menjadi orang yang lebih positif. dan soonyoung paham, di mana titik jatuh jihoon.
“sekarang istirahat aja, besok kita ke sana lagi. berdua”
mereka duduk, saling memeluk, diam merenungkan apa yang baru saja telah terjadi dan akan terjadi. soonyoung pikir semuanya hampir selesai, tapi jihoon masih menahannya. bahkan diri soonyoung sendiri tidak mau untuk melangkah pergi dari hidup jihoon.
“batal? soalnya kagak ada kata diundur” tanya soonyoung dan jihoon menggelengkan kepalanya.
soonyoung izin kepada babeh untuk membawa jihoon ke kamarnya, tidur di sana berdua. untuk saat ini jihoon dan soonyoung tidak akan sanggup untuk berpisah barang satu meterpun.
“udah bilang babeh?”
“udah”
“temen-temen kamu?”
“udah”
soonyoung tidur disamping jihoon, tangan mereka saling menggenggam. mereka saling menguatkan, tidak mudah bagi jihoon dan soonyoung untuk melewati hari ini. sampai diakhir langkah soonyoung menuju pamitnya kepada jihoon, mereka masih berusaha untuk saling memahami.
“tidur lu beruda?” tanya babeh
“kenapa beh?”
“harusnya kagak boleh nih tidur berdua sebelum nikah, stress gua hari ini … yaudahlah tidur, jangan ditutup ni pintu, buka dikit”
“iya babeh” dan babeh keluar, membiarkan dua orang yang hampir putus asa dan hilang arah itu untuk beristirahat.
— malam itu bagi soonyoung, melihat jihoon yang sedang tertidur disampingnya memberikan banyak sekali perasaan aneh, perasaan yang terlalu rumit untuk dia jabarkan satu persatu. matanya menatap satu orang, pikirannya berkeliaran dengan berbagai macam kemungkinan.
soonyoung memutuskan untuk meninggalkan jihoon yang sedang tertidur. keluar dari kamar dan duduk sendiri di ruang tengah. suasananya sudah sepi, terlihat suadara-saudaranya sedang tertidur beralaskan kasur lipat. soonyoung tersenyum, seharusnya ini adalah momen yang akan membuatnya menjadi orang yang paling senang.
soonyoung membuka handphonenya, melihat akun instagramnya. tersenyum ketika ia melihat teman-temannya mem posting foto-foto tadi siang, ketika mereka berkumpul dan membicarakan pernikahan soonyoung dengan suka ria. lalu soonyoung membuka halaman profil instagramnya, membuka archive instagram story yang dipenuhi dengan postingan dari jihoon di close friendnya. dari jihoon yang iseng memposting soonyoung ketika makan, ketika jihoon di kosan atau sekedar tulisan-tulisan iseng yang sengaja ia post ketika sedang bosan.
jihoon terlalu banyak memberikan kenangan kepada soonyoung, bahkan hal yang dilakukan jihoon hanya hal-hal kecil yang tidak akan diingat oleh kebanyakan orang.
“tong” soonyoung menoleh ketika babeh memanggilnya.
“belum tidur?” tanya babeh lagi yang sekarang sudah duduk di samping soonyoung.
“masih kepikiran” jawab soonyoung singkat.
“jadinya gimana?” dan babeh pun masih menginginkan kepastian
“kalau kagak salah denger, kemungkinan mau lanjut beh”
“terus kenapa lu masih kayak orang bingung gini”
“takut nanti kalau pas bangun, dia berubah pikiran lagi beh”
“gua juga sebenernya masih bingung, jihoon itu maunya kaya gimana. kelihatannya mau banget bareng sama lu tapi kalau lagi kayak tadi gua jadi ragu. karena dia kayak yang gampang banget ngelepasin lu. di sisi lain gua juga ngerti sama ketakutan tu anak, tapi di sisi lain yang anak gua tuh lu jadinya gua juga kagak bisa kalau harus ada di pihak jihoon ketika lu nya di ujung tanduk mau ditingalin”
soonyoung mendengarkan setiap perkataan babeh, pada saat itu hanya kata-kata babeh yang menjadi satu-satunya suara yang dapat soonyoung dengar.
“kalau, babeh ada di posisi ini. babeh bakal kayak gimana?”
“kalau gua jadi lu…” babeh berhenti berbicara, dia melihat anaknya yang juga sedang fokus menunggu jawaban
“dulu, enyak lu itu salah satu orang yang paling popular di kampus begitupun di tempat kerjanya. udah cakep, pinter, baik, dari keluarga yang cukup berada pula. pacarana sama gua yang kalau kata orang-orang ‘terlalu biasa’ buat jadi pacarnya enyak lu. gua kagak pinter, di kampus biasa aja di tempat kerjaan gua juga biasa aja malah banyak dimarahinnya gua. tapi enyak lu masih mau sama gua, meskipun banyak orang yang selalu bilang kalau ‘orang yang kayak enyak lu itu disayangkan banget pacarannya malah sama orang yang bentukannya kaya gua. saat itu gua pikir, gua juga bukan orang yang tepat buat enyak lu. sampai akhirnya enyak lu selalu ngeyakinin gua kalau apa yang orang lain omongin itu kebenarannya cumin 20%, yang mereka lihat cuman sedikit sedangkan yang ngerasain dan yang ngalamin itu enyak lu sendiri, yang harus dipercaya omongannya ya omongan enyak lu bukan orang lain. dan gua ngelakuin apa yang enyak lu bilang, sampe kita mau nikah. satu minggu mau nikah gua masih denger omongan kalau enyak lu terlalu sempurna buat gua, kalau gua kagak pantes buat bisa nikah sama enyak lu, di situ gua bingung tong. gua takut enyak lu mikir yang sama dengan yang orang lain bilang, terus gua jadi minder sendiri”
babeh menatap balik soonyoung, matanya mencoba menjelaskan sesuatu. melihat apakah anaknya memahami cerita yang sedang ia ceritakan atau tidak.
“jihoon itu, ada denger omongan dari temen-temen lu kan ya?”
“iya”
“gua bisa bayangin, gimana khawatirnya tu anak. kalau gua masih bisa ngelawan, mungkin jihoon kagak bisa, makanya keluar kata-kata ‘batal’ dari mulut jihoon” mereka berdua terdiam, babeh mungkin sedang mencari kata-kata lain yang bisa menggambarkan keadaannya saat ia berada di posisi yang tidak menguntungkan, sedangkan soonyoung sedang mencari korelasi antara cerita babeh yang sedang ia dengarkan barusan.
“kita juga kagak bisa memandang insecure itu hal kecil, kita juga kagak bisa bilang kalau jihoon kagak siap. emang ini salah gua sama bapaknya jihoon yang terlalu buru-buru nentuin tanggal, ada salahnya juga dari temen-temen lu yang buat jihoon jadi keingetan lagi dan jihoon pun ada salahnya ketika dia nyerah dan ngucapin hal yang seharusnya kagak boleh dia ucapin”
hanya terdengan helaan nafas dari soonyoung, dia tidak bisa memberikan respon lewat kata-kata lagi
“kagak ada orang yang 100% cocok sama lu dan kagak ada orang yang berhak buat ngomong kalau jihoon itu kagak pantes buat lu. yang tahu orang itu cocok buat kita cuman diri lu sendiri, bahkan gua pun kagak bakal bisa ngasih pandangan yang 100% mewakili perasaan dan pandangan lu terhadap jihoon. kalau nanya ke gua, harus gimana. gua balikin lagi sama lu, lu maunya kaya gimana sama jihoon?
“pas jihoon bilang mau dibatalin, kayak … pikirannya tuh gua udah diusir sama jihoon beh, dari rumahnya dari semua kegiatan yang mau dia lakuin … dari kehidupannya dia”
“dan dari sana lu ngerasa udah kehilangan jihoon?”
“lebih tepatnya ngerasa dibuang. dibuang sama pikiran jihoon”
“tapi ditarik lagi sama perasaan yang jihoon punya, iya kan?” tanya babeh, dan soonyoung mengangguk.
“menurut gua sih tong, jihoon mungkin bingung dengan kesiapannya untuk menikah, tapi bukan berarti dia kagak mau. lu mau kan nikah sama jihoon?”
“mau lah beh, masa kagak mau”
“siap tapi kan lu nikah sama jihoon?”
“siap, sebelum tadi denger omongan jihoon”
“sekarang kagak siap?”
“bukan kagak siap, tapi lebih ke takut aja. takut jihoon berubah pikiran lagi”
“nanti pagi kita tanyain jihoon lagi, siap kagak lu denger jawabannya?”
“siap kagak siap, harus tetep ditanya ulang”
“yaudah, sekarang lu tidur temenin jihoon”
dengan segala ketakutan dan kebiasaan yang selalu jihoon lakukan, soonyoung mungkin sedikitnya paham kalau jihoon dan tindakannya melindungi dirinya dari ketakutan akan kehilangan orang itu terdengar sangat egois. bahkan memang egois, sampai dia berada di titik impulsif. tergesa-gesa melepaskan sesuatu yang beresiko akan menyakiti dirinya sendiri.
jihoon selalu berkeyakinan kalau hanya dirinya sendiri yang bsia bertahan untuk tetap sadar berada dikehidupan yang sedang ia jalani, sampai akhirnya soonyoung dengan senyum bodohnya menawarkan minuman kepada jihoon, memberikan tangannya untuk membantu dan menemani apapun yang jihoon alami.
kebiasan bertahan versi jihoon yang sudah ia alami bertahun-tahun masih tertanam dan beberapa kali muncul dengan sendirinya. tapi disana juga sudah ada soonyoung, yang selalu menyadarkan jihoon kalau keadaannya sudah berbeda dengan sebelumnya.
“aku kalau gak ketemu kamu, pasti bisanya cuman ngerepotin mingyu doang. bisa jadi mingyu sama jeonghan bakal putus karena saking lamanya harus pacaran diam-diam. terus aku juga kayanya masih terus berkutat dengan pikiran yang menyebalkan itu di kamar aku sendirian, tanpa ada orang yang ngajak aku makan selesai latihan. mungkin aku juga masih gak mau pergi lagi ke psikolog” kata jihoon yang masih tertidur di kasur sambil memegang tangan soonyoung erat.
“dua hari lagi” kata soonyoung
“iya, dua hari lagi” ulang jihoon
“aku mau minta maaf, udah buat kamu sedih kemarin. babeh juga sedih, keluarga kamu sedih, ayah, mingyu dan semua temen-temen kamu sedih. aku juga sedih … “
“kamu gak ada salah, babeh sama ayah juga gak salah meskipun nentuin tanggal nikahnya kecepatan, toh aku waktu awal-awal seneng juga. kita juga tahu, temen-temen kamu juga tahu kalau yang selalu menjadi biang masalah di hubungan kita itu, ya aku … aneh banget makanya kalau sampai kamu masih mau pertahanin aku meskipun kemarin aku udah jahat sama kamu”
“apanya yang aneh?” tanya soonyoung dan jihoon menatap soonyoung, dalam pikiran jihoon ia terus mempertanyakan perasaan soonyoung.
’kenapa bisa, ada orang yang sesayang itu sama gue’
“aku yakin, kamu gak akan nyakitin aku. tapi aku takut, kalau aku bakal nyakitin kamu lagi”
“tapi aku juga yakin, kalau jihoon kagak bakal nyakitin aku lagi, aku yakin jihoon juga kagak mau semuanya terjadi seperti kemaren”
“kenapa sih baik banget jadi orang” jihoon memeluk soonyoung, yang dipeluk hanya bisa tertawa pelan
“aku baik ke orang yang suka banget sama yupi”
“krik krik banget bercandaannya”
“capek, ngobrolnya serius terus dari kemarin. kalau sama kamu maunya cuman dengar suara ketawa aja jangan ada nangis-nangisan lagi”
“kalau gitu … aku harus tinggal di sini sampai nanti hari-h nya”
“boleh, nanti aku yang bilang ke ayah kamu”
“okey, oh iya aku belum minta maaf sama nenek kamu”
“habis ini mandi terus ngobrol” jihoon menjawab dengan anggukan.
hari itu juga, setelah mengobrol dengan keluarga soonyoung, meminta maaf satu persatu kepada keluarga yang ikut menyaksikan pertengkaran mereka kemarin. sorenya, soonyoung dan jihoon sepakat untuk mengikuti konseling, berdua. bukan hanya jihoon yang duduk di sana sambil menceritakan permasalahannya, tapi soonyoung juga. dalam dua hari itu, mereka masih berproses, terus berjalan maju dan memperbaiki diri sebelum hari pernikahan itu datang. terlalu mendadak dan singkat, tapi pikir soonyoung itu hal yang setidaknya ia usahakan supaya tidak ada lagi perasaan minder menuju pernikahan mereka.
pada prosesnya, jihoon tidak mau bertemu dengan teman-teman soonyoung pun dengan mingyu. tidak ada lagi agenda pinyit, jihoon tinggal di rumah soonyoung di bekasi. bersama babeh dan ada soonyoung dalam setiap detik yang ia lewati, membuat jihoon lebih yakin kalau dirinya ternyata terus merasakan kenyamanan dan pikirannya dijauhkan dari ketakutan.
hari itu tiba, semua perjuangan soonyoung dan jihoon terbayarkan. tempat mereka merayakan pernikahan sangat sesuai dengan apa yang jihoon bayangkan. jihoon senang melihat semuanya, melihat hal-hal kecil yang ada di depan matanya.
tadi malam jihoon sudah mengirimkan pesan kepada mingyu, kalau dia sudah siap menjadi suami soonyoung dan dia berusaha untuk terus memperbaiki diri, bersama soonyoung. dan jihoon senang, tidak ada lagi keraguan, jihoon hanya merasakan jantungnya terus berdebar dalam konteks yang positif, dia senang.
semua orang sudah berkumpul, keluarga dari soonyoung dan jihoon, teman-teman soonyoung bahkan orang yang belum pernah jihoon lihat pun ada di sana, ikut menyaksikan proses terpenting dalam hidup soonyoung dan jihoon.
saat ini, jihoon terus-terusan tersenyum. dalam pikirannya, terus berputar kata-kata positif yang selama ini jihoon harapkan datang lebih cepat. hasil perjuangan aku dan soonyoung berakhir di tempat yang sangat indah, berakhir dengan senyum dari babeh dan ayah, berakhir dengan … air mata bahagia yang terus keluar dari mata soonyoung.
lalu mereka mengucapkan kata janji yang diberikan persetujuan oleh beberapa orang di sana, katanya “sah” dan hal-hal buruk yang pernah mereka alami akan hilang dengan sendirinya dari memori mereka atau mungkin akan terekam sebagai pelajaran semata.
jihoon masih tidak bisa seleluasa itu bercanda dengan jinjin dan kawan-kawannya. tapi dia sudah bisa mengolok kim mingyu, sahabatnya dari ia kecil. selalu ingat dengan perkataan mingyu, jihoon kalau lagi senang sukan bertingkah menyebalkan, suka aneh sendiri.
“kim mingyu … liat buku nikah gue hehe” katanya sambil menunjukan buku nikah itu kepada mingyu. yang sedang dipanggil malah sibuk menangis, sahabatnya itu terharu kalau akhirnya jihoon bisa melewati semua ketakutan yang jihoon rasakan. kalau jihoon sudah berada di titik yang sebelumnya tidak pernah mingyu bayangkan jihoon akan ada di sini, di samping soonyoung.
“gue udah tahu jihoon, lo jangan cengengesan mulu liat tuh suami lo masih nangis anjir” kata mingyu sambil menunjuk ke arah soonyoung.
lalu jihoon memalingkan pandangannya pada orang yang baru saja merubah status sebagai suaminya itu.
“ko nangis?” tanya jihoon.
mereka bahkan belum melakukan sesi foto setelah kata ‘sah’ itu terdengar, soonyoung malah menunduk dan menangis. berbeda dengan isi pikiran jihoon yang terus mengucapkan kata-kata positif pada dirinya sendiri, soonyoung malah memutar balik ke memori di mana dia dan jihoon hampir saja gagal untuk menikah.
setelah semua yang dia lewati, setelah semua usaha yang soonyoung lakukan. jihoon tidak menyuruhnya pergi dan tetap berusaha bersama untuk berada ditempat ini. soonyoung terlalu senang, sampai air matanya tidak mau berhenti, bahkan soonyoung sampai senggukan.
dari awal soonyoung datang, dia terus-terusan menahan tangisnya. lalu ketika dia mendengar kata yang selalu ia impikan itu, air matanya pecah tidak bisa ditahan lagi. dan ketika jihoon bertanya, ia semakin terharu.
jihoon menghampiri soonyoung dan memeluk suaminya itu, terus bertanya kenapa soonyoung menangis. dan kalimat yang terus-terusan soonyoung ucapkan ketika menjawab pertanyaan jihoon hanya satu.
“jihoon, terima kasih sudah mau bertahan sampai saat ini. duduk sama aku di sini, terima kasih banyak”
“sama-sama” kata jihoon, dia memeluk lagi soonyoung. dan ketika babeh menghampirinya, jihoon juga memeluk babeh. berterimakasih atas semua kebaikannya yang sudah membawa jihoon sampai di sini. kalau tidak ada babeh yang selalu ada di samping jihoon, dan kalau tidak ada babeh yang selalu menjadi penguat soonyoung, semua ini tidak akan pernah terjadi.
untuk teman-teman soonyoung, mungkin jihoon sudah biasa saja, tapi tidak dengan ingatannya yang masih jelas memutar bagaimana mereka menyudutkan jihoon di hari jihoon dan soonyoung hampir berpisah. untuk mingyu dan jeonghan, jihoon berharap mereka akan bahagia seperti jihoon saat ini yang sudah bahagia bersama soonyoung.
setiap orang yang ada di kehidupan jihoon akan selalu memberikan maknanya tersendiri, begitupun dengan soonyoung. sebagai orang yang memperkenalkan kehidupan dan bagaimana caranya bekerja, yang mengenalkan kepada jihoon kalau bersungguh-sungguh maka dia akan memenangkan apa yang diinginkan. kalau sabar akan selalu menjadi pertahanan terakhir dari setiap usaha yang sudah dilakukan.
katanya soonyoung terima kasih sudah selalu bersabar menghadapi aku yang begini adanya. yang masih suka terjerumus meskipun sudah aku berikan label sembuh pada diriku sendiri. maaf aku selalu merepotkan, isi kepalaku dan semua isi hatiku yang selalu menjadi masalah. terima kasih udah selalu sabar dan nerima aku. mulai saat ini, aku akan selalu mendengarkan kata-kata kamu, aku akan terus ngikutin kamu. terima kasih juga udah peluk aku, bahkan ketika kamu kecewa sama aku. semua janji kamu selalu kamu tepatin, jadi aku juga mau janji, kalau aku akan selalu menghargai apapun yang kamu lakukan, seperti kamu menghargai apapun yang aku perbuat dan katakan. malam itu, ketika mereka hampir saja berpisah. jihoon terus memeluk soonyoung, mengatakan semua apresiasi terhadap orang yang sedang tidur dengan nyenyak di sampingnya.
“kita di rumah aku dulu ya, semingguan”
“okey, jawab jihoon”
mereka baru saja selesai mandi, setelah acara tadi siang soonyoung maupun jihoon sangat kelelahan.
“kaki aku pegel banget, berdiri terus. tamu enak ya foto sebentar habis itu makan-makan sambil duduk. lah kita, makan aja waktunya sebentar, kaya jadi pajangan gak sih tadi seharian?” tanya jihoon dengan muka kesalnya.
“haha, iya. mau dipijit kagak kakinya?”
“nih”
jihoon mendekatkan kakinya pada tangan soonyoung. dan langsung soonyoung pegang, dipijat pelan.
“kita di sini satu malam, besoknya ke rumah kamu, satu minggu kemudian ke kosan lagi, terus nanti ngelakuin aktifitas kaya biasanya. gak ada bedanya ya habis nikah sama sebelum nikah”
“ada dong bedanya”
“apa?”
“males jihoon pura-pura kagak tahu”
“ya … tahu sih tapi malu ngomongnya” soonyoung tertawa mendengar perkataan jihoon.
“kenapa malu? kan bedanya nanti kamu bakal tinggal sama aku terus-terusan”
“ih … “ jihoon memutarkan bola matanya. soonyoung malah tertawa melihat jihoon yang memasang raut wajah emosi mendengar perkataannya barusan.
“tinggal bareng doang tapi gak diapa-apain, buat apa”
“emang mau diapain?” tanya soonyoung, dia berhenti memijat kaki jihoon, dan mendekatkan dirinya pada jihoon.
“ya … disayang” jawab jihoon, salah tingkah ketika soonyoung sudah ada di depannya.
“dari kemaren juga udah disayang”
“yaudah iya, gak usah diomongin kamu juga paham sendiri”
“kagak paham hehe” soonyoung masih asik dengan kegiatan barunya, menggoda jihoon
“ih jauh-jauh ah, merinding aku” jihoon mendorong soonyoung supaya tidak terlalu dekat dengan dirinya. dan soonyoung hanya tertawa.
setelah selesai tertawa-tawa, soonyoung kembali mendekati jihoon.
“emang jihoon udah siap kalau sekarang?”
“udahan ah jangan negbahas itu, kamu bercandain aku terus”
“kagak bercanda, ini aku tanya beneran”
“kamu jangan salah paham ya, pokoknya bukan berarti aku gak sayang sama kamu. tapi sumpah … aku capek banget hari ini”
“ya kagak apa-apa, kan aku kagak minta malam ini”
“okey … tapi kalau yupi tiap pagi sama sebelum tidur”
“bebas, sesukanya jihoon”
“yaudah sini, yupi time”
“yupi time banget istilahnya hahaha”
soonyoung menatap jihoon yang sudah tertidur di sampingnya, tersenyum sendiri ketika melihat wajah capek jihoon yang akhirnya bisa beristirahat. tidak ada hal lain yang berputar dipikiran soonyoung selain fakta bahwa dirinya sudah menikah dengan jihoon tadi siang, memutar kembali betapa terharunya momen ketika pada akhirnya soonyoung memilki foto keluarga dan foto pernikahannya. soonyoung sudah membayangkan akan disimpan dimana saja foto itu. soonyoung juga bisa membayangkan kalau dia akan merubah foto profil semua sosial medianya dengan foto pernikahannya.
dan soonyoung lebih tidak sabar lagi untuk besok pagi, ketika jihoon akan mengatakan “selamat pagi, mas suami. it’s yupi time” tersenyum sendiri soonyoung ketika membayangkannya.
lalu besok paginya, semua yang soonyoung bayangkan itu terjadi.
“gampang banget dibacanya emang” pikir soonyoung.
ketika mereka berdua menikmati suasana pagi hari yang sedikit berbeda dari sebelumnya. jihoon diam-diam membandingkan situasi yang harusnya ia alami apabila dia memilih untuk tidak melanjutkan hubungannya dengan soonyoung. berkali-kali dia menggelengkan kepala, sampai-sampai soonyoung tanya “kenapa” dan jihoon hanya menjawab “ngebayangin hal mengerikan, untung gak kejadian”
soonyoung tersenyum, paham dengan apa yang jihoon bayangkan. soonyoung pun sempat memikirkan hal yang sama, membandingkan situasi antara ada jihoon dan tanpa jihoon.
“kagak mudah ya ternyata buat sampai di sini”
“iya, hehe maaf ya aku nyebelin”
soonyoung mengecup bibir jihoon sekilas “kagak apa-apa” katanya.
ps : hello teman-teman, di event howooland kemarin hanya 2k words, ini sudah aku tambahin jadi 3.8k words ya. anw, ini adalah chapter terakhir dari kisah ketum, terima kasih semuanya udah baca ketum sampai part terakhir ini. aku selalu ingin ucapin ke kalian satu per satu, terima kasih banyak banyak banyaaak, buat yang udah selalu ramein ketum, dari QRT sampai di tiktok juga kadang lewat video editannya (kalau ada yang nemu tentang au aku lagi di tiktok tolong kasih linknya ke aku ya hehe makasih).
sampai ketemu di au aku selanjutnya, semoga secepatnya bisa ketemu lagi sama kalian :) ily