Hari ini tepat setelah 1 minggu jihoon sidang skirpsi, dia menjadi salah satu mahasiwa yang lulus cepat. Dengan bantuan dari teman-teman osjur 2021 dan juga bantuan papahnya yang selalu memberikan arahan untuk jihoon, serta wonwoo yang selalu mengajari hal-hal yang jihoon tidak mengerti. Akhirnya dia mampu menyelesaikan studinya berbarengan dengan wonwoo dan daniel.
3.5 tahun kuliah membuatnya belajar banyak hal, dimulai dari mengatur waktu sampai dia menjadi orang terajin di kampus karena ingin cepet selesai kuliah, dulu alasannya karena mau menemui seseorang yang meninggalkan dia. Perpisahannya dengan orang itu sejujurnya sudah jelas, tidak ada hal yang harus dibicarakan lagi. Hanya saja jihoon masih menyayangi orang itu, dia masih ingin melanjutkan hubungannya, harus bertemu lagi pikirnya.
Penyesalan itu selalu datang kepada Jihoon, setiap hari dia menunggu balasan email, terakhir dia mendapatkan balasan email itu sekitar 2 tahun yang lalu. Tanpa jihoon sangka dia mampu bertahan selama 3 tahun ini, tanpa berpikir untuk mencari yang lain. Menurutnya soonyoung itu lebih dari cukup. Sehingga dia terus menanti, sampai akhirnya soonyoung kembali.
Sore ini, di pinggir pantai. Soonyoung dan jihoon sedang menikmati pemandangan matahari yang mulai tenggelam, sebentar lagi akan gelap. Namun mereka masih duduk saja di pantai berduaan, seungcheol dan jeonghan entah kemana.
Jihoon menyenderkan kepalanya kepada soonyoung, tangan soonyoung sedang memeluk pinggang jihoon dengan erat, angin disana cukup membuat mereka kedinginan.
“kamu..... pas kita pertama kali ketemu lagi, pas kita pertama tidur bareng lagi... kamu nangis kan?” tanya jihoon. Soonyoung menatap jihoon dan mengerutkan dahinya.
“kamu nangis. Semaleman kamu terus-terusan ciumin kepala aku. Tapi tiba-tiba kepala aku kaya basah, pasti air mata kamu kan?” tanya jihoon lagi
“bukan, itu aku ngiler” jawab soonyoung yang diberi pukulan oleh jihoon
“yang bener ih”
“hahaha,sakit jihoon. Belum apa-apa udah KDRT” jihoon malah mencubit perut soonyoung dengan keras.
“aduh astaga jihoon, iya iya udah jangan dicubitin terus, iya aku nangis”
“kenapa nangis?” tanya jihoon
“gak nyangka aja bisa sama kamu lagi, gak nyangka kamu nungguin aku. Karena jujur aku selalu berpikiran kalau kamu udah punya orang lain disini jihoon”
“pikiran kamu aneh”
“sama daniel bagaimana?”
“dia sahabat aku, sama kaya wonwoo. Kita temanan, gak bisa lebih. Dari awal begitu”
Soonyoung hanya tersenyum, dan mengelus rambut jihoon.
Setelah perpisahannya 3 tahun lalu dengan jihoon. Soonyoung bahkan tidak ada niat sama sekali untuk mencari yang lain. Dia takut, jujur perpisahannya dengan jihoon memberikan dia sedikit trauma, dia tidak ingin patah hati lagi, dia tidak ingin mencoba hal seperti ini dengan orang lain. Kalau jihoon masih menunggunya, dia pikir mungkin cuman jihoon yang bisa memasuki hatinya lagi, ketika dia meragukan orang lain, namun jika untuk jihoon dia yakin. Apalagi dengan bukti kalau jihoon menunggunya selama ini.
Kebahagiaan terus bertambah setiap harinya, hari-hari dilalui dengan jihoon dan soonyoung yang memulai lagi lembaran baru untuk hubungan mereka, selalu memperlakukan satu sama lain dengan lembut, sama-sama takut kehilangan untuk yang ke dua kalinya.
Waktu sudah menunjukan pukul 6.30, mereka masih betah berdiam disana. Hanya dengan mengobrol dan saling memeluk satu sama lain.
“aku masih harus ke australia, mungkin 2 minggu” kata soonyoung
“kalau aku ikut boleh?”
“ya boleh kalau jihoon mau, tapi nanti berangkatnya setelah jihoon wisuda”
“ehm, 2 bulan lagi dong”
“iya”
Tidak ada hal yang soonyoung lakukan kepada jihoon tanpa persetujuan dari jihoon sendiri, kalau jihoon suka dan jihoon mau, soonyoung akan dengan senang hati menuruti apapun itu. Menurut soonyoung memperlakukan jihoon seperti itu mungkin akan membuat jihoon merasa nyaman, dia selalu berhati-hati dalam bertindak, menanyakan apakah jihoon suka atau tidak, takutnya dia membuat jihoon tidak nyaman dan tidak mampu untuk mengakui keberadaan soonyoung seperti dulu.
Setelah pembicaraan mengenai pulang-pergi ke australia selesai, jihoon dan soonyoung hanya menikmati waktu dengan tenang tanpa ada yang berbicara, hanya suara ombak yang menemani mereka ketika berdua seperti ini, menikmati angin dan menikmati pemandangan di depannya meskipun sudah semakin gelap.
Jihoon melebarkan matanya ketika tiba-tiba soonyoung menarik pinggangnya dan satu tangannya memegangi rahang jihoon. “boleh?” tanya soonyoung dan jihoon pun mengangguk.
Tanpa protes, jihoon menutup matanya ketika soonyoung menciumnya. Kaki jihoon terasa sangat lemas ketika soonyoung memperdalam ciumannya. “lee jihoon, sayangnya aku..” bisik soonyoung, suaranya bercampur dengan suara ombak di telinga jihoon.
Bibir jihoon masih terbuka ketika soonyoung melepas ciumannya. Matanya masih tertutup. Lagi, soonyoung menciumnya lagi malam itu. Ciuman yang awalnya sangat lembut kini semakin dalam. Soonyoung semakin mendekatkan tubuh mereka, jihoon yang menyadari itu perlahan duduk di pangkuan soonyoung. Kedua tangan jihoon memegangi rahang soonyoung, jihoon mengambil alih ciumannya.
Ciuman mereka terlepas, soonyoung melihat ke arah jihoon dan tersenyum, begitupun dengan jihoon. Dia masih mengelus rahang soonyoung. “mau ke kamar?’’ tanya soonyoung. “ayo, lanjutin di sana ya” jawab jihoon.