he didn't like it when ...
“gue bakal ambil banyak daging, lu ambil sayuran” kata soonyoung kepada jihoon tepat setelah mereka menyimpan tas dan berniat mengambil makanan.
tidak ada pilihan lain untuk jihoon selain menuruti apa yang soonyoung katakan. dia mengambil sedikit sayuran dan menyimpannya di atas meja. tidak lama kemudian soonyoung melakukan hal yang sama.
“mau kuah rasa apa?” tanya jihoon
“terserah” jawab soonyoung
dan hanya itulah perbincangan yang terjadi selama mereka makan. sisanya, soonyoung sibuk dengan handphone, bermain twitter bahkan berniat untuk menonton netflix ketika dia makan berdua dengan jihoon.
soonyoung sering sekali makan hanya berdua dengan orang lain, hanya saja dia merasakan kebosanan yang amat sangat ketika dengan jihoon. ditambah lagi pandangan soonyoung terhadap 'orang yang lebih tua' darinya sudah berbeda dari awal.
sampai pada akhirnya jihoon pun mengambil handphone-nya, membuka twitter dan membalas pesan dari jeonghan.
makanan sudah habis, jihoon sadar diri jadi dia cepat-cepat menghabiskan makanannya. ini bukan yang jihoon bayangkan sebelumnya. dia tahu, kalau soonyoung sering membuatnya jengkel tanpa sebab, sikapnya yang selalu dingin pada jihoon membuat jihoon semakin kebingungan. kesalahan apa yang sudah dia perbuat sehingga soonyoung terlihat sangat tidak menyukainya.
dengan diam, setelah soonyoung membayar makanan. mereka pergi keluar restoran. jihoon berada di depan soonyoung berjalan tanpa mengatakan apapun.
sekitar jam 10 malam, harusnya jika mengikuti perkataan si kakak ipar dua jam yang lalu, saat ini soonyoung sudah berada di rumah, di kamarnya. tapi, dia masih di depan restoran yang semakin malam semakin sepi pengunjung.
“lu ngasih tahu kaip?” tanya soonyoung sambil memasukan handphone ke dalam saku celananya
“apa?”
“lu ngasih tahu kaip?” ulangnya
“ngasih tahu apa?” jihoon membalikan badannya supaya bisa melihat soonyoung dan menanyakan hal yang ditanyakan oleh soonyoung dengan jelas.
“hahaha” soonyoung tertawa, dan jihoon semakin bingung.
“lu kan udah dewasa ya, bisa gak sih gak perlu ngaduan sama kaip, apa-apa diaduin” mendengar perkataan soonyoung, jihoon terdiam. dia masih mencerna perkataan orang yang lebih muda empat tahun darinya itu.
“gak bisa jawab kan lu?” tanya soonyoung lagi.
“gue ... gak ngadu. gue gak ngaduin lo adek. han itu temen gue satu-satunya, yang kebetulan adalah kakak ipar lo. sama kaya halnya lo sama temen lo suka saling kasih kabar kan? sama, gue pun hanya kasih kabar sama han sebagai teman yang udah terbiasa cerita apapun”
“tetep gak menutup kemungkinan kaip bakal marah sama gue”
“kalau memang itu adalah hal yang salah, han pasti bakal marahin lo”
“kan, apalagi lu temennya. udahlah gue males ngobrol sama lu. gue udah gak punya utang budi ya, udah kebayar sama makan barusan”
dan jihoon terdiam ketika melihat soonyoung sudah menaiki motornya, tanpa mengajak jihoon untuk ikut menaiki motor tersebut.
“lu balik sendiri, jangan manja masih ada bus, ada kereta atau pake aplikasi. aduin sama kaip sana biar sekalian gue dimarahinnya”
“gue ada salah? kenapa kaya yang benci banget sama gue?” tanya jihoon
“ya elah, masa gak ngeuh. orang dewasa kan katanya pekaan. masa lo gak nyadar?”
“jelasin” perintah jihoon yang langsung diberikan senyuman sinis oleh soonyoung
“sebenernya gue gak ada masalah kalau harus antar lu pulang ke rumah setelah lu lembur, gue jadi bisa motoran sampai malam. tapi gue gak suka, karena lu gak bisa ngebujuk kaip buat berhenti nyuruh gue anterin lu terus. kesel aja, katanya orang yang dewasa bisa atur hidupnya sendiri, pulang malem sendiri aja gak bisa. kocak. sok-sokan baik sama gue padahal aslinya lu kesel kan sama gue karena gak pernah bales chat lu, sampe-sampe ngadu ke kaip”
“ini adalah perbincangan paling lama kita, gue gak mau kaya gini bin. lagian kan tadi udah dijelasin niatnya bukan ngadu ta-”
soonyoung mengerutkan dahinya, “bin?” tanyanya
“lu manggil gue bibin?”
“sorry, keceplosan” kata jihoon
“lu mau manggil gue apapun terserah, asal jangan bibin. lu gak berhak manggil gue bibin. lu bukan siapa-siapa gue” dan soonyoung mulai menyalakan motornya
“sorry”
kata terakhir yang jihoon ucapkan yang terdengar oleh soonyoung. dalam pikiran jihoon, malam ini bukan malam yang dia tunggu-tunggu tadi sore. terlintas dipikirannya bagaimana jihoon sibuk memilih baju yang cocok untuk sekedar makan malam dengan soonyoung. sibuk memilih perfume mana yang akan dia gunakan.
bayangan semua hal yang telah dia lakukan semakin jelas dan jihoon semakin malu pada diri sendiri.
“ngarep apa sih” ucapnya pelan
dan jihoon kembali diingatkan oleh dirinya sendiri serta keadaan. kalau apa yang dia mau itu terlalu jauh, utasan tali hubungannya seperti putus begitu saja. padahal jihoon masih memegangnya dengan erat bahkan sampai detik ketika soonyoung melarangnya untuk memanggil dengan sebutan 'bibin' pun setelah ucapan itu jihoon dengar dengan jelas. jihoon masih tidak mau melepaskannya.