heartbreak anniversary
di rumah soonyoung sedang ada lala yang sibuk belajar dengan bibinya, dipantau oleh soonyoung yang sedang melakukan zoom meeting terkait pekerjaan. beberapa hari ini dia memutuskan untuk bekerja di rumah karena lala sedang sakit. baru dua hari lala keluar dari rumah sakit setelah dirawat sekitar empat hari. soonyoung masih belum tega meninggalkan lala hanya dengan bibi pengasuhnya ketika lala masih merasakan demam dan susah makan. anak itu tidak mau makan sama sekali apabila tidak soonyoung suapi. anak itu tidak mau meminum obatnya kalau bukan soonyoung yang menyuapi semua obat yang harus lala makan dan minum. beberapa pil tidak masalah bagi lala, yang penting disuapi sama soonyoung. memang lala sangat ketergantungan kepada soonyoung, dia sudah terbiasa apapun yang dia lakukan harus dengan soonyoung disampingnya.
hanya ada satu kebiasaan yang mau tidak mau harus lala lepaskan. kalau dulu sebelum tidur akan selalu ada jihoon yang menemaninya dengan cerita-cerita luar angkasa yang lala sukai, bahkan tentang hal-hal random yang lala tanyakan akan terjawab dalam satu waktu. sehingga tidur lala nyenyak, tidak memikirkan lagi pertanyaan-pertanyaan yang ada di kepalanya. dan sayangnya, kebiasaan itu lala buang dengan berjalannya waktu. perlahan lala pun terbiasa dengan seribu alasan yang soonyoung berikan kenapa dia tidak bisa bertemu dengan jihoon setiap hari, kenapa dia tidak bisa mendengarkan jihoon bercerita lagi setiap malamnya.
di sisi lain, jihoon sudah tidak tahu ingin berbuat seperti apa. ketika lala masih sering memintanya untuk bercerita dan menemaninya. jihoon ingin melakukan semua itu lagi, tapi keadaan tidak membolehkannya. jihoon sadar itu tidak bisa terus-terusan ia lakukan. dan dengan perlahan dia mengurangi intensitas pertemuan dengan lala. sampai pada akhirnya dari satu minggu sekali menjadi 2 bulan sekali. atau bahkan dalam 2 bulan tidak bertemu sama sekali.
mungkin waktu akan terus mengikis frekuensi pertemuan mereka, mungkin memang inilah yang harusnya terjadi ketika mereka setuju dengan perpisahan.
tapi kembali lagi dengan kenyataan pahit yang mereka simpan rapat-rapat.
ada satu sweater favorite jihoon yang masih soonyoung simpan di dalam lemarinya. dan ada sepasang sepatu soonyoung yang masih jihoon simpan di ruang tengah, berjejer dengan sepatunya.
bukan lupa tidak dibawa, tapi mereka berdua secara sadar, sengaja menyimpan barang-barang itu di tempat yang seharusnya.
karena seharusnya rumah soonyoung adalah rumah jihoon, seharusnya apartemen jihoon adalah apartemen soonyoung. meskipun mereka tidak pernah kembali dan diam di tempatnya masing-masing. tapi ada sweater favorite dan sepatu yang tinggal dan diam ditempat yang sang pemiliknya tidak bisa datangi lagi.
selama mereka berpisah, selama mereka memutuskan untuk berhenti mengakhiri apapun yang mereka sebut saat itu. bukan hanya satu kali, tapi berkali-kali mereka bertemu, menyapa seadanya dan tidak lebih dari itu.
tidak lebih dari itu–luarnya. jika di dunia mereka ada manusia paling hebat dalam berpura-pura mungkin soonyoung dan jihoon bisa menjadi salah satu pemenangnya. setelah saling sapa, yang satu mencoba menyibukan diri dengan anaknya sedangkan yang satunya lagi mencoba seceria mungkin di depan sang anak. padahal isi kepalanya terus menyuruh mereka untuk mengobrol penuh dengan basa basi, hanya ingin menanyakan kabar saja susah mereka ucapkan.
di titik ini mereka berdua iri dengan lala, yang bisa dengan bebas memeluk atau mengobrol tanpa rasa canggung. yang masih diberikan kasih sayang secara penuh oleh keduanya secara terang-terangan. soonyoung merasa iri dengan lala begitupun dengan jihoon.
mereka memiliki satu lingkaran pertemanan yang sama. orang-orang terdekat paham dengan kondisi soonyoung dan jihoon saat ini. ketika soonyoung mengatakan semuanya baik-baik saja setelah berpisah dengan jihoon, mereka semua paham kalau yang diucapkan oleh soonyoung itu bukan kenyataan melainkan sebuah harapan. begitupun dengan jihoon, ketika dia bilang dia sudah terbiasa dengan keadaannya, semua orang pun tahu kalau itu hanya keinginannya yang sampai saat ini masih belum bisa dicapai.
karena kalau harus jujur, diatas semua kata-kata yang terdengar. perkataan yang terdengar tegas dan sudah mutlak, pada nyatanya mereka diam-diam merasa takut. takut kalau jihoonnya sudah berhenti menaruh harapan, takut kalau soonyoungnya sudah tidak memiliki perasaan.
jika semesta bisa berbicara dan menyampaikan pesannya kepada dua orang yang terlihat baik-baik saja tapi penuh dengan kekhawatiran, maka semesta akan berkata
”tenang saja soonyoung, karena jihoon masih menaruh harapannya dengan kuat”
”dan tenang saja jihoon, karena soonyoung tidak pernah sekalipun menghilangkan perasaannya”
dalam kasus mereka, pertemuan biasa akan menjadi sesuatu yang luar biasa. acara kondangan yang kebanyakan orang hindari malah soonyoung dan jihoon tunggu-tunggu. pasalnya dimomen itulah, mereka bisa saling bertemu.
duduk melingkar dengan meja yang sama, teman-temannya sudah terbiasa dengan kecanggungan antara soonyoung dan jihoon. pun dengan mereka berdua.
tapi entah kenapa, menurut jihoon akan selalu ada kilas balik ketika menatap mata soonyoung. dan menurut soonyoung, akan selalu ada rasa bersalah dalam hatinya ketika ia menatap mata jihoon.
ketika melihat mata soonyoung yang juga sedang menatapnya saat ini, jihoon pasti selalu teringat dengan moment dimana mobil soonyoung pergi meninggalknanya di depan rumah jeonghan. jihoon mengingat itu, selalu. memberikan sugesti pada dirinya sendiri kalau berakhir adalah kata yang tepat untuk ditempatkan diantara jihoon dan soonyoung.
tapi kadang, ketika semuanya menjadi gelap, semua orang tertidur dengan lelap. pertanyaan ‘kenapa?’ itu kerap muncul di benak keduanya.
”kenapa harus kaya gini?”
”kenapa harus berpisah?”
”kenapa aku tidak bisa bahagia?”
”kenapa sesusah ini buat bareng-bareng?”
”kenapa harus terjadi sama kita?”
mau ditangisi, air matanya sudah habis. mau disesali, tapi ini merupakan keputusan yang keduanya setujui untuk terjadi. tidak bisa menyalahkan siapapun dan mereka berdua tidak akan pernah berani untuk menyalahkan keadaan.
hari ini lala sudah sangat cantik menggunakan gaun yang beberapa hari lalu soonyoung pesan. soonyoung pun sama sudah tampan dengan jas berwarna hitam kesukaannya, mereka berdua sudah siap untuk pergi ke pernikahan salah satu rekan kerja soonyoung.
“ayo la, udah siap?”
“siaaaap” katanya dengan gembira, setelah sakit beberapa hari yang lalu. lala sudah mulai ceria lagi dan ini merupakan kegiatan bermain keluar pertamanya, oleh karenanya lala sangat bersemangat.
perjalanan tidak terlalu jauh, soonyoung memegang tangan lala dan mereka berjalan masuk ke dalam gedung acara resepsi pernikahan.
“lalaaaa” dari jauh sana terdengar suara jeonghan dan jisoo yang berteriak memberikan isyarat untuk soonyoung dan lala supaya menghampiri mereka.
“macet banget heran” kata soonyoung
“ya lo perginya kesiangan” jawab jeonhan ketus
“iya sih” jawab soonyoung
“si juned mana?” lanjutnya
“udah ambil makanan tuh” jisoo menjawab pertanyaan soonyoung.
“oh, jadi si mingyu kapan baliknya han?”
“mungkin akhir tahun ini, nungguin libur semesternya”
“pengennya sih sekarang-sekarang ya han udah kangen soalnya” kata jisoo sambil bercanda menggoda jeonghan
“apasih anjir” jawab jeonghan dengan ketus meskipun pipinya sedikit memerah.
“kak ciiil” itu suara lala, yang membuat semuanya menjadi diam. antara penasaran dengan apa yang anak kecil itu katakan lagi dan penasaran dengan respon orang yang barusan saja disebut namanya.
“ada apa lala?” jawab jihoon dengan senyuman terbaiknya yang ia berikan untuk lala.
“aku kangen sama kak cil … “ perkatannya terhenti, tapi matanya masih menatap jihoon dengan berkaca-kaca.
“aku kangen banget” lanjutnya
jihoon tersenyum, menunduk mendekati lala. memposisikan dirinya sejajar dengan anak kecil yang batinnya sedang meronta minta dipeluk.
“aku juga kangen banget sama lala”
dan lala menghambur ke dalam pelukan jihoon. dengan erat, penuh kasih sayang dan rasa rindu yang sudah lama tidak pernah lala suarakan.
soonyoung dalam hatinya merasa senang, dua orang yang dia sayangi saling memeluk melepas rindu satu sama lain.
disini tinggal soonyoung, yang masih belum bisa memeluk jihoon, pun sebaliknya. pikirnya, cukup lala saja yang mewakilkan. meskipun dirinya juga ingin melakukan hal yang sama.
jika dalam momen kondangan seperti ini, mereka akan sibuk mengobrol sambil menikmati makanan yang ada. jeonghan dan jisoo sibuk dengan memberikan komentar kepada baju orang-orang yang datang ke kondangan, disana ada jun yang sekali-kali memperingati mereka berdua untuk berhenti.
disisi lain ada soonyoung yang fokusnya kepada jihoon dan anaknya. menyaksikan mereka mengobrol penuh tawa. kadang dia ikut menjawab apa yang lala tanya. kadang dia hanya tersenyum pahit ketika sadar kalau pemandangan di depannya ini akan segera hilang dalam beberapa jam.
seperti biasanya, ketika sudah berkumpul di akhir acara akan ada foto bersama. jeonghan, meskipun tidak diminta akan tetap melakukan hal yang diinginkan jihoon.
“jihoon sini dong, lala juga sini”
dalam setiap langkah yang jihoon ambil, dia tersenyum. menggenggam tangan lala dan mengatakan “ayo” dengan penuh semangat.
mereka berjajar, siap untuk difoto. lala berdiri diantara soonyoung dan jihoon. senang dengan fakta bahwa lala bisa memiliki foto dengan kak cil, senang karena hari ini lala setidaknya bisa berbicara lagi dengan kak cil yang selalu lala rindukan. pun dengan soonyoung, dia senang.
tangan jihoon berada diatas pundak lala. dengan sadar dan tahu akan resiko apa yang akan dia dapat nantinya, soonyoung juga meletakan tangannya di atas tangan jihoon yang sedang memegang pundak lala.
jihoon terkejut, sempat melihat ke arah soonyoung sebentar sebelum kembali lagi fokus ke arah kamera yang sudah siap menangkap momen mereka. disisi lain soonyoung tidak memberikan reaksi kepada jihoon, tatapannya sudah fokus pada lensa didepannya.
hanya sekedar sentuhan kecil bisa membuat jihoon merasakan perasaan yang sama seperti dulu ketika ia pertama kali didekati oleh soonyoung. seperti kembali ke masa mereka sedang pendekatan. masih malu-malu, masih gampang tersipu.
lalu bagaimana dengan keadaan soonyoung?
setiap pergerakan apapun yang dia lakukan, rasanya seperti kembali ke masa dia mendekati jihoon dengan dalih suka dan akan dilepaskan. senangnya ada, putus asanya ada, tapi nagih. bawaannya, mau terus sama jihoon, nantinya akan ada masalah atau sedih tidak membuatnya mundur.
tapi sayangnya soonyoung tidak seberani dulu. ketika ia menjauhkan tangannya dari tangan jihoon. pada saat itu juga dia tidak menaruh terlalu banyak harapan, seolah melepaskan keberaniannya dan tetap bertahan pada kenyataan yang sedang dijalani.
acara selesai, dan momen satu detik sebelumnya sudah menjadi kenangan.
tapi yang terjadi setelahnya, karena sentuhan itu merupakan awal mula dari hal-hal sedikit berani yang mereka lakukan.
contohnya, dua bulan kemudian. mereka bertemu lagi. kali ini ulang tahun jisoo sebagai alasannya.
di cafe milik jisoo, mereka berkumpul. malam itu lala tidak bisa ikut, karena sudah tidur dan acara perayaan ulang tahun jisoo dimulai pada jam sepuluh malam. memang khusus untuk teman-teman terdekatnya saja.
dan disanalah tercipta ruang untuk soonyoung dan jihoon. ada sedikit ruang untuk mereka berbincang dengan serius. di pojok ruangan, di atas meja hanya ada minuman. sempat canggung dan tidak ada yang berbicara selama beberapa menit.
tapi jihoon rasa, ini bukan saatnya untuk saling berdiam diri. lalu jihoon membuka pembicaraan mereka.
“aku sudah terbiasa dengan keadaan kita. aku dan kamu mungkin masih memiliki satu pemikiran yang sama. setidaknya aku harap begitu”
“sama kok cil, pasti sama. gue juga berharapnya begitu”
dengan alasan apapun mereka bertemu dan dengan alasan apapun mereka berpisah. mereka berdua sudah tidak peduli. selama satu sama lain pernah ada dan masih ada, bahkan akan selalu ada untuk satu sama lain. soonyoung dan jihoon rasa itu sudah cukup.
“apapun yang ada dalam pikiran kamu, skenario apa yang kamu ciptakan. terserah kamu, aku yakin itu yang terbaik. bagaimanapun … hari ini … tepat satu tahun kita memutuskan berjalan masing-masing”
pandangan soonyoung melembut, setiap perkataan jihoon bagaikan pisau yang sedang menusuk hatinya.
“udah satu tahun ya … makasih ya buat semuanya, makasih udah kuat, udah mau terima, udah mau mengalah demi kebahagiaan lala. makasih atas semua kebaikannya cil. bagi lala, bagi gue … lo itu … kesayangan kami, jadi … tolong berbahagia bagaimanapun caranya”
“iya kak” dan hening, jihoon mencerna apa yang soonyoung katakan dan soonyoung tidak tahu hal apalagi yang harus ia ungkapkan.
“tapi … diantara kita, menurut kamu … apakah akan ada yang namanya start over?” tanya jihoon tanpa keraguan
“belum tahu, tapi semoga bisa, semoga ada. apapun yang lo mau cil, semoga bisa terkabul”
“begitupun dengan kemauan kamu ka”
“jadi hari ini kita merayakan hari dimana hubungan kita berakhir dulu”
“semoga nanti bisa merayakan anniversary yang lain”
“semoga cil”
jihoon melangkah dibelakang menyaksikan soonyoung berjalan dengan lala, jihoon berjalan melihat orang terkasihnya didepan. pikir jihoon, mungkin memang beginilah akhir dari cerita mereka, hanya sebatas jihoon yang terus melihat soonyoung dari belakang. tapi, jihoon salah. soonyoung memperlambat jalannya begitupun dengan lala, mempersilahkan jihoon untuk berjalan dan mensejajarkan dengan posisinya. soonyoung mempersilahkan jihoon untuk berada satu meter disampingnya dan juga lala.
tapi mereka memandang jalan lurus kedepan, jihoon bisa merasakan kehadiran soonyoung tapi tidak bisa lagi menatap mereka. mereka berjalan dengan sejajar tanpa melihat satu sama lain. ada jarak yang tidak bisa jihoon lewati dan lala sebagai tandanya. sampai akhirnya jihoon menyadari sesuatu. hingga dengan sengaja, jihoon memutuskan untuk kembali mengambil beberapa langkah ke belakang.
lily’s universe, anniversary project 3/3
23 July 2022 – 02 October 2022 from AM, ketum and the last one, loslaten.