⚠️ : homophobic, broken home, toxic parents.
jihoon tahu, setiap langkah yang dia ambil ketika keluar dari kantornya terasa sepuluh kali lipat lebih berat dan melelahkan dibanding biasanya. ada tali kasat mata yang mengikat pergelangan kaki jihoon, menyuruhnya untuk diam, tapi keberanian jihoon mengatakan untuk menghadapi apapun yang akan dia hadapi dan disinilah jihoon sekarang, melihat ke arah soonyoung yang sedang menunggunya di luar mobil sambil berdiri memainkan handphone.
langkahnya semakin berat, senyumnya ia paksakan. jihoon ini bukan akhir duniamu, pikirnya.
tidak banyak yang mereka bicarakan selama perjalanan dari kantor jihoon menuju rumah jeonghan, mereka tidak membutuhkan basa basi lagi, biarkan keheningan menemani perjalanan mereka. bukan untuk saling mengabaikan, bukan berarti saling tidak perduli dengan kehadiran masing-masing, bukan berarti soonyoung atau jihoon tidak perduli lagi.
mereka membiarkan isi kepalanya berpikir, tentang kata apa yang akan nanti mereka ucapkan, tentang hal apa yang akan menjadi keputusan terakhir dari hubungan mereka. tentang bagaimana jihoon menanti jawabannya sonyoung dari pesan yang tidak soonyoung balas, tentang bagaimana soonyoung merasa begitu bersalahnya kepada jihoon.
isi kepala soonyoung sudah muak dengan kata-kata positif yang dia terapkan, semuanya tidak berguna, karena bukan itu yang dia butuhkan dan bukan itu yang harusnya ia pikirkan.
“diparkir sini aja ka, agak mepet ke depan pagarnya”
“okey”
“mau jawab pertanyaan aku di sini? atau di dalam rumah ka han?”
“sini aja cil”
entah untuk yang keberapa kalinya, mereka menghebuskan nafas panjang tapi masih belum ada yang berani memulai untuk berbicara. kali ini soonyoung si pemberi keputusan, yang akan memberikan kepastian untuk mereka.
jihoon yang sedang menunggupun, mempunyai andil besar dalam keputusan soonyoung karena jihoon yang memberikan keberanian untuk soonyoung kembali memilih.
kepada apapun yang menahan suara soonyoung, enyahlah karena dia sudah lelah dengan isi pikirannya yang tidak disuarakan. baru beberapa menit dia sudah gila, pikirannya semakin kacau. darimana dia harus memulai.
“take your time ka, aku tunguin” kata jihoon, jihoon sadar kalau soonyoung sedang memilah perkatannya. ketika soonyoung mengacak-ngacak rambutnya sendiri, menatap jihoon sebentar lalu berpaling lagi, jihoon tahu kalau soonyoung pun sedang dilema. atau mungkin dia sudah punya jawaban tapi susah untuk mengungkapkan.
“sumpah” kata soonyoung, bukannya melanjutkan perkataannya ia malah menunduk menutupi mukanya, memijat keningnya yang saat ini terasa pening.
“gue, bakal ngelakuin apapun yang bisa bikin lo bahagia cil, sumpah”
“apapun yang lo mau, sumpah, apapun cil”
hal yang membuat jihoon menangis, bukan karena perkataan soonyoung. tapi karena saat ini ia melihat soonyoung yang terlihat sangat frustasi, berbicara penuh dengan tekanan, sedari tadi soonyoung masih sibuk berusaha untuk menghentikan tangisnya agar bisa berbicara dengan jihoon, dan itu yang membuat hati jihoon tersakiti.
“lo tuh, gak bisa diginiin— hidup loh tuh—harusnya gak gini”
soonyoung memberanikan diri melihat jihoon. ketika mata mereka saling bertemu dan soonyoung sadar kalau bukan cuman dia yang meneteskan air mata.
“gak gini sumpah”
“enggak gak gini”
soonyoung beberapa kali mengucapkan dua hal tersebut, makna yang sama, tidak menerima apa yang sedang ia lalui. karena rencana awal soonyoung maupun jihoon, bukan untuk saling berhadapan di dalam mobil di depan rumah jeonghan membicarakan tentang hal yang tidak akan pernah mau mereka bahas sebelumnya. rencana awal mereka hanya menghubungkan keinginan satu sama lain, bahagia. hanya itu.
“ka, aku akan terima apapun keputusan kamu. seperti yang aku bilang tadi, mau ambil risiko sama aku atau enggak juga gak papa, karena aku tau, keputusan kamu yang terbaik buat lala. jadi gak papa, karena aku juga mau yang terbaik buat lala”
soonyoung meraih tangan jihoon, mencium tangan jihoon lalu memeluk tubuh jihoon. kalau semua bentuk apresiasi bisa soonyoung lakukan detik itu juga sudah soonyoung lakukan. jihoon yang baik, jihoon yang sayang dengan dirinya, jihoon yang mementingkan lala, jihoon yang—kalau soonyoung diberi kesempatan, diberi izin oleh semesta, dia akan memberikan apapun bentuk apresiasi yang jihoon layak terima karena ucapan terimakasih, ucapan kalau jihoon kamu terlalu baik pun tidak pernah cukup bagi soonyoung.
mereka saling memeluk, menenangkan satu sama lain, biarkan air mata mereka keluar sampai kering dipipi dengan sendirinya, sampai mereka tenang dan siap melanjutkan pembicaraan.
“dulu gue memutuskan buat cerai salah satu alasannya adalah kenyamanan lala, gue gak mau nyakitin lala, gue sama cici dulu sempat ada di fase sering memperdebatkan hal kecil, sering berantem diam-diam. gue sama cici setuju, kalau kita gak mau lala ngerasain apa yang kita rasain. ngedengerin orang tua berantem, dirumah tapi gak nyaman, tiap hari cuman bisa tutup telinga penasaran kenapa mereka berantem terus, tiap hari ngedenger barang pecah, tiap hari denger kata-kata kasar, tiap hari denger mereka yang saling nyalahin, mau pergi dari rumah tapi gak punya apa-apa—“
soonyoung memegang tangan jihoon, menatap jihoon lagi.
“dan gue gak mau lala ngerasain itu cil”
jihoon mengangguk, dalam pikirannya yang sedang sibuk itu, terselip kalau jihoon pun merasa kagum dengan cara soonyoung melindungi lala dari kemungkinan apapun dan hal terburuk yang pernah soonyoung rasakan, ia jadikan pelajaran dan ia terapkan dalam hidupnya untuk membuat lala nyaman dengan yang namanya rumah.
“waktu pertamakalinya gue denger suara tangis lala, gue janji sama diri gue sendiri kalau gue gak bakal kaya orang tua gue yang gak pernah sekalipun mikirin perasaan anaknya, gue gak akan kaya mereka yang bisanya cuman nuntut doang dan gue—gak akan ngebiarin siapapun nyakitin lala, gue—“
soonyoung berhenti lagi, bahkan dengan mendengarkan apa yang soonyoung katakan membuat jihoon meneteskan air matanya yang bahkan bekas aliran air mata di pipinya masih belum kering.
“gue, gak akan pernah mau ambil risiko yang bisa mengganggu kebahagian dan kenyamanan lala...gue minta maaf cil”
soonyoung menggenggam tangan jihoon erat, mendekatkan tangan jihoon pada wajahnya ia membungkuk dihadapan jihoon, seolah meminta ampun atas apa yang ia ucapkan dan semua perbuatannya.
hal yang paling menakjubkan dari seorang lee jihoon adalah, ketika dia mendengarkan semua perkataan soonyoung, ketika dia mengangguk memberikan persetujuan kepada apapun yang soonyoung katakan. ketika dia sekarang ikut membungkuk memeluk kepala soonyoung dan mengelusnya pelan.
“kamu, jadi ayah yang baik. aku bangga banget ka”
bahkan suara tangisan soonyoung bisa terdengar dengan jelas.
“aku sedih karena hubungan kita harus udahan lagi, tapi aku dukung keputusan kamu—“
“—i love you more, ka”
“jangan gitu cil, gue mohon jangan kaya gitu“
rasa bersalah, kecewa dengan keadaan,desakan dari keputusan yang sudah dibuat. soonyoung bisa apalagi. sekarang ia hanya perlu meminta jihoon untuk lebih bahagia, bisa bahagia dengan orang lain, menjalani hidupnya dengan baik.
“aku punya cara aku sendiri buat jalanin hidup aku, aku bisa bahagia tanpa harus kamu suruh aku lupain kamu atau aku cari orang lain sebagai pengganti kamu, aku janji aku akan baik-baik aja”
dan tidak ada lagi yang bisa soonyoung lakukan selain percaya dengan perkataan jihoon. ketika tidak ada lagi yang bisa mereka katakan, ketika soonyoung masih memegang tangan jihoon dengan erat, ketika semuanya sudah jelas kalau tidak ada harapan untuk mereka berdua.
jihoon mengirim pesan kepada jeonghan, setelah tadi ia dan soonyoung menenagkan diri, jihoon memutuskan untuk mengakhiri pertemuannya hari ini dengan soonyoung.
“udah bilang ke jeonghan?”
“udah ka, aku masuk ke rumah ya”
soonyoung ikut turun, jeonghan masih belum terlihat. soonyoung manfaatkan keadaan itu untuk dia kembali berbicara dengan jihoon. hal pertama yang soonyoung lakukan adalah ia pegang tangan jihoon lagi, soonyoung tidak akan pernah bosen dengan kegiatan memegang tangan jihoon ini, bahkan dia bisa melakukannya seharian.
kedua, soonyoung berlutut di depan jihoon. ini adalah hal yang ingin soonyoung lakukan sedari tadi. cara meminta maaf seperti apa yang bisa soonyoung lakukan supaya bisa menghilangkan rasa bersalahnya kepada jihoon.
“ka, jangan kaya gini”
jihoon berusaha membangunkan soonyoung.
“gue minta maaf cil, gue gak bisa apa-apa lagi”
“gak papa ka, ayo bangun”
jeonghan berdiri tidak jauh dari posisi soonyoung dan jihoon, dia terdiam, kaget melihat keadaan yang sedang dia saksikan, dia melihat jihoon yang baru saja memeluk soonyoung dan terus-terusan mengatakan ‘gak papa’. dengan dia tidak mendekat, sepertinya jeonghan paham, jeonghan memilih untuk diam menungu jihoon selesai bicara dengan soonyoung.
ketika soonyoung sudah bangun lagi, ketika jihoon lagi dan lagi menghapus air mata soonyoung. jeonghan menghampiri mereka. soonyoung melihat jeonghan datang, merasa kalau waktunya sudah habis sampai disini. soonyoung mencium kening jihoon, memeluk yang lebih muda.
“cil yang kuat ya”
jihoon mengangguk, soonyoung sempat berpamitan dengan jeonghan, lalu dia masuk ke dalam mobil.
selama soonyoung belum berangkat, jihoon masih melihat ke arah soonyoung. perkataan soonyoung tadi, entah kenapa malah membuat hatinya menjadi lebih sakit dari sebelumnya. ‘cil yang kuat’ katanya, seperti jihoon baru saja disadarkan kalau dia dan soonyoung sudah berakhir untuk yang kedua kalinya.
ketika jihoon sudah tidak sanggup melihat soonyoung, ia membalikan badannya dan memeluk joenghan. perlahan jeonghan mengajak jihoon ke dalam rumahnya dan ketika jeonghan membuka pintu rumahnya, soonyoung baru bisa pergi.
tadi jihoon sudah bilang, kalau dia mau langsung tidur di kamar jeonghan, yang punya kamar tidak protes, ia membiarkan jihoon tertidur atau mungkin sedang menangis malam ini.
di sisi lain, ada soonyoung yang juga baru sampai. dia menanyakan keberadaan lala pada bibi, katanya lala sudah tidur karena nunggu papinya pulang kelamaan. soonyoung menuju kamar lala, duduk disamping lala yang sedang tertidur.
“lala anak baik, papi sayang sama lala”
kalau lala gampang terbangun mungkin dia sudah terbangun ketika soonyoung memegang tangan lala, suara tangis soonyoung yang bisa terdengar dengan jelas, atau ketika soonyoung terus mengecup kepala lala.
untuk kali ini, bukan pikiran yang positif yang bisa mereka terapkan, antara jihoon dan juga soonyoung, mereka memilih hati yang bisa menerima.
acceptance
untuk segala hal yang sudah mereka lalui, untuk semua usaha yang sudah mereka lakukan. ini akhir untuk hubungan mereka dan mereka hanya bisa menerimanya.
hai, terimakasih sudah mengikuti loslaten sampai selesai, sudah mengikuti projek terlama aku sampai selesai. it was hard buat aku juga untuk menyelesaikan loslaten, tapi akhirnya selesai juga. sekali lagi, terimakasih banyak teman-teman untuk semua qrt dan dukungan yang kalian berikan.
—lily