kalau dulu, soonyoung selalu menjadi orang yang paling berisik ketika mereka berkumpul, selalu menjadi orang yang— kalau kata jihoon sih mulutnya cuman bisa diam kalau dia sedang makan.
sangat berbeda dengan soonyoung yang sekarang sedang berada di sampingnya, memangku lala dengan style baju kantoran karena soonyoung baru saja pulang. siapa sangka, soonyoung akan berubah menjadi sosok orang tua yang berwibawa ketika di depan anaknya.
“tadi habis main apa aja sama ka cil?” tanya nya kepada lala, jihoon hanya tersenyum, memperhatikan anak dan bapak ini bisa menjadi hobi barunya.
“habis mandi, telus tadi habis celita banyak. tadi lala udah nanyain bintang-bintang lagi” soonyoung mengusap kepala lala
“pinter anak papi” katanya
soonyoung tidak berbohong ketika dia mengatakan kalau dirinya tidak bisa berhenti tersenyum karena membayangkan jihoon yang sedang menunggunya di rumah bersama lala, tadi jihoon sendiri bisa menilai secara langsung ketika soonyoung turun dari mobil senyuman itu masih ada dan senyuman itu disebabkan oleh jihoon yang dimana membuat jihoon juga ikut tersenyum lebar ketika soonyoung menghampirinya dan diam-diam tanpa sepengatahuan lala dia mencium kening jihoon cepat-cepat.
“mau makan malam sekarang ka?” tanya jihoon
“mau mandi dulu cil, boleh gak?”
“yaudah sana mandi, sini lala sama kaka lagi papinya bau itu belum mandi”
“ciee papi” ledek soonyoung kepada jihoon
“iiih papi bau, sana mandi” lala beralih dari pangkuan soonyoung ke pangkuan jihoon sambil mendorong-dorong soonyoung supaya papinya itu cepat pergi ke kamar mandi. lagi dan lagi jihoon hanya bisa tersenyum melihat keakraban antara lala dan soonyoung.
lalu, kalau jihoon dan lala sudah berduaan mereka akan banyak membahas tentang hal-hal yang ingin lala tahu, jihoon sama sekali tidak keberatan ketika ia harus menceritakan dan menjelaskan banyak hal kepada lala, jika itu merupakan salah satu keahliannya yang lala suka, dengan senang hati jihoon akan selalu menjawab setiap pertanyaan dari lala.
tidak lama, soonyoung yang sudah selesai membersihkan diri kembali menghampiri lala dan jihoon dengan rambutnya yang masih basah dan juga handuk yang sudah basah menggantung di lehernya.
“kamu ngapain bawa handuk bekas lap badan kamu?”
“ngeringin rambut gue cil, buat apa lagi emang?”
“ganti pakai handuk yang kering ka, kalau pakai yang itu gimana mau kering rambut kamu, orang handuknya aja udah basah”
lagi, soonyoung dibuat tersenyum oleh jihoon, tapi barusan soonyoung sedikit was-was takut kalau jihoonnya marah, karena seharian ini sepertinya jihoon sedikit emosian, makanya soonyoung langsung pergi ke kamarnya mencari handuk yang masih kering.
untuk yang kedua kalinya soonyoung menghampiri jihoon dan juga lala. kali ini tidak ada lagi hal yang jihoon protes, soonyoung bahkan menghebuskan nafas panjang saking leganya ketika jihoon mengajak mereka bertiga untuk makan malam.
“papi gak suka banyaaak makanan, gak suka ini, gak suka itu, semuanya papi pilih-pilih, kalau sama mami, papi selalu dimalahin” lala mengomel ketika soonyoung memilah-milah makanan yang akan dia makan. ini yang anak yang mana sih, pikir jihoon.
malam itu, soonyoung benar-benar menikmati makan malamnya. terlepas dari panasnya group chat yang tadi siang sempat membuat kepalanya pening, sekarang soonyoung malah dibuat senyum terus menerus dengan hanya melihat interaksi antara lala dan jihoon.
lala yang suka bercerita tentang banyak hal dan jihoon yang selalu mendengarkan dengan antusias, di sini soonyoung sadar kalau terkadang ketika dia lelah, dia suka mengabaikan lala ketika bercerita dan hanya memberikan reaksi yang sepertinya tidak sesuai dengan reaksi yang ingin lala terima.
“okay, sekarang makannya dilanjut ya, nanti kalau sudah makan lala boleh cerita lagi”
“okey, kakak cil” katanya menurut
— setelah selesai makan malam, mereka kembali menuju ruang tamu. waktu sudah menunjukan pukul sembilan malam, sudah satu jam setelah mereka makan dan lala harusnya sudah tidur pulas di kamarnya. tapi seperti biasa, dikarenakan ada jihoon lala masih belum mengantuk, karena ia terlalu asik bermain dan berbagi cerita dengan jihoon.
“setengah jam lagi ya, habis ini tidur loh” kata soonyoung. lala sempat cemberut, tidak terima dengan perintah yang diberikan oleh papinya tersebut.
“ini bagus ka cil, lala suka” sedari tadi lala membuka buku yang dibawa oleh jihoon, tentang bintang kesukaan lala.
“sama dong, kaka juga suka sama yang ini”
“yeaay” lala semakin betah saja bermain dengan jihoon.
lalu apa yang dilakukan oleh soonyoung, ketika jihoon dan lala asik mengobrol atau bermain. tentunya soonyoung ada di sana juga, tapi dia hanya memperhatikan, ikut tertawa ketika lala dan jihoon tertawa, atau sekedar diam-diam menjahili jihoon, entah itu menjahili jihoon dengan cara membekap mulut jihoon ketika jihoon sedang bercerita kepada lala lalu di protes oleh anaknya sendiri.
“papi, jangan gitu” katanya
setelah itu jihoon memukul tangan soonyoung, tapi yang dipukul tangannya hanya tertawa tanpa dosa, atau ketika lala sedang fokus melihat buku, dan ketika jihoon menyenderkan badannya ke kursi, soonyoung diam-diam mencium kepala jihoon— posisinya adalah lala dan jihoon duduk di karpet dan soonyoung di kursi— yang lagi-lagi jihoon berikan pukulan.
— “aku pulang ya” kata jihoon, ketika ia keluar dari kamar lala.
“lala udah tidur?” tanya soonyoung
“udah ka”
“yaudah yuk”
jihoon mengambil tas, ia merapihkan bajunya dan bersiap untuk pulang.
“mau kemana cil?” tanya soonyoung
“pulang”
“dih, gak boleh”
“loh ka” jihoon hanya bisa terdiam ketika soonyoung malah melepaskan tasnya.
soonyoung menarik jihoon untuk masuk ke kamarnya, lalu soonyoung mengunci pintu kamar dan ia langsung berlari menuju kasur sambil cekikian.
“sini cil hahaha”
“aku gak bawa baju ganti loh ka” jihoon berjalan menghampiri soonyoung yang sudah rebahan di atas kasur. mendengar perkataan jihoon, soonyoung langsung mencari baju dan memberikannya kepada jihoon, setelah itu soonyoung mendorong jihoon ke kamar mandi.
ketika jihoon sudah mengganti bajunya, soonyoung memberikan sikat gigi yang baru saja ia ambil dari lemari, memberikannya kepada jihoon lalu tersenyum seakan-akan ini adalah kemenangannya. jihoon tidak bisa menolak lagi.
“dimana ini consent-nya” jihoon meletakan sikat gigi dan ia berjalan keluar dari kamar mandi.
“gue gak maksa sih cil, kalau mau pulang ayo deh gue anterin”
soonyoung yang tadinya sudah senang, siap untuk tidur dengan jihoon malah harus ditampar sama kata-kata jihoon barusan. percaya atau enggak, soonyoung bener-bener gak mau membuat jihoon gak nyaman, makanya setelah mendengarkan jihoon, ia langsung berjalan ke arah pintu dan membuka kunci pintunya.
“yu” katanya lagi dengan muka memelas.
jihoon rasanya mau langsung tertawa terbahak-bahak ketika ia melihat wajah soonyoung dari yang tadinya sumringah menjadi muram.
alih-alih berjalan ke arah pintu, jihoon malah duduk di kasur menarik selimut sampai menutup seluruh kakinya.
“sini ka hahaha nginep aja deh aku, orang udah pakai baju begini, udah bersih-bersih juga”
lalu soonyoung masih dengan raut mukanya yang suram menghampiri jihoon, ia ikut duduk di samping jihoon dan memeluknya.
“maaf ya cil” katanya pelan
“iya gak papa, nanti-nanti jangan main ambil keputusan sendiri, harus dengerin apa mau aku juga, okey?”
“okey”
jihoon sadar, soonyoung yang saat ini sedang memeluknya masih diam, cemberut dan tidak melakukan hal jahil apapun. kalau dugaan jihoon benar, ini pasti karena soonyoung sedang merasa tidak enak kepada jihoon.
“gak papa loh ka, kan aku bilang supaya kamu paham maunya aku kaya gimana, jangan malah kamunya jadi diem kaya gini”
soonyoung semakin mengeratkan pelukannya.
“iya cil, tapi jujur ya, apapun ya lo ucapin tuh kadang suka nyelekit gitu, kek sakit aja hati gue padahal gue tau maksud lo kemana”
“ko bisa gitu?”
“takut bikin lo gak nyaman”
“haha enggak ko ka, gak papa udah jangan cemberut”
sebetulnya, hal yang tadi soonyoung lakukan itu seperti soonyoung delapan tahun yang lalu. yang selalu 'semaunya' dia dan kadang tidak mendengarkan perkataan jihoon, tapi untungnya delapan tahun lalu pun ia melakukannya dalam hal-hal yang baik, yang memang pada dasarnya dia cuman mau sama jihoon dan selalu sama jihoon ketika ia melakukan apapun dan dimanapun.
jihoon dan soonyoung sudah berbaring, menarik selimut untuk menutupi badan hingga ke dada mereka.
“kemaren di bandung gak kenapa-kenapa kan cil?”
padahal pertanyaan itu sudah pernah soonyoung tanyakan kepada jihoon, hampir tiap malam ketika jihoon masih di bandung. jihoon juga paham 'kenapa-kenapa' di sini maknanya ke arah mana.
“aku, ngobrol panjang sama mas seungcheol”
“oh iya? kapan?” tanya soonyoung, ia memiringkan badannya shingga bisa melihat wajah jihoon dengan jelas
“waktu hari terakhir, setelah aku ngirim kamu foto cuanki” jelas jihoon, dia juga memiringkan badannya supaya bisa melihat ekspresi soonyoung, karena jujur jihoon saat ini lebih penasaran dengan reaksi apa yang akan soonyoung berikan.
“oh” katanya, dan itu tidak sesuai dengan reaksi yang jihoon harapkan
“terus?” tanya soonyoung lagi, jihoon lega karena soonyoung ternyata penasaran.
“aku ngejelasin ke dia kalau aku gak bisa sama dia, terus ngobrolin tentang pekerjaan sedikit, sisanya ya dia aja yang banyak tanya ini itu tentang kamu, tentang ka jeonghan”
“oh gitu? gak aneh-aneh kan?”
“enggak ko, kalau aneh-aneh, aku pasti udah telefon kamu waktu itu”
“terus reaksinya gimana? waktu lo nyeritain tentang gue?”
“ya keliatan sebel, sedikit kesel juga kali ya soalnya aku nyeritain tentang gimana aku nunggu kamu, terus dia bilang ke aku kalau aku ini bodoh”
“lah si anjing bisa-bisanya ngataian lo bodoh”
soonyoung sudah mau bangun, mungkin dia mau mengambil handphone-nya tapi sama jihoon ditahan. tangannya jihoon pegang, sehingga soonyoung kembali ke posisi awalnya.
“jangan emosi, aku gak papa ko”
“ya tapi dia ngatain lo bodoh cil”
“yaudah jangan didengerin, gak papa aku tau maksudnya dia gimana ko”
“jadi lo ngerasa bodoh udah nungguin gue?”
jihoon tersenyum, ia memegang kedua pipi soonyoung mengelusnya dengan lembut secara perlahan.
“kadang, haha karena, kamu bayangin aja delapan tahun nunguin orang yang gak jelas mau balik lagi atau enggak, nungguin orang yang statusnya itu aku udah tau kalau dia udah jadi suami orang, apa itu namanya kalau bukan orang bodoh?”
“cil”
lagi, raut wajah soonyoung yang sekarang menunjukan kalau dia merasa bersalah.
“gak papa ka, kan sekarang kamu udah sama aku”
dan jihoon dengan kata-katanya yang selalu bisa mengembalikan keresahan hati soonyoung menjadi tenang lagi, meskipun soonyoung dan hatinya masih terus berbicara tentang banyaknya ketakutan.
“mau cium” katanya
entah berapa lama jihoon mengabaikan kata-kata soonyoung, ia hanya menangkup kedua pipi soonyoung sambil menatapi bibir yang lebih tua.
“cium gue cepetan cil”
dan jihoon hanya tertawa ketika soonyoung yang sudah tidak sabar ingin dicium. sedangkan jihoon masih ingin memperhatikan setiap inci muka orang yang sedang ia pegang ini.
“sabar” katanya
tapi soonyoung dengan jahilnya malah memajukan kepalanya supaya lebih dekat dengan jihoon. lagi dan lagi jihoon tertawa oleh sikap soonyoung.
jihoon dapat merasakan nafas soonyoung di permukaan kulit mukanya, tapi masih belum juga dia cium bibir soonyoung yang sudah sangat dekat dengan bibirnya itu.
beralih dari menatap bibir soonyoung, jihoon memfokuskan pandangannya pada mata yang lebih tua.
“kalau nanti ada masalah, jangan diemin aku. kita obrolin, bagaimana pun nanti keputusan akhirnya, kita harus tetap obrolin. jangan kaya ka seokmin yang ngediemin ka jisoo”
“okey”
“kalau ada apa-apa harus cerita, jangan ada yang disembunyiin. terus nanti jangan tinggalin aku lagi”
“okey cil”
“yaudah, boleh cium sekarang”
kata-kata yang sedang soonyoung tunggu akhirnya sudah ia dengar. soonyoung mencium kening jihoon sebentar. lalu beralih mencium bibirnya.
mencium bibir jihoon lagi, segera setelah soonyoung melepaskan ciuman pertamanya. ketika jihoon membuka bibirnya sedikit, soonyoung melakukan hal yang sama.
soonyoung yang sudah berada diatasnya dan tangan jihoon yang masih berada di wajah soonyoung, membuat jihoon bisa merasakan kalau wajah soonyoung semakin lama mereka berciuman semakin memanas. suara decak dari bibir mereka dan juga desahan pelan yang jihoon tahan memenuhi indera pendengaran soonyoung. sudah gila, pikirnya.
selama ini soonyoung selalu menahan dirinya, entah itu karena isi pikirannya sendiri atau pandangannya terhadap jihoon. lalu ketika jihoon yang membawanya untuk memperdalam ciuman mereka dan tidak melepaskan soonyoung barang sedetikpun, soonyoung sadar kalau jihoon pun selama ini menahan dirinya.
soonyoung melepaskan ciuman mereka, mengusap bibir jihoon.
“duh tuhan” katanya dan jihoon tertawa, ini sangat berbeda dengan ka soonyoung yang dia kenal delapan tahun yang lalu.
“cil, takut bablas gue”
“yaudah gak papa”
“tuhan” soonyoung menutup matanya.
jihoon semakin tertawa ketika ia melihat soonyoung yang sedang berusaha menjauhkan tangannya dari wajah soonyoung.
“sekali lagi, sekilas aja” kata jihoon
dan soonyoung menurutinya. ia mencium bibir jihoon sebentar. lalu dia menjauh dari jihoon. entah sudah yang keberapa kali jihoon menertawakan tingkah soonyoung, mungkin itu terlihat lucu sekarang, bagaimana soonyoung terlihat tidak mau melakukan hal lebih jauh dari ciuman, jihoon sendiri tidak berpikiran yang aneh-aneh dan ia tidak sedang menerka-nerka hal yang tidak jelas di kepalanya.
jihoon sangat tahu, kalau soonyoung mau. tapi soonyoung pernah bilang, kalau dia ingin melakukannya bersama dengan jihoon nanti, ketika semua sudah pasti dan jihoon setuju.