Kalau soonyoung bilang, hari ini itu dia lagi senang banget karena udah sidang terus dapet nilai A. Udah makan makan bareng teman-temannya sampe sore, ketawa-ketawa, ngobrol gak jelas. Pokoknya soonyoung seneng deh salah satu hal yang harus dia selesaikan sudah selesai.
Tapi hari ini juga dia merasa semua kebahagiaannya hilang. Datang cuman sebentar, setelah itu entah hilangnya kemana.
Soonyoung lagi di dalam mobil mau pergi ke bandung dengan keadaan cemas, khawatir, frustasi, sedih, marah. semua perasaan itu bahkan membuat soonyoung jadi diam seribubahasa. Cuman bicara seperlunya. Keadaan di mobil memang jadi cukup hening.
Soonyoung terus mengetuk2 hapenya, nunggu kabar dari seungkwan. Dari tadi kakinya juga ga bisa diem. Tangannyapun keliatan gemetaran. “Masih jauh jun?” Tanyanya yang sudah jelas jawabannya. Tentu saja masih jauh ditambah lagi dengan keadaan jalanan yang macet.
————
Ketika mereka sampai rumah sakit , soonyoung tambah panik. Mukanya makin pucat, banyak hal yang dia pikirkan. “Yang dikirim seungkwan tadi darah apa?” “Ka jihoon kenapa bisa ngeluarin darah sebanyak itu?” “Ka jihoon mau ngapain?”
“Soonyoung ayo” suara seungkwan membuat lamunan soonyoung buyar. Mereka mengikuti seungkwan ke tempat ka jihoonnya di rawat.
Sampai soonyoung berada di depan pintu kamar pun dia tidak langsung masuk. Jun dan hao yang mengikuti dari belakang juga gak langsung masuk. “Nyong, ayo kita masuk aja” hao memegang tangan soonyoung dan mengajaknya kedalam.
Hal pertama yang soonyoung liat adalah jihoonnya terbaring dengan muka pucat. Disebelahya ada seungcheol yang sedang memegang tangan jihoon.
“soonyoung saya minta maaf gak dengerin kamu” seungcheol berdiri dan menghampiri soonyoung. “Dia gak papa?” Soonyoung bertanya. “Tadi untung seungkwan datang tepat waktu jadi masih bisa selamat, sempet kritis karena darah yang keluar banyak” “Gue bilang apa kan sama lo buat balik cek dia, kalau gue ga nyuruh seungkwan, Lo bisa mikir sendiri apa yang bakal terjadi, jadi suami yang tanggung jawab dong. Gue ngelepas dia bukan buat jadi kaya gini”
“Sorry” seungcheol hanya mampu menundukan kepalanya ketika soonyoung dengan penuh emosi memaki dirinya.
“Izinin gue buat ngeliat dia sekarang, bodoamat lo mu nolak atau marah juga. Gue mau nemenin dia”
Seungcheol membiarkan soonyoung duduk dipinggir kasur jihoon. Dia merasa bersalah, jadi untuk kali ini dia gak mau gegabah, dia mengalah.
——-
Sudah 30 menit soonyoung tidak mengatakan apapun, dia hanya memegangi tangan Jihoon yang pergelangannya dibalut oleh kain putih. Sesekali mencium tangan itu. Matanya terus melihat ke arah wajah Jihoon yang pucat dan tertidur dengan damai. “Kamu mau ngapain sih?, kalau kamu bangun aku marahin”
Tidak ada respon. Jun, hao dan Seungcheol diam di belakang soonyoung. Sampai 40 menit dari kedatang soonyoung, Jihoon membuka matanya.
“Soonyoung?”
Itu jihoon, dia baru saja tersadar. Seungcheol yang melihat Jihoon tersadar langsung berlari untuk mencari dokter. Soonyoung tau seungcheol keluar makannya dia diam terus di sisi jihoon.
“Ko bisa disini?”
“Ya bisa, kamu ngapain sih? Gak mikir akibatnya nanti bakal kaya gimana?” Tanya soonyoung penuh penegasan dalam setiap kalimatnya.
“Udah mikir ko, dari lama. Aneh, ko aku masih aja harus selamat”
soonyoung yang niat awalnya ingin memarahi jihoon, sekarang malah menunduk dan nangis. Perkataan yang jihoon ucapkan barusan bener-bener membuat soonyoung sedih, pasalnya Jihoon menginginkan dirinya untuk tidak selamat.
“Soonyoung? Jangan nangis “ Jihoon berusaha untuk duduk dan kini dia melihat wajah soonyoung yang mata dan hidungnya merah, rambutnya berantakan. Perlahan jihoon hapus air mata yang ada di pipi soonyoung.
“Ko jadi cengeng?” Tanya jihoon yang tangannya masih sibuk megangin pipi soonyoung
“Ya pikir aja sendiri”
“Jutek banget, soonyoung aku kangen banget. Boleh peluk?”
Soonyoung langsung memeluk jihoon pada saat itu juga, pikirnya cuman satu kalau dia juga kangen jihoon.