Masih belum ada respon dari Soonyoung tentang link yang Jihoon berikan. Jihoon bingung kenapa tidak ada balasan lagi padahal tadi Soonyoung terlihat senang sebelum membaca ucapan-ucapan ulang tahun dari Jihoon.

Jihoon mulai khawatir, akhirnya ia mengirim pesan lagi. Sudah beberapa menit dari pesan itu terkirim, Soonyoung belum ada membalas pesan Jihoon. Karena Jihoon bertanya-tanya, kenapa Soonyoung tidak membalas bahkan pesan dari Jihoon saja belum ia buka, akhirnya Jihoon memutuskan untuk menelpon Soonyoung.

“Hallo Ka?”

”Cil bentar gue lagi ganti baju”

“kamu mau kemana emangnya?”

”Bentar nih gue udah mau selesai ganti bajunya”

Jihoon tidak menjawab lagi, ia menunggu Soonyoung selesai mengganti baju. Setelah beberapa menit berlalu, terdengar suara Soonyoung yang sedang menutup pintu. Jihoon juga bisa mendengar Soonyoung yang sedang berbicara dengan Bibi di rumahnya.

”Bi, nitip Lala ya, saya mau keluar sebentar. Nanti saya pulang jam 11 paling lama ya”

Soonyoung masuk ke dalam mobil dan Jihoon bisa mendengar suara mobil dinyalakan.

“Ka?”

”Oi cil, bentar”

“Mau kemana sih buru-buru banget?”

”Ke apartemen lo, kemana lagi gue malem-malem”

“Lah kamu mau ngapain?”

”Ya ketemu lo, emang ngapain lagi?”

“Gak mau ah horror”

”Horror dari mananya ketemu gue?”

“Yaudah matiin telfonnya, jangan nyetir sambil telfonan”

”Iya, lima belas menitan nyampe, tunggu di lobi”

“Okey ka”

Jihoon menuruti kemauan Soonyoung, ia tadi sempat mengganti bajunya, memakai sedikit perfume lalu turun ke bawah, diam menunggu Soonyoung di lobi. Tidak berapa lama Soonyoung pun datang.

“Malem-malem” kata Jihoon sambil berdiri menuju Soonyoung, yang dibalas dengan suara ketawa Soonyoung.

Soonyoung sudah duduk diruang tengah, begitupun dengan Jihoon.

“Cil, masakin gue dong”

“Masak apa? Aku gak ada bahan makanan”

“Apa aja terserah, mie rebus kek, telor ceplok kek”

Jihoon berdiri, ia berjalan menuju arah dapur. Sejujurnya, Jihoon ada banyak bahan makanan, saking bingungnya dia mau memberikan hadiah apa kepada Soonyoung, tadi setelah pulang dari kantor, Jihoon langsung membeli bahan makanan untuk nanti ia masak dan ia berikan kepada Soonyoung. Tapi niatnya bukan hari ini, mungkin besok ia antarkan ke rumah Soonyoung.

”untung udah beli tadi ini bahan makanan” Pikir Jihoon, karena Soonyoung tiba-tiba saja datang ke apartemennya dan meminta Jihoon untuk memasak.

“Ikut ah mau liat” kata Soonyoung, ia mengikuti Jihoon dari belakang.

“Gak boleh, diem aja duduk di sofa sambil nonton tv atau apa gitu”

“Gak mau mau liatin”

“Gak boleh kak”

“Mau liat”

Jihoon membalikan badannya melihat ke arah Soonyoung yang ternyata memang sudah mengikutinya menuju arah dapur. Soonyoung hanya tersenyum, bukannya pergi ia malah semakin mendekat ke arah Jihoon.

“Hehe cil makasih ya” katanya sambil memegang tangan Jihoon.

“buat?”

“makasih aja, atas semua hal yang udah lo lakuin buat gue”

Jihoon mengangguk, memeluk Soonyoung karena yang lebih tua sudah merentangkan tangannya. Jihoon memberikan usapan lembut kepada punggung Soonyoung dan Soonyoung yang mengelus lembut rambut Jihoon.

“makasih cil” katanya lagi dan Jihoon kembali hanya menganggukan kepalanya di dalam pelukan Soonyoung.

Kalau Jihoon bisa deskripsikan, perasaannya malam ini itu sangat senang, saking senangnya ia selalu terharu dengan segala hal yang Soonyoung lakukan. Keinginannya untuk selalu bersama Soonyoung semakin besar.

“aku mau nanya” Jihoon sedikit merenggangkan jarak dirinya dengan Soonyoung

“Kamu yakin kan gak akan balikan lagi sama cici? Maksudnya kamu sama Cici tuh deket banget, aku takut aja ketika aku udah berharap banyak, kamu malah lebih perduli sama Cici dibanding aku, bukan berarti aku ngelarang kamu buat perduli sama Cici, gimana ya.... intinya aku takut kalau kamu akhirnya gak milih aku lagi”

Soonyoung tersenyum, mendengar itu dari Jihoon langsung membuat dirinya semakin percaya diri. Soonyoung merasa kalau Jihoon benar-benar tidak main-main dengan rasa sukanya. Kemungkinan Jihoon ingin meninggalkan Soonyoung tidak terlihat sama sekali, persentase yang sangat kecil.

“Gini loh Cil, gue sedeket apapun sama Cici gak akan bisa balikan lagi, ngurus cerainya aja ribet banget kemaren, kita mikirin buat pisah juga udah lama, kalaupun semisal nanti akhirnya gue gak sama lo, gue gak akan balikan sama Cici. Yang ada disini gue yang khawatir, gue udah punya Lala dan gue gak bisa fokus 100% sama lo, yakin masih mau sama gue?”

“Iya, yang penting kamu gak punya keinginan untuk balikan sama Cici”

Soonyoung memegang kepala Jihoon “mikir dulu napa ciiiil, gemes gue”

“Ya aku udah mikir loh selama delapan tahun, kurang lama gimana lagi coba aku buat mikir”

“percaya sih gue”

“ini jadi gak sih aku masaknya, lepasin dulu”

Kalau Soonyoung itu memang darisananya jahil, bukannya menjawab apa yang Jihoon katakan ia malah semakin mempererat pelukannya kepada Jihoon. Tersenyum lagi, karena siapa sih yang tidak bahagia ketika lagi sama Jihoon. Dari dulu memang Jihoon ini seprecious itu, dimata Soonyoung, mungkin juga dimata teman-temannya.

Jihoon beberapa kali mengatakan “lepasin gak” , “kapan ini aku masaknya” dan “ih gak jadi ini mah masaknya”

Dan Soonyoung tidak mendengarkan, setelah Jihoon sudah tidak lagi mengoceh. Soonyoung mengecup pelan kening Jihoon lalu memeluknya lagi. Jihoon tidak bisa protes, ini adalah moment ternyamannya dengan Soonyoung di hari bahagianya Soonyoung.

Soonyoung menangkup kedua pipi Jihoon, melihat mata Jihoon lama, mereka saling menatap. Jihoon bisa melihat dirinya berada disudut pandang mata Soonyoung, dan dia menyukainya.

Dengan hitungan detik, Soonyoung sudah sangat dekat dengan Jihoon, sebelum bibirnya menyentuh bibir Jihoon, Soonyoung memastikan izin dari Jihoon terlebih dahulu, ia masih belum melanjutkan pergerakannya, masih menunggu Jihoon dan ketika Jihoon menutup matanya Soonyoung semakin mendekat, kurang dari 3 detik Soonyoung bisa merasakan bibir Jihoon.

Ciumannya tidak tergesa-gesa, Soonyoung menikmati setiap pergerakan yang Jihoon buat, begitupun sebaliknya. Soonyoung tahu, ini yang ia mau selama ini, memperjelas kalau dia mau Jihoon dan Jihoonpun mau dengan eksistensi dirinya. Bahkan ketika Jihoon menggigit bibir bawah milik Soonyoung, Soonyoung hanya tersenyum diantara ciuman mereka.

Tidak tahu saja perasaan Jihoon saat ini benar-benar campur aduk, antara perasaan yang kelewat senang sampai ia sendiri merasakan panas dimukanya, malu, terharu tapi dia mau. Akhirnya Soonyoungnya ada buat Jihoon, seperti dulu ketika mereka bersama, menikmati setiap ciuman yang pernah mereka lakukan. Dari ciuman yang lembut sampai yang tergesa-gesa, Jihoon masih mengingat betul semua itu.

Ketika Soonyoung memberikan jeda kepada Jihoon dan dirinya untuk bernafas, mereka kembali merasakan perasaan yang ternyata selalu ada di hati mereka masing-masing, seperti mereka kembali menjadi orang yang sama delapan tahun lalu. Saling percaya kepada satu sama lain.

Tidak dipungkiri kalau memang ada perasaan takut kehilangan lagi diantara mereka, tapi itu tidak membuat Jihoon memberhentikan kegiatannya yang sedang ia lakukan dengan Soonyoung, untuk kali ini Jihoon yang berinisiatif untuk menicum Soonyoung lagi.

Ciuman yang kedua ini tidak selembut yang pertama, sudah mulai ada unsur ketergesaan. Soonyoung juga semakin mendominasi, mengulum bibir dan menggigit bibir bawah Jihoon.

Tangan Jihoon melingkar dileher Soonyoung, sedangkan tangan Soonyoung sudah berada dipinggang Jihoon sehingga ia dengan mudah bisa manarik Jihoon lebih erat kepelukannya, tidak ada jarak sedikitpun diantara mereka.

Ada tangan Soonyoung yang semakin bergerak, tangan kiri dipinggang Jihoon dan tangan kanan sedang mengelus pelan leher Jihoon. Lagi, ketika mereka berhenti berciuman dan mengatur nafas, jeda waktu yang dibutuhkan cukup lama bagi Jihoon tapi tidak bagi Sooyoung.

Soonyoung sudah mulai menciumi Jihoon lagi, di pipi lalu ke dagu dan turun sampai ke leher yang sedikit lebih lama dari bagian yang lain.

Jihoon hanya bisa menikmati apa yang sedang Soonyoung lakukan, semakin menguatkan pegenganya kepada Soonyoung ketika Jihoon bisa merasakan Soonyoung menciuminya terlalu agresif, menimbulkan rasa sakit pada bagian leher Jihoon.

Jihoon beberapa kali kaget, untuk yang kesekian kalinya ia merasakan sakit pada lehernya, Jihoon hanya bisa mendongakan kepalanya dan tidak ingin Soonyoung berhenti.

“Ka, jangan ada bekasnya”

Soonyoung berhenti ketika mendengar perkataan Jihoon, ia seperti tersadarkan akan apa yang sedang ia lakukan.

“Yaampun maaf cil, udah merah”

“ih besok aku ke kantor loh ka”

“hehe ya maaf cil” katanya, Soonyoung meminta maaf tapi ia tetap mencium Jihoon lagi, kali ini singkat, ia hanya mengecup bibir Jihoon.

Soonyoung melepaskan Jihoon, ia meninggalkan Jihoon yang masih mengatur nafasnya. Soonyoung mengambil air minum dari dalam kulkas, ia meminumnya dan kembali menghampiri Jihoon.

“Minum nih” Soonyoung memberikan botol yang ia pegang dan ketika Jihoon meminum air itu, Soonyoung mengusap pelan leher Jihoon dan juga dagu Jihoon, membersihkan apa yang tertinggal disana.

Setelah Jihoon selesai minum, Soonyoung kembali memeluk Jihoon. Mengatakan terimakasih berkali-kali, mengatakan kalau dia malam ini sangat senang karena ada lagi Jihoon di hari ulang tahunnya, mengatakan kalau dia sangat beruntung ketika Jihoon masih menunggu dirinya.

“cil sama gue terus ya?”

“iya ka, kamu juga harus sama aku terus. Jangan tinggalin aku lagi ya?”

“okey, ikut ke rumah gue yuk? Tidur disana, gue gak bisa ninggalin Lala lama-lama”

“Terus aku ini gak jadi masak?”

“Ya masak dulu aja sekarang, masak mie rebus kan? Nanti habis makan kita ke rumah gue”

“Okey, diem jangan ganggu aku kalau gitu biar cepet selesai masaknya”

“okey okey”

Soonyoung akhirnya menunggu di meja makan, ia memperhatikan Jihoon yang sedang memasak mie rebus. Sebenarnya bukan hanya mie rebus yang Jihoon persiapkan, ia memiliki banyak bahan makanan, akhirnya sebagai pelengkap makan malam (yang kemalaman) ini, Jihoon memasak ayam goreng dan juga membuat salad.

Tadi Soonyoung sempat protes katanya Jihoon masaknya kelamaan, tapi waktu makanannya sudah jadi dia habiskan juga.

Sesuai dengan rencana mereka, Jihoon sedang memasukan bajunya kedalam tas untuk bekerja besok. Ia akan pergi ke rumah Soonyoung malam ini. Menginap semalam, tapi Jihoon maupun Soonyoung tidak berhenti tersenyum dari tadi.

“nanti tidur sama Lala bertiga atau aku tidur sendiri kamu sama Lala?”

“Lala udah tidur sendiri ko, jadi lo sama gue aja”

“Oh okey”

Tanggal 15 Juni, untuk yang pertama kalinya lagi setelah delapan tahun Jihoon bisa mengucapkan ‘selamat ulang tahun’ secara langsung. Tidak Jihoon pendam lagi di diary-nya, misinya pun sudah ia lakukan, membiarkan Soonyoung membaca semua yang telah ia tulis.

Tanggal 15 juni juga, mereka bisa kembali tidur dikasur yang sama, bukan di kosan Jihoon seperti apa yang selalu mereka lakukan delapan tahun yang lalu tapi sekarang di rumah Soonyoung.

“Selamat malam, Cil”

“Selamat malam, ka”

Dan mereka tidur, Jihoon tidur didekapan Soonyoung, tangan mereka saling menggenggam.


“ Hari besok pasti akan lebih bahagia dari malam ini, semuanya akan baik-baik saja. Soalnya kamu sudah ada disamping aku” Pikir Jihoon, sebelum ia tertidur.

— loslaten