Malam itu, ketika mereka berbicara untuk pertamakalinya setelah selama dua minggu mereka tidak saling menghubungi satu sama lain.
Malam dimana Soonyoung dan Jihoon sudah berhasil membuat kemauan mereka menjadi lebih jelas dan diterima oleh satu sama lain.
Ketika Soonyoung mengatakan “jadi kita mau temenan lagi?” dan Jihoon menjawab dengan “okey”
Saat Soonyoung sendiri tidak bisa menjamin hubungannya dengan Jihoon akan maju ke tahap selanjutnya atau tidak, saat Soonyoung sudah pasrah tentang status ‘pacaran’ dan membiarkannya saja yang terpenting sekarang Jihoon dan dirinya sudah bisa bersama lagi meskipun tanpa status itu.
“kita mau nunggu mereka di sini? Atau mau ke mobil aja?” tanya Soonyoung
“mereka masih lama tau, 50 menitan lagi, masuk mobil aja yuk aku mau nyender” jawab Jihoon
Dan mereka, pergi menuju mobil Soonyoung. Setelah mereka masuk mobil, Jihoon memperhatikan Soonyoung yang sedikit terlihat lelah, Jihoon juga baru sadar kalau Soonyoung sampai ke kosannya hari ini, yang dia sendiri tidak tahu Soonyoung sempat istirahat dulu atau tidak ketika ia datang ke acara Jakarta Simfonia.
“kamu sampai jam berapa tadi?” tanya Jihoon
“jam 3 sore, di kosan udah ada Babeh sama Jinjin. Udah disiapin baju dan bunganya”
“oh jadi ini bunga dari babeh?”
“Babeh juga bawa lagi, itu yang beli Babeh tapi tetep aja itu dari aku”
“bisa gitu ya?”
“aku beliin kamu yupi di kosan tapi kagak aku bawa”
“yang strawberry kiss kan?”
“iya” jawabnya singkat
“kalau capek kenapa datang, kenapa gak istirahat aja”
“kalau aku kagak datang, mana bisa baikan”
Dan Jihoon setuju dengan perkataan Soonyoung, karena jika malam ini Soonyoung tidak datang, Jihoon pasti akan merasa sedih dan kesal, Jihoon juga tidak ada rencana untuk datang ke kosan Soonyoung. Pasti mereka untuk menuju ke moment 'baikannya' masih lama lagi, kalau bukan karena Soonyoung malam ini datang ke acara Jakarta Simfonia.
Hening, tiba-tiba saja Jihoon memikirkan sesuatu. Sepertinya ada yang ganjal, ini bukan yang dia harapkan kalau dirinya sudah selesai menyampaikan unek-unek dan apa yang dia inginkan kepada Soonyoung.
“ehmm... “
“kenapa?” tanya Soonyoung, ia menyadari kalau Jihoon sepertinya masih ada yang mau disampaikan tapi terlihat ragu.
”aku kan bilang, gak takut pacaran dan udah gak papa. Kenapa kamu tadi ngajaknya temenan lagi?”
Soonyoung kaget, dia diam sesaat sampai tidak tahu harus menjawab pertanyaan Jihoon bagaimana. Karena Soonyoung tidak pernah memikirkan Jihoon akan mengatakan hal tersebut dan dia belum ada persiapan apapun kalau harus mengatakan hal yang Jihoon maksud malam ini.
“katanya mau tapi gak ditanyain, gimana sih. Harus aku gitu?” tanya Jihoon lagi
“kamu serius?”
“kamu nanya yang mana ini?” tanya Jihoon balik
“sebentar” kata Soonyoung, dia masih kebingungan.
“aku udah tau sebenernya cuman mau denger lagi aja, lagian kamu gak perlu nyiapin kata-kata yang sok sok romantis, aku juga gak perlu janji-janji manis kaya orang-orang kalau di sinetron nembaknya suka ada embel-embel janji. Aku udah tau kamu gimana selama setahun ini”
“tapi kagak apa-apa emang? Maksudnya kamu punya status itu mau?”
“lagian setelah dua minggu ini mikir, mau ada status mau enggak tetep aja aku sedih kalau kamu tinggalin. Kaya... yaudah gitu sekalian aja punya status kalau bisa bikin kamu gak kemana-mana, maksudnya bukan karena mau ngelarang-larang kamu juga cuman kaya apa ya... biar kamu juga bisa ngerasain disayang sama aku, bukan aku terus yang disayang sama kamu.. ya intinya.. ya gitu deh pokoknya”
“tapi suka? Sama aku maksudnya”
“suka”
“sejak kapan? Kalau aku kan dari awal ketemu juga udah suka”
“mmm... gak tau, lupa”
Soonyoung merubah posisi duduknya, sekarang ia dan Jihoon sudah saling berhadapan.
“aku degdegan, padahal udah tau jawabannya” kata Soonyoung
“aku juga degdegan, padahal udah tau kamu mau nanya apa”
“jadi...” Soonyoung memberikan jeda “Jihoon mau kagak pacaran sama aku? Tolong jangan ditolak lagi”
“kan udah tau jawabannya ko masih ngomong jangan ditolak, ya gak bakal lah”
“jadi?”
“ya mau, pacaran berarti”
Soonyoung tersenyum, ia sangat lega. Jihoon pun sama, dia bahkan merasa bangga dengan dirinya sendiri.
“kamu bangga gak sih sama aku? Maksudnya aku udah banyak berubah selama setahun ini” dan Soonyoung mengangguk, setuju dengan apa yang Jihoon katakan.
Tentu saja Soonyoung sangat bangga dengan perubahan Jihoon, yang semoga saja perubahannya bisa membuat Jihoon lebih bahagia. Dengan status baru mereka, Soonyoung berharap hanya akan ada kebahagiaan yang selalu menyertai mereka, meskipun dia sendiri paham, pasti akan ada masalah tapi Soonyoung yakin dia bisa menghadapinya, masalah terbesar dalam hubungan mereka sudah mereka lalui sebelumnya, dari mulai Jihoon yang tidak mau berpacaran sampai beda prinsip yang selalu menghalangi mereka. Dan akhirnya mereka sudah memperjelas hal-hal yang sbeelumnya terlihat keruh itu. Butuh waktu hampir satu tahun, cukup lama tapi Soonyoung merasa itu waktu yang pas untuk membuat semua keadaan menjadi lebih baik seperti sekarang.
“jujur aku degdegan karena seneng, takut terus kepikiran gimana nanti kedepannya” kata Jihoon ketika ia mendekat dan memeluk Soonyoung. Mereka duduk dikursi belakang, jadi lebih leluasa.
“jangan terlalu dipikirin, kita jalanin aja. Kan udah banyak ngelewatin yang susah-susah kemarin”
“okey” jawab Jihoon
“kita kan udah pacaran, ini aku bukan berarti mau pacaran karena mau ini ya” lanjut Jihoon
“mau ini?”
“yupi” katanya
“oh” Soonyoung diam lagi, malam ini dia dibuat terkejut oleh Jihoon berkali-kali. Soonyoung juga paham yupi mana yang Jihoon maksud.
“boleh kan?” tanya Jihoon dan Soonyoung mengangguk, ia mendekatkan kepalanya pada Jihoon yang langsung Jihoon sambut dengan kedua tangannya.
Jihoon menangkup pipi Soonyoung, ia masih memperhatikan bibir Soonyoung sambil tersenyum. Lalu Jihoon mencium bibir bawah Soonyoung sekilas.
“muka kamu panas” kata Jihoon
“muka kamu merah”
“kamu juga”
Setelah itu Soonyoung hanya bisa diam melihat ke arah lain, Jihoon dari tadi menertawakan Soonyoung. Karena Soonyoung sangat lucu ketika ia malu seperti sekarang, dan Jihoon memakluminya karena waktu cium kening Jihoon saja Soonyoung sampai salah tingkah, apalagi sekarang.