pertemuan pertama —

“hari ini kita makan siang sama teman papi, lala mau kan?” tanya Soonyoung, ia sedang merapihkan rambut Lala yang tadi berantakan karena baru selesai bermain petak umpet dengan Bibi, orang yang ditugaskan untuk menjaga dan mengasuh Lala kalau Soonyoung sudah mulai bekerja lagi.

Sudah dua hari semenjak Lala sembuh dari demam, sesuai dengan rencana yang telah Soonyoung susun bahwa ia akan mendatangi cafe Jisoo bersama Lala. Soonyoung ingin segera menyelesaikan agenda ‘bertemu dan makan siang dengan teman lama’ sebelum ia kembali dipusingkan dengan urusan perusahaan.

Lala mengangguk, setuju dengan ajakan Soonyoung. Mereka sudah terbiasa bepergian berdua, sewaktu di Surabaya pun Lala lebih sering dengan pengasuh dan juga Papinya. Sedangkan Evelyn atau ci Vel, dia sangat sibuk dan itu membuatnya jarang sekali menghabiskan waktu bersama Lala. Makanya ketika ditanya “Lala mau ikut sama siapa? Ke Jakarta sama papi atau disini sama mami?” jawabannya sudah jelas, bahkan Lala hanya terdiam beberapa saat sebelum ia menjawab “mau sama papi”.

“Lala mau ganti baju dulu sama bibi”

Lala bergegas mencari bibi pengasuh, menarik tangan bibi dan membawanya ke kamar “baju yang cantik mau main kelual sama papi” katanya. Anak kecil dan kebahagiaannya ketika mau diajak pergi keluar.

Kalau kata Soonyoung, Lala itu bukan tipe anak yang pendiam tapi lebih ke tipe anak yang cerewet yang dibarengi dengan kesopanan. Cerewetnya ke hal-hal tertentu saja, misalkan kalau Soonyoung sedang meceritakan cerita sebelum tidur bukannya mengantuk, Lala malah akan bertanya tentang banyak hal. Lala gampang sekali penasaran, dia anak yang pintar beradaptasi dengan lingkungan dan gampang bersosialisasi dengan orang lain.

Ketika Lala mengganti bajunya, Soonyoung yang sudah siap, berdiri diambang pintu memperhatikan anaknya, ia selalu tersenyum karena Lala sangat menggemaskan, semua orang yang sudah tahu Lala pun sependapat dengan Soonyoung.

“yuk” Kata Lala, ia memegang tangan Soonyoung.

“ayok” Soonyoung mengelus kepala Lala sebelum mereka berjalan keluar rumah.

——

Kalau waktu kuliah, Soonyoung merupakan orang yang petakilan, banyak bercanda, setiap perkatannya juga kadang hanya akan membuat orang lain menggelengkan kepala mereka. Soonyoung yang beberapa tahun lalu, ketika bertemu dengan anak kecil mungkin akan menjahilinya sampai anak kecil itu menangis. Jun dan Seokmin yang selalu menjadi partner kegilaannya selama masa kuliah masih ingat dengan hal-hal random yang mereka lakukan, begitupun dengan Jisoo, ia mengingat banyak sekali hal yang membuatnya jengkel dengan kelakuan mereka bertiga. Dan menurut Jisoo, Soonyoung yang sekarang berada dihadapannya sangat berbeda dengan Soonyoung yang ia kenal 8 tahun lalu.

“Iya kan? Sumpah kamu beda banget. Maksudnya gimana ya, Seokmin masih sama aja perasaan suka bercandanya, Jun juga masih suka bercanda meskipun gak separah Seokmin sih”

“Ya ini, alasannya dipinggir” kata Soonyoung mengarahkan pandangannya kepada Lala dan Lala tersenyum balik kepada papinya.

“Tadinya aku berencana mau marah, tapi karena ada Lala, gak jadi deh” Jisoo berbisik

“hahaha iya jangan, nanti aja” kata Soonyoung

Setelah tadi Jisoo berkenalan dengan Lala, sekarang mereka hanya perlu menghabiskan makanan yang sudah Jisoo sediakan. Soonyoung memperlambat cara ia makan sesuai dengan kecepatan Lala mengunyah makanannya, karena Lala tidak suka kalau harus makan sendirian.

“Lala suka gak sama makanannya?” tanya Jisoo

“suka, apapun suka..asal makannya sama papi, lala suka”

Disaat itulah rasa sebal dihati Jisoo terhadap Soonyoung telah sedikit menghilang, berubah dengan rasa bangga karena Soonyoung sudah membesarkan anak dengan kepribadian yang baik. Jisoo bahkan sempat terharu, sampai ia rasanya mau menangis karena melihat temannya yang tidak pernah ia harapkan menjadi orang tua yang baik bagi anak mereka kelak ternyata malah menjadi contoh buat dirinya sendiri. Karena melihat dari sikap dan sifat Lala, sepertinya Soonyoung sudah menjadi orang tua yang baik dan disayangi oleh anaknya.

Mereka mengobrol banyak hal, diantaranya tentang hubungan Jisoo dengan Seokmin, Soonyoung sendiri kagum dengan mereka berdua karena bisa mempertahankan hubungan yang sudah lama terjalin dengan baik-baik saja. Sangat berbeda dengan dirinya, yang sudah putus dengan pacar (sewaktu kuliah)dan sudah bercerai dengan istrinya yang ia nikahi setelah ia selesai kuliah.

Jisoo ingin bertanya banyak hal, tapi ia urungkan karena ada Lala, Jisoo berpikir mungkin ia akan bertanya lain kali saja kalau bertemu lagi dengan Soonyoung.

Waktu sudah menunjukan 12.45 mereka sudah selesai makan dan sedang menikmati dessert favorite Lala yaitu pudding.

“Ka Jisoo” suara seseorang masuk ke dalam cafe.

Seseorang yang sering Jisoo lihat dan seseorang yang sangat ingin Soonyoung lihat itu masuk dengan tergesa-gesa. Lalu orang itu terdiam sejenak ketika melihat ada Soonyoung yang sedang duduk disamping Jisoo.

“Oh...Jihoon” Jisoo langsung berdiri, dia kaget tentu saja karena selama ini Jihoon tidak pernah datang ketika jam makan siang.

“Ngapain kesini?” tanyanya lagi Jihoon masih terdiam, belum menjawab pertanyaan Jisoo, matanya fokus ke orang lain. Mereka berdua dipertemukan untuk yang pertama kalinya lagi setelah bertahun-tahun, Jihoon yang kaget begitupun dengan Soonyoung. Mereka saling menatap satu sama lain, sorot matanya bertemu dengan mata yang sudah lama ingin ditemui.

“Hi” kata Jihoon, hanya kata itu yang bisa ucapkan ketika melihat Soonyoung didepannya.

“cil” dan begitupun dengan Soonyoung, hanya kata itu yang bisa ia ucapkan.

“ehm... aku tadi ada acara diluar terus aku kesini soalnya deket...” jelas Jihoon ia mengalihkan pandangannya ke arah Jisoo.

“Kakak cil?” tanya Lala, memotong penjelasan Jihoon mengenai kenapa dia bisa berada di cafenya Jisoo saat ini.

“iya?” jawab Jihoon

Soonyoung terlihat panik, dia yakin kalau Lala akan mengingat hal-hal yang telah dia katakan kepada Lala, dan Soonyoung juga yakin kalau Lala akan mulai membobardir Jihoon dengan banyak pertanyaan.

“Kakak cil, pi?” tanya Lala lagi, kali ini kepada Soonyoung. Lala tersenyum, ia terlihat sangat senang, apalagi ketika Soonyoung mengangguk, memberikan konfirmasi kalau iya itu adalah ‘kakak cil’ yang selama ini Lala tahu.

“Aku, mau pesan minuman buat dibawa ke kantor, cuman mampir sebentar ko kak” kata Jihoon, entah kalimat itu untuk siapa

“Yaudah, duduk dulu sini, sambil nunggu minumannya dibuatin” kata Jisoo

Setelah Jihoon memesan minuman, ia menghampiri Jisoo, Soonyoung dan juga Lala. Orang yang sangat antusias ketika melihat Jihoon, Lala menyambutnya dengan sangat baik. Entah kenapa, hal itu membuat Jihoon sangat senang, kehadirannya membuat Lala terlihat begitu bahagia.

Jihoon duduk bersebrangan dengan Lala, sedari tadi Lala masih terus menatapnya dengan senyuman, membuat Jihoon juga ikut tersenyum kepada anak kecil berusia lima tahun itu.

“Papi, lala mau tanya sesuatu sama kak cil... boleh?”

“pertanyaannya jangan banyak-banyak, kakaknya lagi sibuk” kata Soonyoung dan Lala mengangguk

“boleh?” tanyanya lagi, kali ini ia bertanya langsung kepada Jihoon

“boleh” jawab Jihoon

Untung ada Lala, suasananya jadi tidak secanggung yang dipikirkan oleh Jisoo. Meskipun tidak bisa dipungkiri kalau Soonyoung dan Jihoon terlihat kaku dan kurang nyaman dengan situasi seperti ini.

“kata papi, kakak cil itu pintel, kalau lala tanya apapun pasti kak cil bisa jawab gak kaya papi”

Jisoo tertawa mendengar pernyataan dari Lala, entahlah sepertinya memang ada yang lucu dengan cara Lala mengatakan hal tersebut. Di sisi lain, Soonyoung yang malu karena Lala terlalu blak-blakan, ternyata memang benar kalau anak kecil itu akan berbicara seadanya.

“memang lala mau tanya apa?” tanya Jihoon

“banyaaaak, bintang-bintang, langit, telus awannya...ehmmm matahalinya...banyak kan? Hehehe”

“Lala mau diceritain yang mana dulu?”

Lala terlihat berpikir sebentar, ia sedang memililih hal apa dulu yang mau ia dengar dari Jihoon.

“matahali?” tanyanya ragu-ragu

“Matahari?...tau gak sih la, dulu itu matahari dianggap enggak penting sama orang-orang katanya ‘ah cuman bintang kecil doang’, tapi kalau sekarang ......”

Jihoon menjelaskan tentang matahari kepada Lala dengan bahasa yang mudah dimengerti bagi anak seusianya, Lala terlihat sangat antusias, ia fokus mendengarkan setiap perkataan Jihoon. Lala juga terkadang meminta izin untuk bertanya lagi ketika Jihoon selesai menjelaskan sedikit demi sedikit hal yang baru saja Lala pelajari tersebut.

Disisi lain, Jisoo juga fokus mendengarkan dan melihat ke arah Lala, ikut tersenyum ketika Lala dan Jihoon saling tertawa karena candaan dari Jihoon. Sedangkan Soonyoung, matanya malah fokus mencari sesuatu diluar cafe, ia ingin memastikan sesuatu. Setelah beberapa hari yang lalu ia diberi nasihat oleh cici, maka dia akan memastikannya saat ini juga.

“lhaa masa gitu doang kamu udah panik, ya ditanya dulu lho. Partnernya itu partner apa? Kan partner itu banyak”

“ah kamu kalau urusan Jihoon suka gak karuan”

”jangan negatif thinking terus lho, ditanyain dulu”

“wes pokoknya gak boleh gegabah, komunikasi dulu, dicari tahu dulu”

Kata-kata dari cici terus terngiang, Soonyoung masih memikirkanya, haruskah dia bertanyaa sekarang juga? Didepan anaknya dan juga Jisoo?

“Kak Jihoon pesanannya sudah selesai” suara dari pelayan yang membawakan minuman Jihoon membuyarkan lamunan Soonyoung.

“Oh, okay terimakasih ya” jawab Jihoon kepada pelayan yang tadi datang ke meja mereka.

“Aku harus kembali kekantor” Jihoon berbicara kepada Jisoo dan juga kepada Lala tentunya yang masih ingin mendengarkan tentang banyak hal dari Jihoon.

“nanti kalau ketemu lagi aku lanjutin ya”

Lala mengangguk, tapi dia sedikit cemberut. Soalnya tadi dia lagi asik-asiknya mendengarkan Jihoon, tiba-tiba dipotong begitu saja oleh orang lain.

Ketika Jihoon hendak berdiri, Lala menggenggam tangan Jihoon.

“Lala, boleh telpon?” tanyanya

Jihoon terlihat bingung untuk menjawab, Jisoo hanya menggelengkan kepalanya memberikan isyarat kepada Jihoon untuk menolak yang Lala inginkan.

“Kakaknya sibuk, dia juga kerja, kasian kalau nanti masih harus telponan sama lala” jelas Soonyoung

“lala kan cuman mau tanya sebental, gak lama papi” kata Lala, nadanya sedikit bergetar, tapi Soonyoung juga tidak enak dengan Jihoon.

“Enggak, gak usah ya la, nanti – “

“boleh, nanti malam mau telponan sama aku?” Jihoon memotong perkataan Soonyoung, Lala langsung melihat ke arah Jihoon lagi dan ia mengatakan “mau” kembali dengan nada cerianya.

“papi, lala boleh pinjam hapenya?”

Tidak ada yang bisa Soonyoung lakukan selain Soonyoung dengan ragu mengeluarkan handphonenya yang sudah diunlock dan diberikan kepada Lala, apapun akan selalu Soonyoung turuti kalau itu kemauan Lala.

“ini kak cil, nanti namanya ‘kakak cil’ ya bial lala kalau mau telpon gampang calinya”

Jihoon mengambil handphone Soonyoung dari tangan Lala, mengetikan nomornya dan menamakan nama kontaknya sendiri. Setelah selesai, Jihoon memberikannya lagi kepada Lala.

“nanti malam angkat telpon aku ya, makasih kakak cil” kata Lala, Jihoon tersenyum kepada Lala, mengusap kepala anak itu sebentar lalu ia berpamitan untuk pergi ke kantornya lagi. Sedangkan Soonyoung ia hanya bisa menutupi mukanya, telinganya sudah sangat merah, mukanya tiba-tiba terasa panas.

Jisoo mengantarkan Jihoon keluar, bisa terlihat oleh Soonyoung dari dalam cafe, kalau Jisoo sedang mengomel.

”diomelin karena ngasih nomer hp kah?” tanyanya dalam hati.

Tapi Soonyoung paham, kenapa Jisoo seperti itu. Untuk menjaga Jihoon, mungkin dari dirinya atau dari Lala, supaya tidak terlalu dekat dengan mereka.

Soonyoung bisa memastikan tiga hal hari ini, kalau Jihoon sepertinya masih sendiri dan Jisoo tidak terlalu menyukai keberadaannya yang terlalu dekat dengan Jihoon. Hal ketiga yang membuatnya sangat bahagia dan bersyukur adalah karena Lala ternyata menyukai Jihoon lebih dari yang Soonyoung bayangkan.

— Bagaimana perasaan kalian ketika bertemu lagi?

“ya seneng aja bisa lihat lagi, lega juga ternyata selama ini dia baik-baik aja”

“gue sih degdegan, jantung gue keknya mau copot deh pas kita saling tatap tuh” —loslaten