rendezvous
warna merah termasuk golongan warna yang hangat, memiliki aura yang kuat dan memberikan energi untuk menyerukan terlaksananya suatu tindakan. hal pertama yang diingat ketika orang-orang menyebut warna merah adalah keberanian. sedangkan di dunia romansa mereka menyebutnya sebagai kehebatan.
mirip dengan soonyoung, pikir jihoon. bedanya kalau soonyoung mendapatkan warna merah setelah tercampur dari berbagai macam warna sebelumnya. tidak semata-mata ia langsung berwarna merah seperti sekarang. soonyoung akan setuju dengan pemikiran jihoon yang satu ini.
bukan hanya setuju tentang pemikiran atau pendapat jihoon mengenai warna dan maknanya, soonyoung juga setuju dengan berbagai pendapat jihoon tentang dirinya. seperti waktu jihoon memberikan hadian jam tangan pada saat wisuda soonyoung, katanya kalau soonyoung memakai jam tangan akan terlihat menjadi lebih dewasa. lalu, ketika jihoon memberikan tiga buah topi berwarna hitam, putih dan merah untuk soonyoung di hari ulang tahunnya, karena katanya soonyoung akan terlihat lebih tampan kalau dia memakai topi. dan soonyoung akan setuju dengan semua pendapat pribadi jihoon.
“kamu, pakai topi warna hitam, kaos warna hitam, celana warna hitam, sepatu warna hitam. bagus tau” jihoon sedang melihat-lihat isi lemari pakaian soonyoung.
“tapi, jujur ... aku paling suka kalau liat kamu pakai sesuatu yang ada warna merahnya” jihoon memperhatikan beberapa kaos milik soonyoung, lemari pakaian soonyoung jadi sedikit berantakan karena jihoon mengeluarkan beberapa kaosnya, lalu memasukannya lagi kedalam lemari, begitu terus sampai jihoon menemukan kaos yang ia mau.
“topi putih atau hitam ya? kaos merah, celana hitam, sepatu warna hitam... eh topi merah aja deh, kaos hitam, celana hitam” monolog jihoon, tangannya masih sibuk memilah-milah pakaian milik soonyoung.
soonyoung hanya tersenyum saja, melihat jihoon yang asik berbicara sendiri, sibuk sendiri. sedari tadi soonyoung—yang sedang tiduran di kasur – memperhatikan jihoon sambil sesekali memotret moment pacarnya yang sedang asik membongkar lemari pakaian.
“yaudah deh ini aja” jihoon membawa beberapa pakaian soonyoung yang sudah ia pilih. lalu disimpan baju milik soonyoung itu di atas kursi. tanpa ia apa-apakan lagi, karena tiba-tiba jihoon merasa lelah.
“haaaa... capek” katanya
“sini tiduran” soonyoung menepuk-nepuk sisi kasur yang kosong untuk jihoon tempati. dan yang disuruh untuk menghampiri pun ikut berbaring, memasukan dirinya kedalam selimut yang sedari tadi menutupi seluruh tubuh soonyoung.
“capek aku, jadi lapar”
“mau makan siomay atau nasi goreng?” soonyoung memberikan pilihan kepada jihoon, biasanya ada dua jenis makanan itu yang sebentar lagi akan lewat ke depan kosan.
“tadinya mau masak mie rebus aja”
“jangan, selama nginep di sini kamu udah sering banget makan mi instan”
“yaudah deh, siomay aja”
bukan hanya soonyoung yang selalu mendengarkan pendapat jihoon, setiap yang dikatakan oleh soonyoung akan jihoon dengarkan dan ia lakukan. seperti saat ini, ketika mereka berdua tiduran dikasur sambil berpelukan karena soonyoung menyalakan ac-nya dengan suhu terlalu rendah, jihoon setuju untuk membeli siomay saja daripada memakan mie rebus untuk makan malam.
“tadi kagak milihin kemeja buat aku? ko kaos doang?”
“kemeja buat?”
“ke rumah ibu kamu, masa pakai kaos doang kagak sopan”
“ke rumah ibu?” tanya jihoon, yang tadinya terlentang sekarang jihoon memposisikan dirinya telungkup sambil menatap soonyoung.
“iya, kan waktu itu setuju kalau mau ke rumah ibu satu bulan setelah ulang tahun aku”
“iya gitu?” tanya jihoon lagi, pura-pura lupa sebenarnya.
“kalau nanti aja boleh?” tanyanya lagi dan lagi, jihoon mengistirahatkan dagunya di dada soonyoung, keningnya mengkerut, bibirnya ia majukan. jihoon masih mencoba untuk membujuk orang yang saat ini sedang tersenyum menatapnya.
“gemes” jawab yang sedang dibujuk. soonyoung mengelus pelan rambut jihoon.
“besok harus jadi, udah berapa kali dibatalin. aku udah bilang sama ibu kamu” lanjutnya, untuk kali ini soonyoung harus tegas terhadap jihoon, pasalnya sudah berapa kali agenda mengunjungi ibu jihoon (berdua) tidak pernah terjadi, alasannya karena jihoon selalu bilang ‘nanti’ dan soonyoung yang selalu menuruti. tapi tidak untuk saat ini, sesuai dengan janji jihoon ketika soonyoung ulang tahun.
malam itu, ketika semua orang yang ikut merayakan ulang tahun soonyoung sudah pulang, jihoon dan soonyoung berbicara empat mata. soonyoung menanyakan kesiapan jihoon untuk bertemu dengan ibunya, dan jihoon mengatakan kalau ia mungkin akan siap bertem ibu satu bulan kedepan. yang harusnya, jihoon siap untuk bertemu dengan ibu, besok.
“jadi besok nih?” tanya jihoon lagi untuk yang kesekian kalinya, masih dengan ekspresi wajah yang menggemaskan (menurut soonyoung).
“iya jihoon, besok”
untungnya, jihoon kali ini mengiyakan ajakan soonyoung, karena dia juga sudah janji. meskipun sebelum tidur jihoon merasakan stress memikirkan apa yang akan dia lakukan kalau ketemu ibu. sampai-sampai jihoon pindah ke kamar soonyoung, dan mulai membicarakan tentang keresahannya.
setelah soonyoung mengatakan kalau tidak ada yang perlu jihoon persiapkan, yang penting jihoon mau datang saja sudah cukup. akhirnya jihoon bisa tidur, di kamar soonyoung.
tepat pada pukul 5 sore, soonyoung memarkirkan mobilnya didepan rumah ibu jihoon.
ibunya jihoon; 1 jam yang lalu [nak soonyoung, ibu baru pulang kerja, ini baru sampai rumah. jam 5 saja ke rumah ibu nya ya]
ibunya jihoon; 1 jam yang lalu [jihoon jadi ikut kah? duh ibu jadi gak sabar]
ibunya jihoon; 1 jam yang lalu [semoga jadi ikut ya jihoonnya]
ketika soonyoung bersiap untuk turun, jihoon masih terlihat ragu untuk sekedar melepaskan seatbelt. setelah bertahun-tahun ia tidak pernah melihat sosok ibunya sendiri, kini jihoon berada didepan rumah ibu. tangannya mulai mengeluarkan keringat dingin, raut wajahnya mulai kusam. jika bisa memilih jihoon mau pulang saja.
“takut?” tanya soonyoung, ia meraih tangan jihoon untuk digenggam.
“dingin gini tangan kamu” lanjutnya lagi, soonyoung mengusap tangan jihoon.
mereka belum keluar dari mobil, soonyoung memberikan waktu kepada jihoon untuk menyesuaikan dengan keadaan yang sedang dihadapi. menenangkan jihoon, berkali-kali soonyoung mengatakan “ada aku, kagak kenapa-napa jangan khawatir”, jihoon mengangguk tapi kalau harus jujur hatinya masih belum siap, belum siap bertemu dengan orang yang sedang menanti kedatangan mereka berdua dibalik pintu rumah itu.
“yuk” ajak soonyoung, tapi jihoon masih diam. tangannya masih memegang tangan soonyoung dengan erat. tidak mau melepaskan dan masih belum mengijinkan soonyoung untuk keluar dari mobil.
“mau pulang” dua kata yang jihoon ucapkan membuat soonyoung menghela nafasnya. mereka sudah sangat dekat, hanya tinggal keluar dari mobil dan mengetuk pintu rumah maka soonyoung dan jihoon bisa bertemu dengan ibu. tapi jihoon masih ragu, hatinya dan juga pikirannya belum mampu mengijinkan jihoon untuk bisa dengan lapang dada bertemu dengan orang yang sudah meninggalkan dirinya beberapa tahun yang lalu.
keraguan jihoon selalu ditepis oleh soonyoung, karena sekarang ada soonyoung yang sedang memegang tangan jihoon tidak kalah eratnya, ada soonyoung yang sedari tadi juga mengelus kepala jihoon memberikan ketenangan yang sedang jihoon butuhkan. ada soonyoung yang selalu mengucapkan kata-kata yang ingin jihoon dengar.
“maaf ya, aku masih aja kaya gini” jihoon menatap soonyoung, terlihat tidak ada ekspresi marah sedikitpun, soonyoung malah tersenyum dan mengangguk memberikan jawaban atas apa yang jihoon katakan barusan.
tentu saja soonyoung tidak keberatan, karena dia tahu dengan jelas penyebab dari perilaku jihoon yang sangat tidak mau untuk bertemu dengan ibunya. soonyoung hanya bisa bersabar menunggu jihoon untuk lebih tenang. sesekali membujuk jihoon lagi, tanpa paksaan.
“kalau udah siap, kita baru masuk ke rumah ibu ya? aku tungguin, tenang aja. tapi aku mohon banget, jihoon mau ya kali ini? kagak perlu ngomong sama ibu, biar aku aja. jihoon cukup dibelakang, diem doang”
jihoon mengangguk, hingga beberapa saat setelah ia menenangkan diri. jihoon mengatakan kalau ia sudah mau keluar dari mobil. soonyoung tersenyum, pacarnya sudah menjadi orang yang lebih pemberani. ia cium kening jihoon, lalu keluar dari mobil.
suara pintu terbuka, dan jihoon malah mundur satu langkah, ia bersembunyi di belakang punggung soonyoung.
“ayok masuk, nak”
soonyoung menjabat dan mencium tangan ibu jihoon. baru setelah itu mereka berdua masuk ke dalam rumah. jihoon masih berada dibelakang soonyoung, ia belum melihat seperti apa ibunya sekarang. karena tentunya pasti ada perubahan, mereka tidak pernah bertemu.
“jihoon, salim” kata soonyoung, tapi jihoon masih diam. pegangannya pada kemeja soonyoung makin erat, ia menyembunyikan mukanya, menjadikan punggung soonyoung sebagai penahan tubuhnya.
“enggak papa” kata ibu sambil tersenyum kepada soonyoung.
“ibu sudah sangat senang jihoon mau datang, jadi enggak papa kalau masih belum mau bicara atau bertatap muka sama ibu”
“mohon dimaklumi ya bu, jihoon masih belum terbiasa” kata soonyoung
“iya”
sebelumnya pun ibu sudah diberikan penjelasan oleh soonyoung bagaimana kondisi jihoon saat ini, soonyoung juga sudah memberitahu kepada ibu bahwa terlalu banyak salah paham diantara mereka berdua, jihoon sudah terlanjur sakit hati dan memiliki trauma tentang kejadian ‘ditinggalkan oleh ibu’.
sebelumnya ibu tidak pernah berfikir kalau apa yang dia perbuat akan meninggalkan trauma bagi anaknya, dia pikir jihoon akan baik-baik saja, tapi kenyataannya tidak. jihoon tumbuh menjadi orang yang penuh dengan ketakutan, takut dalam menghadapi orang lain dan rasa takut yang berlebih tentang kata ‘ditinggalkan’.
“ibu, mau minta maaf sama jihoon, atas semua yang telah ibu lakukan, yang membuat jihoon jadi menderita selama ini”
jihoon hanya mendengarkan, ia masih belum mengeluarkan suaranya. soonyoung sedari tadi memegangi tangan jihoon, mengelusnya pelan karena tangan jihoon masih saja terasa dingin.
“ibu juga mau bilang terimakasih banyak sama jihoon karena sudah mau datang ke rumah ibu, sudah mau bertemu sama ibu”
“ke soonyoung” kata jihoon, suaranya sangat pelan.
“iya?” tanya ibu kepada jihoon
“ke soonyoung bilang makasihnya bukan ke aku” jawab jihoon
soonyoung dan ibu tertawa pelan mendengar perkataan jihoon, rasanya jihoon sudah mulai terbiasa dengan situasi yang baru ia alami ini. jihoon sudah mau berbicara dengan ibu, meskipun hanya sedikit dan sebentar. setelah mengucapkan kata-kata tadi jihoon tidak ada berbicara lagi selama di rumah ibu.
jihoon merasa lebih percaya diri untuk bersama dengan soonyoung, hari ini ia lagi-lagi diyakinkan oleh setiap perilaku dan perkataan soonyoung. jihoon mendengarkan apa yang soonyoung bicarakan dengan ibu, bagaimana soonyoung sudah terlihat akrab dengan ibu dan cara soonyoung berbicara dengan sopan kepada ibunya membuat jihoon yakin kalau soonyoung adalah orang terbaik untuk jihoon.
“seperti yang kemarin kita diskusikan bu, soonyoung cuman mau memastikan lagi. jadi ibu tidak apa-apa? ibu setuju?”
“sebetulnya, ibu tidak punya hak untuk mengatakan tidak setuju atau setuju, kalau jihoon bilang mau ya alhamdulilah, ibu ikut senang”
perbincangan antara soonyoung dan ibu berlanjut, kalau jihoon tangkap mereka membicarakan soal perizinan, soal tanggung jawab, soal kesiapan dari pihak ayah dan juga babeh. tentang rumah dan sebagainya, yang jihoon pahami disini soonyoung sedang berperan sebagai calon menantunya ibu.
setelah satu jam lebih, soonyoung izin pamit pulang. karena masih ada tempat lain yang harus didatangi dan jihoon juga sudah memberikan kode kalau dia ingin segera pergi.
soonyoung kembali menjabat dan mencium tangan ibu, sedangkan jihoon masih tidak mau ketika soonyoung menyuruhnya melakukan hal yang sama.
“enggak apa-apa, hati-hati dijalan ya” ucap ibu.
baru saja duduk di kursi mobil, jihoon langsung menghela nafas panjang, seperti orang yang lega karena tidak tertangkap ketika bersembunyi.
“capek” katanya sambil menatap soonyoung.
“kereeen udah ketemu sama ibu meskipun ngumpet terus dibelakang aku, tapi kagak ngapa dah jihoon tetep paling keren” kata soonyoung
“kalau gitu nih” jihoon memanyunkan bibirnya matanya sudah tertutup, soonyoung tersenyum lalu ia mencium bibir jihoon. hanya kecupan, sangat singkat.
“yeay dapat yupiii”
“dasar hahaha” soonyoung rasanya tidak sanggup melihat kegemesan dari pacarnya itu
selama perjalanan, jihoon masih belum tahu akan dibawa kemana oleh soonyoung. jihoon sudah tidak tegang lagi, ia sudah duduk nyaman di samping soonyoung.
“dih ko ke sini?” tanya jihoon, mereka sudah sampai ditempat makan yang dulu pernah mereka datangi.
“pengen aja, yuk turun” kata soonyoung
dan disinilah mereka, setelah tadi bertemu dengan ibu, soonyoung memang sudah merencanakan untuk makan malam di tempat awal mulanya hubungan mereka dimulai. tempat dimana jihoon menyetujui ajakan soonyoung untuk menjadi temannya.
jihoon dengan senangnya menikmati makan malam kali ini, mungkin dia juga sudah merasakan plong di hatinya karena sudah bertemu dengan ibu. soonyoung pun sama, salah satu keinginannya sudah tercapai, mempertemukan ibu dengan jihoon membutuhkan kesabaran, harus rajin membujuk dan juga berkomunikasi supaya jihoon segera mengiyakan.
setelah selesai makan, mereka menikmati suasana yang cukup nyaman di restoran tersebut. duduk di pojok kiri, alunan musik terdengar, memang tempat ini cocok sekali untuk bersantai menikmati secangkir minuman bersama dengan partner untuk membicarakan permasalahan hidup atau sekedar basa-basi dan mengobrol saja.
jihoon masih ingat dengan jelas, bagaimana dulu soonyoung mengucapkan selamat ulang tahun dan menjadi teman pertamanya selain mingyu. jihoon masih ingat, kalau malam itu dia juga menerima banyak sekali ucapan selamat ulang tahun dari teman-teman soonyoung yang sekarang sudah menjadi teman jihoon juga.
“dulu kamu ngajak temanan di sini haha kalau dipikir-pikir lagi kasian banget kamu ya” kata jihoon
“kenapa harus kasihan?” tanya soonyoung
“kan semenjak itu banyak hal buruk yang kamu laluin, dari mulai kamu dengar aku ngomong yang aneh-aneh, terus aku tolak berkali-kali, sampai kita sempet berantem, terus kamu jadi stress gara-gara aku. cara pendekatan kamu itu kayanya butuh usaha ekstra dibanding dengan cara pendekatan pasangan lain. makannya kasihan”
“ya kagak usah dikasihanin, orang aku yang mau”
“iya deh iya, tapi tempat ini awal mulanya hidup seorang kwon soonyoung, ketum yang dibanggakan sama kampusnya harus sedikit mengalami kesengsaraan gara-gara 'percintaan'
”kalau dijabarin kaya gitu jadi ngakak ya hahaha”
“maaf ya” kata jihoon pelan.
“kagak usah minta maaf, kagak apa-apa. sebenernya worth it sih, hasilnya sememuaskan ini. selama prosesnya juga aku kagak sengsara-sengsara banget, cuman sedikit capek aja karena ditolak mulu dan sempat buntu, bingung harus ngapain lagi”
“ko jadi agak sedih ya?”
“hahaha jangan sedih dong”
“ya kamu sih kenapa juga harus makan disini, jadi keinget kan aku” “sengaja, biar kamu inget”
jihoon berdecih dan soonyoung malah tertawa. iya, kalau tempat ini pernah menjadi tempat yang membuat soonyoung degdegan setengah mati ketika ia untuk pertama kalinya mengajak seorang lee jihoon untuk berteman dan menerapkan status baru waktu itu. menurut soonyoung, semua usaha yang telah ia lakukan, semua proses untuk mendapatkan hati jihoon tidak ada yang sia-sia, semua momen yang ia lewati dengan jihoon akan terus ia ingat, bagaimana sedihnya, bahagianya, dan bagaimana ia hampir menyerah.
tentu saja kalau di mata jihoon, soonyoung selalu menjadi satu-satunya orang yang bisa membuat hidupnya berubah, meskipun prosesnya lama. jika jihoon harus mengingat lagi, ia lebih merasa kasihan dan merasa bersalah. makanya setiap mengingat bagaimana perjuangan soonyoung dan bagaimana perilaku dirinya waktu itu, jihoon hanya bisa mengucapkan kata maaf dan terimakasih, lalu, tempat ini, lagi. akan menjadi tempat yang (semoga) memenuhi ekspektasi seorang kwon soonyoung yang sudah kepalang degdegan, meskipun dari tadi ia mencoba tenang mengobrol dengan jihoon, tapi tetap saja karena ada niat lain yang ingin ia sampaikan.
“kamu tadi ngomongin apa sama ibu?”
“tapi paham kan maksudnya kemana?” tanya soonyoung balik.
“paham, tapi kamu gak ada ngejelasin ke aku sebelumnya”
“haha iya sih”
jihoon hanya mengernyitkan dahinya, soonyoung diam lagi. tarik nafas, bismillah. ini soonyoung mau mulai menjelaskan niatnya kepada jihoon.
“jihoon” panggil soonyoung
“hm?”
soonyoung tersenyum, tiba-tiba merasa salah tingkah sendiri, ia hanya bisa menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain.
“apa sih?” tanya jihoon lagi.
“jihoon, tau kan ya sesayang apa aku sama kamu? udah kagak perlu aku jelasin lah ya kalau bagian itu”
dan jihoon setuju, ia hanya menganguk, matanya fokus memperhatikan lawan bicaranya.
“aduh gimana ya ini mulainya, aku tadi ngomongin soal gimana proses dan usaha aku buat bisa sama kamu dan sebagainya itu bukan berarti aku mau ngungkit-ngungkit ya, cuman mau ngingetin aja kalau aku ini kagak pernah main-main sama kamu” soonyoung berhenti berbicara sebentar.
“tadi kamu juga udah denger dan aku yakin kamu udah paham sama niat aku ngajak kamu kesini. ya sama, niatnya cuman mau ngomongin sesuatu dan ngajak jihoon buat bareng sama aku terus”
hal yang tidak akan bisa jihoon tolak, yaitu bersama dengan soonyong. setelah merasakan bagaimana disayang dan saling melindungi satu sama lain, rasanya jihoon tidak akan sanggup kalau harus pisah dengan soonyoung. dalam pikiran jihoon pun, sudah tertanam kalau ia akan selalu bersama dengan soonyoung.
“apapun yang jihoon mau lakukan kedepannya selama kita bareng-bareng bakal aku dukung terus”
karena beberapa minggu yang lalu jihoon mengatakan kalau dia ingin keluar dari pekerjaannya. dia meminta pendapat soonyoung dan mengatakan kalau dia hanya ingin menjadi guru les private piano saja. ternyata lingkungan kerja dengan kepribadian jihoon kurang cocok, jihoon hanya bisa bertahan beberapa bulan saja. kalau ada salah dan dibetulkan oleh atasan, atau ketika dia dimarahi karena melakukan kesalahan, jihoon akan sangat kesal dan sedih, dia secara tidak langsung akan mengatakan ”aku sama soonyoung aja gak pernah dibentak” atau ketika dia disuruh keluar dari ruangan atasanya secara tidak sopan, dalam hatinya jihoon selalu bilang “aku sama soonyoung gak pernah diusir”. sampai akhirnya ia bercerita kepada soonyoung karena sudah tidak mau diperlakukan seenaknya. ”aku sedih, kalau sama kamu aku disayang terus tapi sama orang lain dibentak-bentak” dan waktu itu jihoon kembali mengatakan maaf karena tidak bisa kuat untuk bekerja dan soonyoung memklumi, ditambah lagi jihoon sudah punya rencana ingin bekerja apa setelah dia benar-benar keluar dari pekerjaannya saat ini.
“jihoon mau jadi guru les piano atau apapun itu bakal aku dukung, kagak bakal aku paksa buat ngelakuin hal yang jihoon kagak mau lakuin. selama kamu ngizinin aku buat terus dukung kamu”
“aku sebenarnya yang butuh, butuh dukungan kamu” sela jihoon.
“dan aku akan berusaha buat selalu kasih semua hal yang jihoon butuhin, semoga itu cukup buat meyakinkan kamu”
“kamu juga harus kasih tahu aku, apa yang kamu mau dan apa yang kamu butuh, supaya aku bisa ngelakuin hal yang sama”
“okey” kata soonyoung
“ada satu hal lagi yang mau aku katakan ke kamu. kalau selama kita temanan aja rintangannya banyak, masalahnya banyak, berantem beberapa kali, tapi kita bisa ngelewatin sampai kita ada di titik udah saling percaya kaya sekarang. kalau jihoon setuju—“
“setuju ko” sela jihoon, soonyoung entah untuk keberapa kalinya ia dibuat tersneyum oleh jihoon.
“setuju buat terus sama aku, setuju buat jadi suami dan jadi partner aku—“
“bismillah, setuju”
“sayaaang”
“apaaaa?”
“jangan bercanda”
“enggak bercanda, ini aku malu jadinya kaya gitu”
“hahaha”
“tapi..aku boleh minta sesuatu lagi gak?” tanya jihoon
“apa?”
“kalau nanti, aku terlalu nyebelin atau terlalu susah kamu ngertiin, tolong dibilangin baik-baik seperti kamu biasanya ya, jangan tiba-tiba silent treatment atau malah ninggalin aku, karena aku yakin kalau masalah bisa jadi datang lagi”
“iya jihoon, tapi aku juga yakin, yakin banget bisa ngelewatin lagi semuanya seperti kita waktu masih temenan. karena jujur, kemarin paling berat bukan ? atau cuman aku aja yang ngerasa? tapi semoga nanti gak ada yang lebih berat dari kemarin”
“amiin”
soonyoung belum ke inti pertanyaan tapi sudah jihoon iyakan, masih ada yang mau disampaikan tapi kalau inti pertanyaan sudah terjawab soonyoung rasa perbincangan mereka sudah cukup. cukup dalam hal memastikan maksudnya.
“nanti secara formal, aku sama babeh datang ke rumah ketemu sama ayah kamu, tapi aku mau tanya kamu dari sekarang. jadi jihoon, mau nikah sama aku? ngeganti statusnya lagi ditempat ini”
“ehm... aku nanti konsep foto prewednya mau ada yang tema warm dan yang cold gitu filter fotonya, kaya warna kuning dan hitam”
“jadi mau peluk”
“pakein dulu cincinnya ke aku, udah kamu pegang-pegang kan dari tadi?”
aduh soonyoung, ko bisa ketahuan sama jihoon sebelum waktunya. niat hati mau sedikit romantis tapi yang dihadapin jihoon. mungkin pikir jihoon, jangan terlalu tegang kan sudah tahu jawabannya apa.
soonyoung sudah memakaikan cincin yang ia beli di jari manis tangan kiri jihoon, kalau rencana mereka berjalan dengan lancar, harusnya beberapa bulan lagi cincin itu akan berpindah posisi ke jari manis pada tangan kanan.
kalau begini ceritanya, babeh harus segera menyiapkan buat nanti acara tunangan dan juga nikahannya. belakangan ini rencana soonyoung yang melibatkan jihoon didalamnya selalu diperlancar. mungkin karena usaha dia sebelumnya sudah sangat maksimal, sehingga sekarang soonyoung hanya perlu menikmati hasilnya.
lagi dan lagi, tempat yang sudah dua kali menjadi tempat yang menyaksikan perubahan besar pada status mereka. tentang jihoon yang diyakinkan dan soonyoung yang meyakinkan.
“oh iya ada satu pertanyaan lagi, kamu beneran itu gak ganti ava twitter dari smp karena mimpi tentang jodoh-jodohan?”
“yaampun hahaha kagak jihoon, itu bercandaan doang supaya ada bahan aja buat ngobrol sama kamu waktu itu”
“jadi alasan aslinya kenapa?”
“kan kamu udah tau ya gimana aku waktu sd sama awal smp pernah dibully, intinya adalah biar mereka yang bully aku tetap ingat aja sama yang udah mereka bully. niatnya mau menunjukan kalau sekarang aku baik-baik aja dan superioritas yang mereka gunakan waktu itu tidak ada gunanya. inget kagak? sama foto yang dulu sempat nyebar kemana-mana sampai aku masuk berita di tv dan twitter aku rame banget? waktu kejadian itu, salah satu orang yang ngebully aku nge dm di twitter, setelah bertahun-tahun akhirnya dia minta maaf.”
“oh iya?”
“iya, tujuan aku ketika mereka sudah minta maaf, aku bilang aja kalau semua yang mereka lakuin itu kagak bener, meskipun telat tapi kagak apa-apa dibanding kagak sama sekali”
“terus waktu diganti pakai foto aku gimana tuh?”
“ya kagak apa-apa, berarti aku sudah mengakhiri apa yang mau aku tuju, udah ikhlas meskipun kagak nerima perminta maaf dari yang lainnya, satu orang aja yang mewakili rasanya cukup dan kalau tentang ganti ava ya aku emang mau pamer aja sih kalau lagi ada yang aku suka gitu, makanya dijadiin ava foto kamu”
“geli”
“hahahaha beneran itu”
soonyoung memiliki sisi yang jihoon tidak mengerti, soonyoung juga memiliki sisi yang mungkin orang lain pun tidak ada yang paham kenapa dia melakukan hal tersebut sebegitunya. oleh karena itu, di tempat yang sudah dua kali mereka gunakan untuk menjemput kebahagiaan, jihoon bertanya banyak hal dan soonyoung menjawab, pun sebaliknya. meskipun sudah saling terbuka, mereka masih memiliki beberapa pertanyaan yang harus mereka temukan jawabannya sebelum masuk ke jenjang pernikahan.
mereka sudah sampai dikosan, tiduran di kasur sambil bergandengan tangan. Setelah tadi jihoon menerima lamaran soonyoung, sekarang mereka bercerita tentang harapan, rencana dan sesi curhat versi soonyoung.
“sebenernya kalau ngomongin ekspektasi orang lain pasti mikirnya aku bakal jadi aktivis terus-terusan, keluar kuliah lanjut S2, atau mungkin ada yang berpikiran kalau aku bakal jadi orang yang menyajikan konten-konten pergerakan mahasiswa di social media”
“eh malah mau nikah sama aku”
“kasian orang-orang yang udah berekspektasi tinggi sama aku ya”
“kasian kamunya lah capek menanggung beban ekspektasi orang lain”
“lumayan tapi kagak papa, aku fokus ke hal-hal yang udah aku rencanain dan tujuan aku aja”
“kalau kata yang di tiktok sih ‘langit … tolong turunkan ekspektasi orang-orang kepada soonyoung … soonyoung cuman mau nikah sama jihoon’ iya kan? hehehe”
“bisa aja hahaha tapi ya bener sih”
selain bercerita tentang beberapa hal, mereka juga habiskan waktu sebelum tidur dengan jihoon yang ingin mencium bibir soonyoung dan soonyoung yang lebih memilih untuk mencium kening jihoon. meskipun keinginan mereka berbeda, hal tersebut tidak menjadi masalah karena pada akhirnya mereka bisa melakukan dua-duanya.
“ming, lo gimana kabarnya sama pacar lo?” tanya jihoon, dia sedang duduk berhadapan dengan sahabatnya mingyu di sebuah cafe di jakarta selatan.
“ya baik-baik aja untungnya, meskipun jeonghan lagi sibuk kerja dan gue bentar lagi sidang tapi kita tetap saling bucin ko”
“bagus deh, lo ada niatan nikah cepet gak?”
“nikah? kayanya sih gak, soalnya gue belum kerja, kecuali kalau gue udah ada kerjaan, baru deh. kenapa emang? lo jadi mau nikah cepet sama ketum?”
“kayanya” jawab jihoon singkat.
“ya kalau ketum sih uang udah aman dari kosan juga, punya dua kosan di jakarta pusat mana deket kantoran terus yang satunya deket tempat kuliah, sebulan ada gak tuh 50 juta?”
“ada sih, nanti gue juga bantu ngurus itu kosannya karena mau bikin lagi di daerah kantoran tapi yang di jakarta selatan”
“mantap, fix nih kawin?”
“semoga, paham gak sih lo sama perasaan gue? kaya yakin aja, selama itu sama dia”
“paham ko gue, kaya yaudah ngerasa ini orang ya tepat aja buat gue yakan? ”
“dulu itu ya ming, gue selalu berpikir kalau orang yang bakal ada dan selalu ada buat gue ya cuman lo doang. waktu kuliah, teman-teman kuliah gue aja kayanya sungkan untuk sekedar ngobrol sama gue. dulu ada yang pernah chat ke gue ‘aku suka kamu, kalau aku deketin boleh gak’, ada juga yang ngomong langsung kaya ‘aku naksir sama kamu’ dan sebagainya. didalam pikiran gue, perkataan mereka itu gak bisa gue percaya, soalnya akan selalu ada pemikiran yang buruk dan gue yang selalu menyangkal semua perkataan mereka ‘dia gak bisa dipercaya, omongannya hanya bercandaan, mereka gak serius’ mungkin itu yang selalu gue tanamin dalam pikiran gue sendiri. nah soonyoung mungkin paham, karena udah pernah ngalamin ditolak sama gue berkali-kali dan kayanya memang cuman soonyoung yang bertahan sih, enggak nyerah gitu aja, dia terus yakinin gue. satu kata ‘aku suka kamu’ atau ‘aku sayang kamu’ gak pernah mempan ke gue, terus dia nyatain suka dan sayangnya dia ke gue secara terus-terusan, perilaku dia juga nunjukin hal serupa. mungkin itu yang membuat gue akhirnya mau nerima soonyoung. dan parahnya lagi adalah, kayanya gue memang butuh soonyoung dihidup gue”
“beruntung dah lo bisa ketemu sama ketum”
“bener, gue juga ngerasa gue beruntung banget bisa sama dia. kaya apa ya, gue juga sadar kalau luka gue gak akan bisa pulih hanya dengan mengandalkan waktu, beruntung banget gue bisa nemuin orang selain lo yang mau ngebimbing dan nemenin gue di proses pahit itu”
“jin, lo pernah kagak sih kagum banget sama seseorang” tanya soonyoung ketika ia sedang nongkrong didepan kosan bersama jinjin
“pernah lah, kagum yang sampe bikin kelepek-kepelek kan?”
“hahaha iya”
“pernah tum, sama jihoon ya lo?”
“iya haha, lu sama si joy ya?”
“hahahaha tau aje lo”
“ketebak”
“ngomong-ngomong tum, kalau ngomongin jihoon. gue juga respect banget sih sama dia, respect banget gue sama orang-orang yang mau bangkit dan mencoba menyembuhkan dirinya sendiri”
“bener, gimana kagak kagum ya, menurut gua sih orang-orang yang berusaha buat memperbaiki dirinya sendiri itu orang paling terkeren, karena kalau lihat dari sisi jihoon aja, healing proses itu bukan sesuatu yang gampang, karena lu ngizinin diri lu sendiri buat ngerasain lagi sakitnya dari masa lalu, terus habis itu masih harus mengelola emosi negatif dan rasa sakitnya jadi sebuah kekuatan. kaya gimana jihoon selama ini, dia udah baik-baik aja tapi kadang ada momen dimana dia jatuh lagi, dan hal kerennya tuh disini, ketika dia terus berusaha buat ngelakuin healing-nya, kagak nyerah”
“mantep sih emang, udah cocok banget lo sama si jihoon tuh. gue jujur gak nyangka tum kalau lo mau nikah muda hahaha, kirain gue mau jadi aktivis dulu gitu yekan yang fokusnya meskipun udah lulus kuliah tetep turun aksi”
“sebenernya kalau misalkan mau ikut aksi lagi ya tinggal ngikut aja gua, dengan izin jihon tapi. lagian sekarang fokusnya gua cuman ngebantu ke yang lebih real aja, kalau aksi ngebantu buat menyuarakan, sekarang gue fokus bantu secara langsung ke yang membutuhkan”
dia yang berwarna biru muda, yang memiliki nuansa ketenangan. jika warna birunya berubah menjadi lebih dingin atau seperti es, ia sedang menciptakan perasaan kesedihan atau kesendirian.
dia yang berwarna biru muda yang sedikit lebih gelap, akan mengurangi keberanian dari dia yang berwarna merah lalu si biru muda bisa mengambil sedikit keberanian dari si merah.
hebatnya dari si merah ini, ketika dia berada ditempat tergelap pun, dia masih bisa berbaur dan perlahan membagikan warnanya supaya tidak terlalu gelap. tempat tidak pernah membatasi ranah kebebasan dari si merah, karena dia akan tetap menjadi yang paling mencolok yang tertangkap oleh penglihatan orang-orang.
untuk menciptakan keseimbangan, warna yang bisa melengkapi dia yang berwarna merah adalah dia yang berwarna biru muda. saling menyatu, agar sisi negatif dari masing-masing warna menghilang.