sabarnya yang panjang, sekarang ketemu ujungnya.

soonyoung memang sudah menyiapkan berbagai jenis kalimat kalau misalkan jihoon kembali dengan agenda overthinking-nya, tapi tidak dengan chat yang baru saja ia terima dan ia baca. soonyoung bingung harus memberikan respon kepada jihoon seperti apa, dan karena itu soonyoung lebih memilih untuk pergi ke rumah jihoon bersama dengan babeh, meminta penjelasan kepada jihoon tentang pesan yang baru saja beberapa menit lalu ia labelkan sebagai pesan ‘salah kirim’.

babeh yang tidak tahu tentang isi pesan tersebut hanya diam, menyetir tanpa banyak bertanya pada anaknya yang selama perjalanan malah membisu, bengong seperti orang linglung.

“kenapa sih tong?” mobil mereka sudah sampai di depan rumah jihoon, dan babeh memutuskan untuk bertanya sesuatu.

“ha? oh … kagak apa-apa beh, mau ngobrol aja”

“ini lu berdua lagi dipingit ya, cuman karena tadi lu grasak grusuk kagak jelas, jadinya gua iyain buat ke sini”

“babeh, nanti aja tahunya kalau udah ada keputusan, kalau sekarang kita masuk aja dulu” babeh pun mengalah. masuk ke dalam rumah jihoon, soonyoung disambut oleh mingyu dengan muka paniknya. dan jeonghan yang juga sama menjadi tegang, perasaannya tidak karuan ketika melihat soonyoung datang dengan babeh.

soonyoung dan babeh masuk ke rumah itu, masuk ke ruangan yang lebih jauh dari pintu keluar. di rumah sudah ada banyak saudara-saudara jihoon yang datang, dari anak kecil yang berlarian di ruangan, atau beberapa anak remaja yang sedang asik memainkan piano milik jihoon. ada juga orang tua yang sedang mengobrol. sebagai formalitas meskipun pikirannya terus menyuruhnya untuk segera bertemu dengan jihoon, soonyoung menyapa mereka satu per satu.

lalu ayah jihoon, mingyu, jeonghan, soonyoung dan babeh memisahkan diri dari orang-orang yang sedang sibuk dengan kegiatannya, mereka duduk di sofa ruang tamu yang berbeda, hanya ada mereka berlima.

“kenapa ko ke sini?” tanya ayah jihoon

“mau ketemu sama jihoon, sebentar … mau ngobrol” jawab soonyoung

“aduh kan lagi dipingit ya masa ketemuan”

“enggak, om … “ sela mingyu

“jihoon tadi chat aku, katanya … bingung … gimana ya … intinya dia mau ditunda nikahannya” jelas mingyu

“ha? ditunda begimane?” kata babeh, keningnya mengkerut matanya terus menatap mingyu tidak suka.

“ya gak tau beh makanya, mingyu juga gak tau jihoon kenapa kaya gitu”

“yaudah diobrolin deh, soonyoung ke kamar jihoon aja. tapi sama mingyu biar enggak berduaan banget” ketika ayah jihoon mempersilahkan soonyoung untuk pergi menemui jihoon di kamarnya. soonyoung semakin tidak tenang, dia juga merasa deg-degan, tangannya dingin. soonyoung bisa merasakannya, ketakutan tidak diinginkan lagi oleh jihoon semakin kuat.

“tum, ayo masuk” ajak mingyu ketika soonyoung hanya diam di depan pintu kamar jihoon. lalu soonyoung mengangguk dan mereka berdua pun akhirnya masuk ke tempat ternyaman— setelah kosan versi jihoon.

baru saja mingyu membuka pintunya, suara jihoon sudah terdengar.

“lo ngapain sih ke sini mingyu, kan gue bilang di bawah aja jangan ke kamar gue”

dan soonyoung masuk melangkahkan kakinya ke dalam kamar jihoon. ada dua hal yang membuat soonyoung diam mematung seketika. pertama, melihat ekspresi kaget dari jihoon akan kedatangannya, tiba-tiba masuk kamar tanpa mengucapkan apapun dan hanya diam berdiri menatap jihoon. ke dua, soonyoung bisa melihat banyak kertas yang sudah di coret-coret berantakan di kamar jihoon. soonyoung paham apa yang sedang jihoon lakukan pada saat ini.

“ming, ko di bawa ke sini sih?” jihoon masih marah.

“ya gimana, kan tadi gue udah bilang ketum mau ke rumah”

“ya tapi kan gak usah di bawa ke kamar gue mingyu” jihoon mendekati mingyu, ia berbisik.

“kagak usah bisik-bisik, aku udah di sini. ngomong aja” kata soonyoung.

“enggak mau, kamu juga … ngapain sih ke sini, kenapa gak bales chat aku aja” jihoon sedikit menaikan nada bicaranya.

“eh anjir jangan pada marahan kaya gini dong, jihoon lo ngomong jangan pake emosi”

“tapi gue kesel ming, seenaknya aja datang tapi gak bales pe— “

“jangan marah-marah dulu, mending kamu duduk sana di kasur, tenangin diri … jangan sampe nanti kamu ngeluarin kata-kata yang bakal buat kamu nyesel” soonyoung menatap jihoon.

“gue tunggu di sini, kalian ngobrol” mingyu sedikit menjauh, duduk di depan piano yang ada di kamar jihoon.

sedangkan soonyoung menuntun jihoon untuk duduk di kasurnya dan dia duduk di lantai, berhadapan dengan jihoon.

“jangan dulu ngomong kalau masih emosi” kata soonyoung, dia mengambil satu tangan jihoon dan dia genggam.

dalam pemikiran jihoon, semua yang soonyoung katakan memang ada benarnya. dia juga tidak mau menyesali apa yang akan nanti ia katakan. semua yang akan ia sampaikan harus sesuai dengan pikirannya selama ini, tanpa emosi marah dan kesal di dalamnya, jihoon mencoba untuk menetralkan dirinya terlebih dahulu.

“aku gak mau ketemu kamu … kasian nanti kamu sedih liat aku kaya gini” katanya dan jihoon hanya bisa menunduk, malu memandang soonyoung yang sampai saat ini masih saja sabar menghadapi semua sikap jihoon.

“aku dengerin, jihoon maunya gimana? dipikir dulu sebelum ngomong, tolong dipisahin mana ketakutan jihoon yang kita aja gak tahu itu bakal kejadian atau kagak, sama mana yang nyata dan udah kejadian”

“aku udah coba tulis pikiran negatifnya di kertas, udah aku sobek-sobek juga. tapi masih berisik, aku semakin hari, malah semakin bingung”

“iya , makasih ya jihoon udah nyoba cara itu. aku juga sebenernya, beberapa hari yang lalu pernah kagak pede, pernah insecure. tapi aku kagak pernah sekalipun ragu sama jihoon. aku cuman terus mikir bisa kagak ya, aku bikin jihoon seneng tiap harinya. daripada aku pusing mikirin hal yang kagak pasti, aku terus ngelakuin hal-hal yang bisa buat kamu seneng terus. misalnya chat kamu tiap hari, meskipun kamu jarang balas belakangan ini”

soonyoung bahkan membuat catatan kecil tentang apa saja yang jihoon suka dan yang jihoon tidak suka, dari hal kecil sampai hal-hal yang akan menimbulkan kembali ketakutan jihoon. semuanya soonyoung tulis, ia baca tiap malam supaya dia tahu akan tindakan apa yang akan membuat jihoon senang dan menjauhi hal-hal yang jihoon benci.

“sebenernya udah kagak aneh lagi sih, kalau sebelum pernikahan pasti ada aja masalahnya. banyak ko pasangan lain juga yang cekcok bahkan hampir kagak jadi, tapi ujung-ujungnya tetep jadi. bukan cuman kita aja yang tiba-tiba ngerasa kagak percaya diri, bukan cuman jihoon aja yang merasa kagak yakin dengan pasangan, tapi mereka tetep bisa ngelewati semua percobannya”

“tapi aku, terlalu takut. banyak yang aku pikirin, mantan kamu lah, ditinggalin sama kamu lah nanti, kalau nanti ada masalah lagi gimana terus nanti kalau kamu jadi tiba-tiba ngejauh dari aku gimana … takut kalau udah ada perubahan status ini kamu nanti malah berubah, aku gak yakin”

“intinya jihoon masih ragu kan sama aku?”

dan jihoon teringat dengan isi pesan soonyoung beberapa minggu yang lalu. tentang bagaimana soonyoung akan melepaskan ketika orang itu masih ragu atas semua hal yang sudah soonyoung lakukan. jihoon ingat semua perkataan soonyoung, dia bahkan masih ingat dengan hasil apa yang akan ia dapatkan kalau dia menyebutkan kata ‘ragu’ itu di hadapan soonyoung.

“aku paham, aku tahu jihoon kaya gimana dan udah mikir apa aja selama ini. tapi tolong dipikirin lagi, mana yang cuman ketakutan jihoon dan mana yang jelas-jelas nyata udah aku perbuat supaya bisa sama jihoon”

jihoon diam, tangannya masih digenggam oleh soonyoung. dia bingung harus mengatakan apa, karena satu kata yang terucap bisa mengubah apa yang sudah direncanakan.

“tapi berat, susah. aku takut terus, tiap pagi bangun sampai lemes, yang kepikiran cuman itu-itu aja”

“aku … kagak pernah kepikiran buat ngebatalin, aku mau sama jihoon … tapi kalau itu terlalu berat buat jihoon, yaudah jihoon maunya gimana?”

“kalau … kita batal nikah nanti, apa yang terjadi sama hubungan kita?”

“batal nikah? …” soonyoung terdiam sesaat, dia menundukan kepalanya, menutup matanya sebentar sebelum kembali menatap mata jihoon.

“itu udah jadi penolakan yang kagak bisa diubah, aku kagak akan pernah bisa sama kamu lagi”

“bukan kaya gitu, maksudnya undur aja, jangan tanggal 21 banget. kecepetan”

“udah nyebar undangan, gedung, makanan semua udah siap, bahkan keluarga udah pada dateng. acaranya tetep tanggal 21”

diamnya mereka, bukan karena tidak mau lagi berbicara, soonyoung juga bingung. apa lagi yang harus dia katakan supaya jihoon kembali luluh, dalam hatinya dia terus bersabar jangan sampai dia terbawa emosi.

“aku gak mau”

menerima penolakan beberapa hari sebelum menikah bukan sesuatu yang mudah untuk dilewati bagi soonyoung dan mengucapkan penolakan ketika dia sudah ikut campur sejauh ini pun bukan sesuatu yang mudah untuk jihoon.

soonyoung semakin menunduk, tapi tangannya tetap memegang tangan jihoon semakin erat. semakin erat karena dia takut kehilangan.

“seperti yang aku pernah bilang, kalau memang jihoon mau dilepas, aku lepas”

“dan jangan pernah minta dan berharap sesuatu atau apapun yang udah kamu lepaskan secara sengaja akan balik lagi dengan sukarela. ngerti jihoon?” lanjut soonyoung, ia melepaskan tangan jihoon, tapi masih duduk di sana, masih menunggu apa yang akan jihoon katakan lagi

“hm” jawab jihoon

“lo jangan asal jawab anjir jihoon, gak denger tadi omongan ketum kaya gimana?” mingyu yang sedari tadi hanya mendengarkan saja pada akhirnya memutuskan untuk ikut berbicara.

“tapi gue gak sanggup ming”

yang sedang duduk di hadapan jihoon perlahan memberikan jarak. berdiri tanpa berbicara apapun lagi, melangkah lebih jauh dari jihoon, keluar dari kamar yang pemiliknya sekarang hanya bisa tertegun.

“lo ya anjir jihoon, ketum... “

seperti ada yang salah pada jihoon, ketika ia melihat soonyoung dan mingyu keluar dari kamarnya. kakinya melangkah sendiri, ia berjalan mengikuti langkah soonyoung, jihoon memutuskan keluar dari kamar.

langkahnya berhenti, tidak setegas ketika ia melangkahkan kaki mengikuti jejak soonyoung dan mingyu.

jihoon masih diam, berdiri, bingung. tatapannya hanya tertuju pada soonyoung yang sedang bersimpuh di depan babeh.

“kenapa tong?” suara babeh terdengar jelas di telinga jihoon, dia berdiri tidak terlalu jauh dari soonyoung.

“liat gua … kalau orang lain ninggalin lu, masih ada gua. kalau orang lain kagak ada yg percaya lagi sama lu, masih ada gua. paham?” kata babeh sambil melihat anaknya yang sedang duduk di hadapannya itu. babeh memegang kepala soonyoung, mengelusnya pelan.

“tong … nafasnya diatur”

untuk pertama kalinya pula, jihoon melihat secara langsung orang yang selama ini selalu membantu dia ketika dirinya mengalami serangan panik. apa yang jihoon lihat, hampir sama dengan apa yang sering ia alami.

“jangan ditahan, kalau sedih ya nangis. muka lu sampe merah”

dan soonyoung sebagai orang yang kehilangan arah mencoba untuk mengikuti apa yang babehnya bilang. dia mencoba bernafas dengan wajar dan mengeluarkan air matanya.

babeh memeluk soonyoung “kagak ape-ape tong, kalau lu gagal gue kagak bakal kecewa” dan soonyoung memeluk babeh lebih erat lagi.

mata lain menatapnya penuh iba, kasihan. apalagi di mata jihoon, pertama kalinya dia melihat soonyoung sehancur ini. suara tangisnya terdengar dan soonyoung sedang bersusah payah mengatur nafasnya.

“soonyoung” kata jihoon pelan, suaranya dikalahkan oleh suara tangis soonyoung sendiri.

sampai beberapa saat, semua orang hanya memperhatikan soonyoung yang sedang mencoba menenangkan dirinya.

“kamu mau ke kamar lagi?” tanya jeonghan kepada jihoon.

“aku gak maksud bikin … dia kaya gitu”

tapi jeonghan dalam hatinya tidak setuju dengan perkataan jihoon, oleh karenanya dia hanya diam di samping jihoon. lalu, ketika semuanya sudah tenang. hati jihoon semakin tersayat.

“babeh, maaf kalau buat babeh kecewa dan malu … sesuai dengan permintaan jihoon … tolong dibatalkan”

di sisi lain. ayah jihoon kaget, dia bertanya-tanya kenapa dan apa alasannya. tapi jihoon tidak bisa menjawab dan soonyoung sudah tidak mau menjelaskan.

“ke mobil duluan aja tong, babeh ngomong dulu sama bapaknya”

soonyoung menghapus air matanya, berdiri dan berjalan melewati jihoon begitu saja, tanpa memperdulikan tatapan jihoon, tanpa ada niat untuk melihat balik kepada jihoon. soonyoung membuka pintu mobil dan masuk.

tadi babeh bilang kalau dia akan berbicara dengan ayah jihoon, tapi pada nyatanya setelah soonyoung keluar dari rumah, babeh menghampiri jihoon.

“jihoon, babeh sayang banget sama jihoon tapi soonyoung anak babeh, babeh juga gak suka liat anak babeh diginiin. batalin nikah berarti udah, udahan. ngerti?”

“gak mau … diundur aja babeh, jangan dibatalin” jawab jihoon

“nanti kalau udah diundur tetep minta gak jadi, gak ada yang bisa menjamin jihoon bakal mau nanti. terus sekarang jihoon lihat soonyoung mau ngomong gak sama jihoon? enggak kan? dia juga se-kecewa itu sama keputusan jihoon, karena presensinya sendiri udh gak jihoon anggap penting sekarang. jihoon terlalu mikirin ketakutan jihoon sampe lupa kalau soonyoung juga bisa takut, soonyoung juga bisa sedih, bisa kecewa, bisa marah dan bisa gak mau ketemu sama jihoon lagi”

“ jihoon juga bisa rasain dari awal soonyoung deketin jihoon sampai sekarang, sabarnya soonyoung itu panjang banget, sekarang jihoon udah ketemu sama ujungnya”

babeh pergi meninggalkan jihoon tanpa menunggu jawaban dari orang yang sekarang masih diam tapi isi pikirannya semakin berisik.

ketika babeh masuk ke dalam mobil, jihoon yang tadi mengikuti babeh pun ikut masuk. di kursi belakang tanpa tahu malu.

“jihoon kenapa masuk?” tanya babeh

“mau ikut” jawabnya

jihoon melihat soonyoung yang duduk di bangku depan, baru kali ini jihoon merasa kalau soonyoung begitu cuek dan tidak perduli terhadap dirinya.

“turun aja” kata babeh

“gak mau” jawabnya singkat

soonyoung masih diam, jihoon yang keras kepala pun tidak bisa dikalahkan kemauannya oleh babeh. selama perjalanan ke bekasi, tidak ada satupun yang berbicara. soonyoung diam, babeh diam, jihoon apalagi. yang terdengar hanya suara isakan yang sedang ditahan oleh soonyoung maupun jihoon.

ketika mobil itu berhenti, soonyoung turun. menyimpan sepatunya di depan pintu bangku belakang. lalu ia berjalan meninggalkan sepatunya untuk digunakan oleh orang lain. dan jihoon melihatnya, melihat semua apa yang soonyoung lakukan, untuk dirinya.

“tum? ko udah balik lagi? babeh mana?” tanya jinjin tapi soonyoung tidak menjawab, dia masuk ke rumah menghampiri neneknya yang sedang duduk di ruang tamu.

“ko kaya habis nangis sih ketum?” tanya joy kepada yang lain.

“lah itu jihoon sama babeh” kata doyoung.

jinjin, joy, doyoung dan bambam bertanya-tanya, tapi babeh membuat mereka diam. katanya “diem dulu, nanti aja pada pahamnya” setelah itu babeh mengajak jihoon masuk ke rumah, duduk di kursi.

pandangan jihoon terus tertuju kepada soonyoung yang saat ini sedang memeluk neneknya, terus mengucapkan kata maaf karena telah mengecewakan keluarga dan membuat malu keluarga. yang terdengar oleh jihoon “salah soonyoung ko nek, jangan dimarahin orangnya”.

setelah tadi memeluk neneknya, dan mencium kaki neneknya sembari meminta maaf. soonyoung akhirnya memutuskan untuk masuk ke kamar. menenangkan diri, mungkin dia hanya ingin rebahan atau dia memang mau tidur karena sudah terlalu lelah.

sedangkan jihoon masih diam di samping babeh, memegang tangan babeh. seperti menolak untuk ditinggalkan dan meminta bantuan.

“jihoon maunya gimana? kalau soonyoung udah sakit hati anaknya suka gak mau ngomong dulu”

“tadi soonyoung … susah nafasnya?”

“kaya jihoon waktu itu”

“kenapa?”

“ke-trigger mungkin, kan tadi dia lagi ngehadapin perpisahan. soonyoung juga takut kali jihoon kalau harus pisah sama orang yang dia sayang. apalagi h-3 ke pernikahan”

jihoon diam, kalau jihoon takut ditinggalkan, soonyoung juga sama. kalau jihoon takut kehilangan orang yang dia sayangi, soonyoung juga sama. tapi cara mereka berbeda.

“soonyoung waktu itu bilang sama babeh ‘beh, kayanya gua kagak bakal sanggup kalau harus pisah sama jihoon’ itu waktu dipinyit baru 2 hari dia udah ngomong kaya gitu”

saat ini dalam pikiran jihoon cuman kata ‘giman ya’ ‘gimana dong’ ‘harus gimana sekarang’ tanpa ada solusi satupun yang muncul. saat babeh pergi meninggalkannya karena harus menemani tamu yang lain. jihoon duduk di ruang tengah sendirian. tidak berapa lama ada teman-teman soonyoung masuk.

“kita denger jihoon” kata joy.

“lo gak punya hati ya ngebatalin beberapa hari lagi mau nikah, ketika semua saudara ketum udah kumpul kaya gini” jinjin mulai memberikan caciannya.

“tau nih jihoon kenapa sih?” tanya bambam tapi jihoon tidak mau menjawab.

“lo tuh jadi orang sekali-kali coba deh ngertiin orang lain juga, bukan cuman lo doang yang harus dimengerti. ketum selalu minta maaf sama lo meskipun kadang dia gak salah, tapi lo pernah gak sih kaya minta maaf, nurunin ego lu buat ketum?”

“nagapa sih lu semua berisik?” soonyoung datang.

“eh tum”

soonyoung duduk di samping jihoon. tapi jihoon maupun soonyoung tidak ada yang berani melihat ke arah satu sama lain.

“kosan yu ah” kata soonyoung

“sekarang tum?”

“tar pamit dulu sama babeh”

“oh yaudah, sama jihoon juga?”

“kagak, kita aja. lagian kagak bakal mau”

“yaudah kita tunggu di luar dah tum”

lalu jinjin, joy, bambam dan doyoung pergi meninggalkan jihoon dan soonyoung yang duduk bersampingan tapi seperti ada penghalang.

“jihoon, aku mau ke kosan. kalau mau nginep di sini terserah, tapi si mingyu tadi bilang udah jalan mau ke sini jadi kalau mau pulang sama si mingyu juga terserah”

“aku cuman mau ngejelasin buat terakhir kalinya, bukannya aku ngungkit-ngungkit apa gimana, kalau memang terdengar ngungkit-ngungkit yaudah berarti emang sekarang aku lagi mau ngungkit-ngungkit lagi hal apa aja yang pernah aku perjuangkan. tapi intinya aku selalu berusaha”

“bukan karena aku selalu ada buat kamu, bukan karena aku selalu memprioritaskan jihoon, bukan karena aku ngerasa udah ngelakuin yang terbaik, udah ngelakuin semaksimal mungkin supaya jihoon nyaman sama aku, bukan karena semua yang udah dilakukan bisa membuat jihoon percaya aku ... kagak apa apa kalau memang belum percaya, belum mau dan masih ragu, mungkin nanti kalau jihoon udah siap akan ada orang lain yang bisa melakukan banyak hal, lebih dari yang pernah aku lakukan, mungkin nanti jihoon yang akan lebih percaya dan tidak ragu sedikitpun sama orang itu”

“yaudah ... aku mau ke kosan, tunggu aja di sini nanti mingyu datang”

entah untuk keberapa kalinya di hari ini, soonyoung pergi meninggalkan jihoon. bukan karena soonyoung menjadi orang yang jahat, tapi dia hanya mengikuti kemauan jihoon.


seperti yang jihoon mau ...