Setelah menginap di kosan Soonyoung, Jihoon tidak pernah bepergian kemanapun. Ia mulai memfokuskan diri untuk final nanti, tidak boleh ada kesalahan lagi. Selain itu, ada orang yang selalu memantau Jihoon ketika ia berlatih, Ayahnya. Ayah Jihoon bahkan akan diam seharian di rumah untuk memantau Jihoon, ia tahu dengan kesalahan Jihoon ketika semifinal, sehingga ia memfokuskan Jihoon untuk terus berlatih sampai hari-h final yang akan diselenggarakan 2 minggu lagi.

Setelah makan malam, Jihoon kembali berlatih. Tetapi, baru saja 20 menit, tangannya sudah mulai terasa kaku. ia juga mulai bosan dengan apa yang ia sedang lakukan sekarang. Pikirnya, ia ingin istirahat untuk malam ini.

“mau main sama Mingyu, tapi tadi katanya dia main futsal” Jihoon berbicara sendiri. Lalu ia berdiri meninggalkan pianonya yang sudah berhari-hari ia gunakan untuk berlatih. Dalam keadaan seperti ini, kadang membuat Jhoon merasa ingin meninggalkan hal-hal yang berkaitan dengan piano, di sisi lain ia tidak bisa.

Jihoon mengambil handphonenya, ia mengetik sesuatu dan mengirimkan pesan itu kepada Soonyoung. Sekarang ada orang lain yang bisa Jihoon andalkan selain Mingyu. Tidak terlalu lama, Soonyoung membalas pesannya. Sekitar 10 menit Jihoon mematikan handphonenya dan bergegas mengganti baju. Jihoon akan bertemu dengan Soonyoung malam ini. Jihoon tentu saja sangat senang, akan ada hal lain yang mengalihkan perhatiannya dari berlatih piano, meskipun hanya sebentar tapi ini merupakan hal yang Jihoon butuhkan sekarang, untungnya Soonyoung mau.

Jihoon tidak keluar dari kamarnya, ia sudah mengganti baju dan sudah menyiapkan tas kecil untuk handphone dan dompetnya. Jihoon akan keluar dari kamarnya kalau Soonyoung sudah sampai.

sekitar 30 menit sudah berlalu, jihoon mendapatkan pesan dari Soonyoung. Jihoon keluar dari kamarnya, dari arah tangga ia bisa melihat ada ayahnya yang sedang duduk di ruang tamu sambil memainkan handphone.

“Ayah, aku mau main keluar boleh?” Jihoon menghampiri ayahnya, jujur ia sangat gugup saat ini, karena tadi sebelum makan malam ayahnya sempat marah karena permainan piano Jihoon masih belum ada kemajuan.

“ngapain kamu main malam-malam? ada waktu buat main? sebentar lagi final Jihoon” Ayahnya Jihoon berdiri, ia memperhatikan Jihoon dari kepala sampai ke kaki.

“sudah mengganti pakaian saja, padahal tidak ada izin dari ayah”

“yah.. tapi soonyoung sudah didepan”

“siapa lagi dia? kalau sama mingyu ayah izinkan sampai jam 10 malam”

“soonyoung temen baru aku, dia mau ngomong dulu sama ayah”

Tidak ada jawaban dari Ayah Jihoon, ia hanya menggelengkan kepalanya, lalu duduk kembali. Jihoon sendiri masih menunggu, lalu ia teringat soonyoung. Jihoon pergi sebentar dan membukakan pintu rumahnya, disana sudah ada Soonyoung.

“dimana Ayahnya?” soonyoung bertanya kepada Jihoon, ia masih belum masuk ke dalam rumah.

“ada, lagi duduk” Jihoon terlihat cemberut, soonyoung menebak kalau Jihoon tidak di izinkan oleh Ayahnya untuk keluar.

“aku ngomong dulu sama ayah, kamu mau nunggu disini?” tanya soonyoung

“sama aku aja ayo ketemu ayahnya” Jihoon mengambil tangan soonyoung, ia menggenggam tangan soonyoung dan membawa soonyoung masuk ke dalam rumah.

Soonyoung tidak menyangka Jihoon masih menggenggam tangannya ketika mereka sudah berada di hadapan ayahnya sendiri.

“Ayah ini soonyoung”

“Malam om” soonyoung melepaskan tangan jihoon, ia menghampiri ayah jihon dan memberikan salam dengan berjabat tangan.

“Jihoon sedang dalam kegiatan latihannya, dia tidak bisa keluar” tanpa basa basi Ayah Jihoon langsung menyampaikan inti dari kemunculan soonyoung.

“tapi ayah....” baru saja jihoon mau berbicara, ayahnya sudah menyela lagi

“gak ada tapi-tapi, kamu pikir kamu sudah sempurna memainkan pianonya? belum kan?”

Jihoon hanya terdiam, ia sudah pasrah, sedari tadi kepalanya hanya menunduk.

“om begini, saya tidak akan lama ko, cuman mau ajak jihoon istirahat sebentar dari latihannya. supaya jihoonya tidak penat. Sebentar om, kalau om masih tidak percaya, om bisa menentukan waktunya”

“Jihoon bakal latihan lagi ko ayah kalau udah pulang nanti” Jihoon ikut meyakinkan Ayahnya, matanya sudah berkaca-kaca takut tidak diberikan izin karena jujur Jihoon ingin sekali keluar dari rumahnya, meskipun hanya sebentar.

“satu jam, jam 9 harus sudah di rumah”

“baik om, saya pastikan jihoon sampai di rumah jam 9 malam”

“terlalu sebentar, ayah sampai jam 10 boleh?” tanya jihoon

“kalau tidak mau yaudah gak usah” kata ayah jhoon final

“jihoon, satu jam aja, pasti cukup ko” soonyoung mencoba meyakinkan jihoon

“yaudah, ayah jihoon keluar dulu”

“permisi om”

Soonyoung dan Jihoon akhirnya keluar, jihoon masih sedikit kecewa karena waktu yang diberikan sangat sebentar. Mau pergi kemana kalau hanya satu jam.

mereka sudah berada di mobil dan jihoon masih saja cemberut

“ko masih cemberut gitu? kan udah diizinin keluar”

“sebentar banget waktunya, terus kita mau kemana? baru aja jalan udah keburu jam sembilan”

“mau diem di mobil aja?” soonyoung memberikan pilihan yang cukup rasional dengan waktu yang mereka punya, dibandingkan dengan menghabiskan waktu di jalan (soonyoung fokus nyetir) lebih baik kalau diam saja di mobil.

“nanti bosen”

“kagak bakalan, percaya deh. Aku nyalain lagu yang ada di playlist kamu ya” soonyoung mengeluarkan handphonenya.

“jangan punya aku, punya kamu aja, gak mau denger playlist punya aku” Jihoon menutup telinganya, ia sedang dalam fase ingin menghindari apapun itu yang berkaitan dengan piano.

“udah aku putar yang playlist aku, pas banget waktunya 30 menit jadi 2 kali putar playlistnya pas satu jam” Soonyoung menurunkan tangan jihoon supaya tidak menutupi lagi telinganya. Ketika soonyoung mau melepaskan tangannya dari tangan jihoon, jihoon malah memegang tangan soonyoung lebih erat lagi. ia menautkan jari-jarinya dengan punya Soonyoung.

“pinjem tangannya sebentar” kata Jihoon

4 lagu sudah terputar, bukannya semakin tenang Jihoon malah semakin terlihat kesal.

“mau pindah ke kursi belakang gak?” tanya soonyoung

Jihoon mengiyakan ajakan Soonyoung, Soonyoung bergerak dan pindah ke kursi belakang tanpa melepas tautan tangan mereka, Jihoon mengikuti apa yang soonyoung lakukan. Sekarang mereka sudah duduk di kursi belakang, sudah tidak ada jarak diantara Soonyoung dan Jihoon.

“mau minjem yang lain kaga? sekarang udah gak ada yang ngehalangin”

Jihoon langsung mepelaskan genggaman tangannya kepada soonyoung, ia lebih memilih untuk memeluk soonyoung. setelah posisinya nyaman dalam pelukan soonyoung, jihoon mencari tangan kanan soonyoung dan ia kembali menggenggamnya. Tangan kiri Soonyoung sedari tadi tidak pernah berhenti mengelus kepala atau punggung Jihoon. Memberikan kenyamanan, mungkin saja merupakan satu-satunya hal yang saat ini sedang dibutuhkan oleh Jihoon.

“tadinya aku mau ajak kamu makan seafood langganan aku, meskipun aku tadi udah makan malam”

“kekenyangan nanti begah, udah diem gini aja. Capek ya? latihan tiap hari”

“iya, biasanya senin sampai jum'at tapi sekarang jadi tiap hari. Terakhir aku keluar waktu nginep di kosan kamu minggu lalu”

“ada waktu istirahatnya?”

“waktu makan aja, makan siang satu jam, kalau pas makan malam dari jam 5 istirahatnya sampai jam 7 malam”

“kalau besok aku jemput jam 5 bakal dibolehin keluar? nanti aku pulangin jam 7”

“emang kamunya mau?” tanya Jihoon, ia mengangkat wajahnya melihat Soonyoung

” ya mau, nanti besok di jemput berarti ya?”

Jihoon mengangguk, ia akhirnya bisa tersenyum. Jihoon bisa merasakan hembusan nafas soonyoung di keningnya, mereka sedekat itu.

Soonyoung tidak bertanya lebih lanjut, Jihoon dan juga dirinya sedang menikmati moment saat ini sambil mendengarkan lagu dari playlist yang sengaja Soonyoung buat untuk Jihoon. Sebetulnya, Soonyoung sudah berencana akan memberikan link playlistnya kepada Jihoon nanti kalau lagu-lagunya sudah sesuai dengan isi hatinya, tapi belum selesai ia menyusun lagu, jihoon sudah melihat playlistnya duluan.

mereka sudah menghabiskan 30 menit bersama, jihoon sempat kesal ketika lagu pertama kembali terputar.

“kenapa udah lagu ini lagi” katanya. karena hanya tinggal beberapa lagu lagi dan ia harus kembali ke rumah.

“kalau mingyu gak ada dan kamu mau keluar, chat aku aja”

“kalau kamu lagi ada rapat?”

“jam 5 sampai jam 7 bakal aku kosongin, nanti aku izin lagi sama ayah kamu”

“makasih soonyoung” jihoon kembali memeluk soonyoung dengan erat.

Mereka menghabiskan waktunya dengan berbagi cerita, jihoon mendengarkan apa yang soonyoung ceritakan tentang rapat tadi yang soonyoung lakukan sebelum pergi ke rumah jihoon. Lalu soonyoung mendengarkan cerita jihoon tentang proses latihannya yang membuat ia muak dengan piano.

“kalau sedang begini, aku suka sebel sama piano”

“lihat tangan aku, sampai kaku begini” lalu soonyoung memijat pelan setiap jari Jihoon

“aku kalau makan cuman bisa pakai sendok”

“habis ini aku harus latihan lagi sampai jam 11 malam”

“aku maunya mengeluh terus...capek”

dan masih banyak lagi hal-hal yang jihoon sampaikan kepada soonyoung. soonyoung kadang hanya merespon dengan anggukan atau dengan kata-kata penyemangat untuk jihoon.

Sampai lagu terakhir selesai. Jihoon masih tidak mau melepas pelukannya.

“sudah jam 9, besok lagi ya, aku jemput jam 5”

Jihoon melepaskan pelukannya dengan terpaksa, mereka keluar dari mobil. soonyoung mengantar jihoon sampai ke depan pintu rumahnya. “ hati-hati di jalan ya”

“iya”

“aku masuk ya”

“iya”

“bye soonyoung, kalau sudah sampai kosan chat”

“iya, jihoon. Aku pulang dulu ya”

Jihoon masuk ke dalam rumahnya, ia langsung menuju kamar dan tidak menyapa ayahnya yang masih duduk di ruang tengah. Jihoon masih kesal dengan waktu yang hanya satu jam itu, dia tidak mau menyapa ayahnya, tadi ayahnya juga sempat menengok ke arah jihoon.

Jihoon sudah mengganti lagi pakaiannya, ia sudah bersiap untuk berlatih lagi. Suara piano mulai terdengar, ayah jihoon tidak akan tidur sebelum jihoon selesai berlatih. ia akan mendengarkan dari ruang tengah, dan jika jihoon berhenti lebih dari 15 menit ia akan masuk ke kamar jihoon dan menyuruh jihoon untuk terus berlatih.

Jam 11 pas. Akhirnya jihoon bisa memegang handphonenya lagi. ia mengecek chat dari soonyoung. Ternyata soonyoung belum tidur dan mereka memutuskan untuk mengobrol via chat sebelum jihoon akhirnya tertidur.


satu.... “i'm afraid if i just meant literally nothing to you”