soonyoung maupun jihoon, sudah bersiap-siap untuk pergi ke kantor. sudah berpakaian rapih, jihon juga sudah memakai baju kerjanya yang sengaja disimpan di lemari soonyoung. satu kali lagi jihoon merapikan bajunya dan mereka siap untuk membuka pintu kamar.
“ayo ka” ajak jihoon, tapi soonyoung masih diam. duduk di atas kasur masih dengan tangan yang terus memegang handphonenya. matanya tidak pernah berhenti menatap jihoon, memperhatikan setiap pergerakan jihoon.
“ayo” ajak jihoon lagi, dan ketika jihoon mendekat memegang tangan soonyoung, yang lebih tua malah tetap diam. kepalanya menunduk, tatapannya fokus kepada tangan jihoon yang saat ini sedang memegang tangannya.
jihoon juga memutuskan untuk diam sebentar tidak memaksakan soonyoung untuk cepat-cepat berdiri dan keluar dari kamar. jihoon juga sedang dalam keadaan yang sama. rasanya kalau keluar dari kamar, semuanya akan menjadi lebih berantakan. mungkin jihoon atau soonyoung bisa melihat dan sadar apa itu realita yang sedang mereka berdua hadapi.
jihoon menggigit bibir bawahnya ketika ia merasakan air mata soonyoung yang jatuh tepat di atas kulit tangannya. bukan karena jihoon yang sudah terbiasa dengan rasa seperti ini, tapi dia masih sadar, pikirannya masih tertuju kepada meja makan dan kepada lala juga cici yang sedang menunggu mereka berdua. sehingga jihoon, menangkup kedua pipi soonyoung, tersenyum kepada soonyoung, menghapus air mata soonyoung.
hanya jihoon yang sedari tadi bergerak. soonyoung sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa. pikirannya sudah tidak fokus, semuanya terasa hilang begitu saja.
dengan tangan jihoon yang masih menangkup wajah soonyoung, jihoon mendekatkan wajah mereka, menatap mata soonyoung dengan jarak yang begitu dekat, mencium kening yang lebih tua lalu kembali menatap matanya.
“gue gak sanggup cil” kata soonyoung.
“aku gak tau sih konteksnya ini sama dengan yang ada dipikiran aku atau enggak tapi, iya gak papa ka, kita bisa nyerah atau kita bisa maju, kita bisa ambil risiko atau engga juga gak papa”
soonyoung detik itu juga merasakan rasa sayangnya kepada jihoon menjadi berkali-kali lipat. kalau ada banyak hal yang bisa dia lakukan untuk jihoon, maka akan dia lakukan, kalau dengan memberikan bunga atau memberikan apapun yang jihoon suka setiap jamnya sebagai bentuk menunjukan rasa sayangnya kepada jihoon dengan senang hati dia akan melakukannya, kalau ada cara lain yang bisa membuat dia menunjukan semua rasanya itu, dengan semua waktu yang dia punya, semua kemampuan yang dia bisa, soonyoung akan melakukan semuanya.
seandainya kalau soonyoung bisa.
soonyoung memakan sarapannya dengan cepat, tidak banyak berbicara, menjawab pertanyaan cici dengan seperlunya, dia hanya mencium kening lala satu kali lalu pergi meninggalkan mereka yang masih menikmati sarapan pagi itu.
sedangkan jihoon, dia masih mengobrol dengan cici, sempat bermain dengan lala sebentar sebelum dia juga menyusul soonyoung keluar.
di dalam mobil sepi, soonyoung tidak berbicara begitupun jihoon. soonyoung hanya mengantarkan jihoon ke kantornya lalu dia pergi menuju ke kantornya.
berbeda dengan delapan tahun lalu, ketika soonyoung memiliki pemikiran konyolnya untuk kawin lari. saat ini, dia sadar kalau mereka sudah dewasa, tidak bisa kabur meskipun ingin, tidak bisa menjauh meskipun dia mati-matian mau melupakan pesan tadi pagi yang dia baca, tidak ada yang bisa mereka lakukan lagi selain bertahan, bertahan di tali kewarasan yang semakin menipis. akibat yang mereka dapatkan ketika menjadi orang dewasa.