Soonyoung sedang duduk, ia masih bisa merasakan tatapan dari teman-temannya yang sangat dia pahami kenapa mereka bertanya-tanya. Calon jodohnya sedang tidak baik-baik saja dan soonyoung hanya diam.
“tum, lo gak papa?” tanya jinjin dan soonyoung hanya membalas dengan anggukan. Tidak mau bertanya lebih lanjut lagi, jinjin mencoba fokus menonton peserta terakhir yang sedang memainkan pianonya dengan lancar.
“soonyoung” kata jeonghan. Untuk mendekat ke arah soonyoung, jeonghan berjalan sambil menunduk dan mengucapkan kata permisi beberapa kali karena ia mengganggu orang lain yang sedang menonton. Untungnya bagian ujung ini ditempati oleh teman-teman soonyoung jadi ia bisa memanggil soonyoung tanpa harus takut dimarahi oleh orang lain.
“ikut kebelakang ayo, sebentar” setelah yakin kalau soonyoung mendengar apa yang ia ucapkan, jeonghan berjalan menuju keluar hall dan soonyoung mengikutinya. Mereka berjalan menuju ruang panitia, jeonghan tidak memberi tahu soonyoung kenapa dia harus datang ke ruang panitia lagi ketika pekerjaannya sudah selesai.
Jeonghan membuka pintu dan soonyoung bisa melihat ada jihoon yang sedang di peluk oleh mingyu. Terdengar suara isak tangis sudah jelas itu suara jihoon.
“tum” mingyu memanggil soonyoung ketika soonyoung memasuki ruangan, jihoon melepaskan pelukan mingyu. Ia melihat ke arah soonyoung, soonyoung juga melihat ke arah jihoon. Tapi dia tidak melakukan apapun, mereka berdua masih terdiam. Begitpun dengan jeonghan dan mingyu.
Jihoon sendiri terlihat semakin berantakan, nafasnya mulai tersenggal-senggal, ia menahan suara tangisnya tapi tetap terdengar kali ini bahkan lebih parah dari sebelumnya, tangannya terus meremas jasnya sendiri, tapi matanya masih menatap soonyoung.
“tum” panggil mingyu, dia menyadarkan soonyoung untuk segera mendekatkan dirinya kepada jihoon.
“han, tolong ambilin air dingin dong yang botolan gitu, kalau bisa botolnya masih dingin ya” setelah soonyoung mengatakan itu jeonghan langsung pergi keluar, ia menuju ke ruang panitia yang lebih lengkap fasilitasnya.
Mingyu yang tadinya duduk berdekatan dengan jihoon sedikit memberikan jarak ketika soonyoung mulai berjalan ke arah jihoon. Soonyoung sendiri bisa melihat bagaimana jihoon terlihat sangat tidak baik-baik saja. Hatinya ikut sakit, hanya dari melihat penampilan jihoonpun soonyoung dapat merasakan kesedihan.
Soonyoung kini sudah berada di depan jihoon, ia mensejajarkan dirinya dengan jihoon yang sedang duduk di kursi. perlahan soonyoung melakukan sesuatu. ia melepas sepatu jihoon, lalu ia kembali meletakan kaki jihoon di lantai.Mingyu dan tentu saja jihoon hanya memperhatikan setiap pergerakan soonyoung.
Ia memegang tangan dan kedua pipi jihoon.
“panas gini ming, lu kagak kasih dia minum?” tanya soonyoung
“maaf tum gue ikut panik juga tadi habis ngadepin ayahnya”
Soonyoung hanya menggelengkan kepalanya, ia mencoba mengecek detak jantung jihoon yang ternyata sesuai dengan dugannya kalau detaknya sangat cepat. Jihoon sendiri masih belum berhenti menangis, pikirannya juga masih kacau. Ada soonyoung di depannya tapi soonyoung belum mengatakan apapun kepadanya.
Jeonghan datang dengan membawa apa yang tadi soonyoung katakan. Jeonghan lalu memberikannya kepada soonyoung.
“pegang ini” kata soonyoung kepada jihoon, lalu jihoon memegang botol dingin itu.
“sekarang liat aku” soonyoung menangkup pipi jihoon, mereka saling bertatapan.
“breathe in, breathe out” soonyoung memperagakan gerakan nafas yang teratur, mengambil nafas dalam, tahan sebentar lalu keluarkan udara dari mulut. Awalnya jihoon tidak mengikutinya, jihoon malah menggenggam botol itu semakin erat.
“jihoon ikutin, pelan-pelan” kata soonyoung, lalu jihoon mulai mengikuti apa yang sedang soonyoung lakukan. Lima menit sudah berlalu, jihoon sudah tidak menangis lagi, meskipun kadang air matanya masih keluar dengan sendirinya. Tapi dia lebih tenang, detak jantungnya pun sudah lebih tenang.
Soonyoung menggenggam tangan jihoon, ia sedikit memijat setiap jemari milik jihoon.
“mau minum?” tanya soonyoung dan jihoon mengangguk, soonyoung lalu membukakan botol air yang tadi jihoon genggam.
Mingyu yang melihat sahabatnya sudah tenang ikut lega, setidaknya jihoon sudah tidak terlihat seberentakan tadi. Meskipun dia tidak tahu juga pikiran jihoon seperti apa, tapi setidaknya jihoon terlihat lebih bisa mengontrol dirinya sendiri setelah soonyoung datang.
Soonyoung berpindah posisi, ia tidak berada di depan jihoon lagi melainkan ikut duduk di pinggir jihoon. Ia melihat ke arah jihoon yang bahkan sedari tadi jihoon tidak pernah berpaling sedetikpun dari menatap soonyoung.
“mau peluk boleh?” tanya jihoon dengan suara lirihnya yang nyaris tidak terdengar
“boleh” jawab soonyoung
Lalu soonyoung merentangkan tangannya dan jihoon berhambur kepelukannya, jihoon lebih tenang tapi dia kembali meneteskan air matanya. Soonyoung terus mengelus kepala jihoon, ia berikan afeksi yang seharusnya mampu membuat jihoon lebih tenang.
“kita semua nemenin jihoon”