the final-ljh 2020

Merupakan kesempatan terakhir untuk Jihoon, menunjukan kemampuannya didepan banyak orang. Untuk mendapatkan gelar yang selalu ia kejar selama hidupnya. Satu langkah lagi dan jalan itu akan terbuka, ia akan segera selesai.

Final termewah yang pernah Jihoon ikuti adalah final perlombaan kali ini, semuanya terlihat seolah-olah ini bukan sebuah perlombaan tapi seperti Jihoon sedang berada di 'acaranya' sendiri. Jihoon sudah menonton penampilan peserta sebelumnya, ia harusnya yakin kalau dirinya yang akan menang. Lagi-lagi, Jihoon tidak bisa ditebak. Ia berjalan menuju piano yang menjadi pusat perhatian semua orang saat ini.

Ada hal yang tidak biasanya Jihoon lakukan, ia melihat ke arah penonton, hampir kesetiap sudutnya ia lihat. Seperti tidak bisa menemukan sesuatu yang ia cari tapi Jihoon mencoba memfokuskan dirinya. Ia menunduk, menutup matanya.

”kalau ada apa-apa jihoon bilang sama ibu”

”jihoon anakku

”hak asuh.......”

”ibu...”

Jihoon terkejut, ia membuka matanya. Kenapa ia bisa mengingat hal mengerikan seperti itu?, Jihoon sendiri kebingungan. Suara ibu, ayah dan dirinya terdengar secara bersamaan. Jantungnya berdetak dengan cepat, ini baru pertamakali ia memikirkan ibunya lagi di saat penting, di saat ia dituntut untuk menjadi seorang Lee Jihoon yang luar biasa, perfectionist, tidak boleh ada celah untuk kesalahan.

Jihoon mencari keberadaan Ayahnya, ketika mereka saling bertatapan, Jihoon hanya merasakan tuntutan yang semakin besar seolah-olah Ayahnya mengatakan “lakukan dengan baik dan menang”.

Lagi, Jihoon masih mencoba untuk fokus, ia kembali menunduk dan menutup matanya. Menenangkan dan mengatur nafasnya.

”mingyu selalu ngedukung lu bukan? Kenapa lu kagak bisa ngedukung keputusan dia?”

” lu udah nyakitin mingyu juga jeonghan” terlintas dalam pikiran Jihoon, ia membalas apa yang sedang memenuhi pikirannya

”soonyoung kalau kamu bagaimana?” Tidak ada jawaban tentu saja, mata Jihoon masih tertutup. Mencari ketenangan, hanya ada dua pilihan siap atau dia gagal.

”kalau kamu minta ditemenin aku temenin..”

”jangan berpikir aku bakal ninggalin kamu, kagak bakalan..”

Jihoon membuka matanya, bukan ketenangan dan keberanian yang ia dapatkan. Ia menyentuh piano yang ada didepannya. Hatinya sakit, jantungnya berdebar. Jihoon masih terdiam tapi air matanya sudah menetes entah untuk yang keberapa kali.

Jihoon mengangkat tangannya, tidak ada kesiapan untuk memainkan piano, tangannya bergetar ia mencoba mengepalkan tangannya tapi tidak bisa, terlalu lemas tapi disisi lain menjadi kaku.

Hening, semuanya menunggu Jihoon untuk menunjukan apa yang telah ia persiapkan. Terdengar satu dentingan ke seluruh ruangan. Tapi Jihoon tidak melanjutkannya, ia berhenti. Bergegas pergi meninggalkan piano itu, tanpa menghiraukan tatapan Ayahnya yang sudah kalut dipenuhi oleh kemarahan.

'lebih baik aku tidak melakukannya dibandingkan aku melakukan kesalahan' itu Jihoon dan pemikirannya. Alasan : sama saja mengecewakan Ayah, sama saja, pada akhirnya aku akan kecewa pada diriku sendiri.

Jihoon melarikan diri ke backstage, ada Jeonghan disana. Jihoon duduk, ia menutup mukanya dengan tangannya yang gemetar, Jeonghan tahu kalau dia tidak bisa menenangkan Jihoon. Baru saja ia ingin berlari mencari Mingyu, tapi Mingyu sudah datang dengan Ayah Jihoon yang mengikuti dibelakngnya.

“Jihoon kamu makin tidak berguna ya” Ayah Jihoon mendekat dan mencoba membuat Jihoon berdiri dengan menarik tangan Jihoon secara kasar.

“om” cegah Mingyu

“Jihoon sama aku aja dulu om, nanti aku anterin ke rumah kalau sudah tenang lagi, kaya waktu itu”

Setelah puas memaki anaknya, Ayah Jihoon hanya mengatakan “terserah” lalu ia pergi meninggalkan Jihoon yang sedang diperhatikan oleh beberapa panitia disana. Tentu saja Jihoon jadi pusat perhatian di antara beberapa panitia ini, karena dia merupakan kandidat terkuat di kategori senior, semua panitia juga tahu. Sekarang 'si kandidat terkuat' itu sedang di olok-olok oleh Ayahnya sendiri, tanpa memperdulikan keberadaan beberapa panitia yang sedari tadi hanya melihat karena tidak tahu harus melakukan apa.

“bawa ke ruang panitia yang kosong aja” Jeonghan berbisik kepada Mingyu


empat, because i like you......