yang tidak dia sukai ... (part2)


satu minggu soonyoung sudah melakukan tugasnya sebagai pekerja dengan status magang selama tiga bulan. dia setidaknya sudah paham dengan beberapa karakter rekan kerjanya. bapak-ibu menyebalkan yang selalu memberikan pekerjaan kepada dia dan jihoon, terutama yang namanya david. bapak david ini merupakan lelaki tua yang mungkin sudah berusia 45an, soonyoung pun tidak peduli tapi dia sungguh kesal dengan orang itu.

selama satu minggu itu pula, jihoon banyak menggelengkan kepalanya. melihat kelakuan soonyoung yang setiap hari ada saja hal-hal baru yang dia lakukan. seperti soonyoung yang tiba-tiba mengeluh sakit leher, atau soonyoung yang dengan jelas memasang muka tidak sukanya kepada bapak david. jihoon paham, mungkin soonyoung tidak merasa takut dengan siapapun yang ada di ruangan team business development ini karena kakak iparnya sendiri merupakan head of the team, ditambah dengan karakter soonyoung yang memang begitu adanya. selama pengamatan jihoon–yang kalau tidak salah sudah mulai sekitar beberapa tahun lalu itu, ia bisa menyimpulkan kalau soonyoung memang orangnya sangat vokal, tidak suka sama orang akan ia tunjukan, kesal pun akan ia tunjukan apalagi kalau marah.

tadi ketika jeonghan, mengirimkan pesan kalau mereka harus lembur malam ini karena harus segera dikirimkan file laporan akhir bulan tim bisnis yang memang hanya dikerjakan oleh jihoon.

“gue ngikut lembur juga?” tanya soonyoung kepada jihoon yang sedang mengirimkan pesan balasan kepada jeonghan

“hmmm, kayanya enggak. setahu gue anak magang gak boleh lembur”

“oh, tapi kata kaip gue harus anterin lu pulang”

”adek mau emang anterin gue pulang?”

”disuruh kaip”

jihoon mengangguk paham dengan jawaban soonyoung barusan, mereka lalu kembali bekerja tanpa ada perbincangan lainnya.

tadi jeonghan sudah bilang kalau dia akan pulang tepat waktu untuk hari ini, jadi yang lembur hanya 2 manager dan juga 4 staff serta jihoon sebagai admin. awalnya jihoon merasa kurang nyaman, karena biasanya dia selalu bersama dengan jeonghan. tapi masa dia harus menyuruh jeonghan yang notabene adalah atasannya untuk ikut lembur padahal jeonghan memang belum ada kepentingan dipekerjaan yang akan dikerjakan nanti.

jadi jihoon hanya bisa berharap, semuanya berjalan baik-baik saja sampai pekerjaannya nanti selesai. setidaknya dia merasa tenang soalnya ada soonyoung.

ketika jeonghan sudah meninggalkan kantor, pertanda mereka sudah memasuki jam lemburnya. soonyoung memang disana, diam memainkan handphone sambil menunggu jihoon bekerja. beberapa kali jihoon tersenyum, rasanya senang. senyumannya terus merekah tidak bisa dikontrol.

tapi baru saja berjalan 30 menit, soonyoung sudah izin pergi keluar dulu. katanya dia mau merokok dan jihoon hanya mengiyakan, tidak mungkin juga soonyoung harus merokok di dalam ruangan ini.

waktu sudah menunjukan jam setengah delapan malam dan soonyoung masih belum kembali lagi. perlahan jihoon melihat sekeliling. ketika satu manajer–bapak rian itu pulang maka dua stafnya pun ikut pulang. kini hanya tinggal berempat. jihoon, pak david dan dua stafnya.

“pak ini sudah selesai, ada lagi yang harus kami kerjakan pak?” tanya salah satu staff kepada pak david dan jihoon mulai kebingungan. dengan cepat dia mengambil handphonenya dan mengirimkan pesan kepada soonyoung.

“oh sudah ya? yaudah boleh pulang kalian, saya masih ada yang harus dikirimkan ke pak jeonghan. sebentar lagi juga saya pulang” kata orang yang bernama david itu.

“oh iya baik pak, kalau begitu kami berdua pulang duluan ya pak” dan dua staff itu pun pergi meninggalkan pak david sang manajer yang memiliki banyak prestasi tercatat di perusahaan dengan jihoon yang masih menunduk fokus kepada laptopnya–pekerjaan jihoon tinggal sedikit lagi, oleh karenanya dia mencoba fokus dan cepat-cepat menyelesaikan semua tugasnya.

disisi lain, soonyoung sedang bermain game dan mengabaikan pesan jihoon. dia sedang bermain game secara online dengan sahabatnya.

”gue masih di kantor sih tapi di lantai bawah we– anjing bantuin gue nih malah masuk ke sarang musuh”

”bentar-bentar gue kesana, ayo hajar-hajar”

begitulah kegiatan soonyoung dengan temannya itu, berkomunikasi ketika bermain game. sampai akhirnya dia harus berhenti.

”we, udahan dulu ya. kaip kirim pesan nih, jihoon kayanya udah selesai dah lemburnya”

”yaudah deh, lanjut besok yaa bin”

soonyoung lalu membuka pesannya dan membaca baik-baik pesan dari jeonghan. setelah membalas pesan jeonghan ia lalu membalas pesan jihoon. dan soonyoung dengan santainya masih menyempatkan untuk menghisap rokok yang masih ada ditangannya. baru setelah itu dia pergi menuju ke lantai 10 tempat jihoon berada.

ditempat duduk, jihoon mulai merasa tidak nyaman ketika sang manajer itu terlihat akan menghampirinya. dan benar saja apa dugaan jihoon, orang itu sudah duduk di pinggirnya memindahkan kursi soonyoung supaya lebih dekat dengan jihoon.

”mau saya bantu?” tanya nya dan jihoon menolak dengan ucapan “terima kasih pak, tapi tidak perlu saya juga sudah mau selesai”

david ini hanya tersenyum, lalu dengan santai mengistirahatkan tangannya di pundak jihoon. seolah-olah dia sedang merangkul yang lebih muda.

“bapak maaf, saya tidak suka diperlakukan seperti ini” kata jihoon berusaha se-sopan mungkin.

“seperti ini bagaimana sih? udah diam aja kamu beresin pekerjaannya” kata david dan jihoon masih berusaha untuk melepaskan tangan david di pundaknya.

sudah lepas dan orang itu malah semakin menjadi, tangannya satu kali sudah mengelus paha jihoon dan yang dielus kaget setengah mati, sampai jihoon dengan spontan berdiri.

“bapak, saya sudah bilang. kalau saya tidak suka diperlakukan seperti ini. pekerjaan saya sebentar lagi selesai tolong jangan ganggu”

tapi sialnya, laki-laki itu malah berdiri. menarik tangan jihoon kasar dan memegangnya dengan paksa. tentu saja jihoon berusaha melepaskan genggaman yang begitu kuat.

“pak” bentak jihoon, mencoba menyadarkan david tapi dia malah semakin tersenyum. sudah gila memang itu orang, batin jihoon terus merutuki manajernya ini.

dengan posisi sekarang, orang tua itu sedang mencoba untuk memeluk jihoon paksa. tentu saja itu tidak akan terjadi dengan mudah karena jihoon terus berusaha melepaskan genggaman tangan dan mencoba mendorong menjauhkan badan david darinya.

“pak, lepasin” bentaknya lagi

semakin dilarang, semakin jihoon berontak, manajer sialan ini malah semakin menggila.


dan disinilah soonyoung, dengan ogah-ogahan menekan tombol 10 di dalam lift. dan ketika dia inget kalau jeonghan terlihat marah kepadanya, soonyoung berjalan sedikit tergegas dengan langkah yang lebih lebar dari biasanya.

soonyoung membuka pintu dan dia bisa mendengar dengan jelas suara jihoon. semakin jelas, semakin ia mempercepat jalannya.

“woy anjing” teriak soonyoung spontan dan secara langsung si manajer itu berhenti dari aktifitas nya.

“wah si bangke… “ kata soonyoung lagi, dia menghampiri jihoon dan david lalu menarik jihoon supaya mendekat dengannya.

“gak denger apa ya dia ngomong kalau dia gak mau?” tanya soonyoung dengan lantang pada salah satu seniornya di perusahaan.

david hanya menyeringai kesal, ia membelakangi soonyoung dan jihoon hendak mengambil tasnya dan pulang.

“emang budeg lu anjing” kata soonyoung lagi yang masih emosi, dipinggirnya ada jihoon yang kaget karena soonyoung dengan lantangnya berkata kasar. tapi jihoon juga tidak bisa menghentikan soonyoung. karena telinganya mendengarkan kata-kata kasar itu sedangkan matanya fokus pada tangannya sendiri yang sedang soonyoung genggam.

“gue aduin lu sama kaip”

“siapa? jeonghan? yaudah aduin saja. nanti saya kasih tahu juga rahasia kamu jihoon ke anak magang ini”

“ya kasih tahu aja sini sama gue kagak peduli gue” jawab soonyoung

“jangan” kata jihoon dengan cepat, secara tidak sadar dia menggenggam tangan soonyoung lebih erat.

“gak akan saya aduin ke jeonghan, jadi bapak gak usah memperpanjang” lanjut jihoon

“yaelah kan gue mau laporin kutukupret ini, lagian sama rahasia lu juga gue gak peduli” sanggah soonyoung

“tapi aku peduli, jadi jangan ya?” kata jihoon yang menatap balik tatapan dari soonyoung.

“serah dah, yaudah balik sana lu ngapain masih berdiri disana?” fokus soonyoung kembali pada david. lelaki itu hanya menggelengkan kepalanya, ia berjalan ingin keluar ruangan.

“lain kali, kalau lembur tidak usah ajak anak magang” suara david begitu pelan tapi masih terdengar oleh jihoon dan soonyoung.

“yeeh si monyet” belum juga emosi soonyoung turun, bapak-bapak itu malah menambahkan kadar emosinya. soonyoung sudah bersiap, tangannya melepaskan genggamannya dengan jihoon karena mau memukul lelaki tua itu. baru saja satu detik genggamannya terpisah, jihoon langsung memegang tangan soonyoung lagi. katanya “jangan, jangan berantem” dan soonyoung menurut meskipun ia tahan emosi itu dikepalan tangan yang satunya lagi.

melihat itu membuat david pergi dengan tertawa pelan.


hening, sebentar. ada soonyoung yang sedang menetralkan emosinya dan jihoon pun sama. dan ketika dirasa sudah tenang jihoon melepaskan tangan soonyoung.

“lu aman?” tanya soonyoung dan diberikan anggukan oleh jihoon

“makasih ya udah ke atas”

“sama-sama, tapi ya jujur dah gue kesel sama lu sama kaip juga. kalau misalkan kirim pesan itu yang jelas dong anjir. jangan cuman adek koma maaf titik boleh tolong ke atas lagi gak tanda tanya, sekarang habis itu udah aja gak ada penjelasan lainnya. lu kalau misalkan bilang sama gue dari awal adek temenin gue soalnya gue takut digrepe kakek kakek bangkotan atau adek tolong ke atas dong ni kakek bangkotan mau pegang-pegang gue lu pikir gue bakal diem aja di bawah sambil main game, mana tadi pas habis lu chat gue masih sempet-sempetnya tuh ngerokok” kata soonyoung tanpa jeda, masih terlihat jelas kalau dia masih emosi.

“emosi banget gue anjing, gue doain cepet mati dah tu orang”

jihoon hanya menatap soonyoung yang sedang marah-marah, merutuki david seolah-olah perkataan kasarnya tadi masih belum cukup.

“apa lu liatin gue?” tanya soonyoung masih dengan intonasi yang sama dengan ocehannya tadi.

“gak apa-apa” jawab jihoon singkat.

padahal, dalam hatinya jihoon memiliki banyak sekali kata yang ingin ia ucapkan untuk soonyoung. dari mulai terima kasih sudah datang, terima kasih sudah pegang tangannya, terima kasih sudah mendengarkan perkataan jihoon tadi dan terimakasih lagi untuk hal-hal yang tidak soonyoung sadari yang telah membuat jihoon merasa menjadi orang yang berbeda dari sebelumnya.

“liat tangan lu” soonyoung mengambil satu tangan jihoon dan memperhatikan pergelangan tangan yang sedang ia pegang itu.

“tu kakek-kakek tenaganya lumayan juga sampe merah begini tangan lu. tapi tangan lu putih juga sih ya jadi gampang berbekas kaya gini”

soonyoung tidak sadar, kalau apa yang sedang dia lakukan itu membuat jihoon terdiam. matanya mulai berair, entah kenapa tapi jihoon merasa terharu.

tangan jihoon yang merah itu soonyoung pegang dengan lembut, ia mengelusnya sebentar mencoba menghilangkan warna merah yang sekarang terpampang di kulit tangan jihoon. apa yang soonyoung lakukan sekarang, seperti sedang menghilangkan jejak tangan david dari tangan putih jihoon dan memang itu adalah tujuan soonyoung.

“yaudah lanjutin dulu deh kerjaan lu biar cepet balik” soonyoung melepaskan tangan jihoon. lalu dia duduk menggeser kembali kursi yang tadi di ambil oleh david. mengambil handphone-nya dan menunggu jihoon dengan tenang.

setengah jam setelah itu, sekitar pukul delapan malam. mereka berdua berjalan menuju tempat parkir. tidak ada pembicaraan, soonyoung diam, jihoon pun sama. lalu mereka pergi menuju rumah jihoon seperti biasanya. sama seperti kemarin-kemarin, tidak ada perbincangan selama perjalanan. hanya saja malam ini ada yang berbeda, setidaknya bagi jihoon. menurutnya, selama beberapa menit jihoon merasa disayang oleh soonyoung. dia yakin, karena dia bisa merasakannya.

makanya, selama diperjalanan pulang tadi jihoon tersenyum dengan lebar dibelakang soonyoung. pikirnya mungkin soonyoung tidak akan tahu, padahal dengan jelas senyuman soonyoung berasal dari melihat senyuman jihoon dari kaca spionnya.