nyongji96

The star and its universe 15 22 1996

Setelah Jihoon puas mengupload semua kenang-kenangannya bersama soonyoung, setelah asyik mengobrol dengan jisoo, setelah dia merasa inilah waktu yang tepat untuk berhenti dari mengenang dan kembali menjalani hidupnya. Jihoon mematikan handphone-nya, berjalan ke arah jendela kamar. Setelah jendela itu di buka, dinginnya angin yang berhembus pada malam hari pukul 10 malam itu membuatnya mengingat kembali ke malam terakhir dirinya dan soonyoung mengakhiri sebuah hubungan yang semu.

2 Juni 2017, tepat pada pukul 7 malam. Satu hari setelah soonyoung diwisuda. Hari dimana soonyoung memutuskan untuk pulang ke Jakarta bersama dengan orang tuanya.

“yasudah, mau gimana lagi” Jihoon menatap soonyoung, sedangkan yang ditatap terlihat sangat frustasi, rambutnya sudah berantakan dari tadi dia memegangi kepalanya sendiri.

“lo tuh gampang banget bilang yaudah mau gimana lagi , sedangkan gue dari tadi mikirin cara lain”

Jihoon mendekati soonyoung, memegang tangan itu dengan erat, seolah mengatakan kalau kita akan baik baik aja karena jihoon percaya tidak ada jalan lain selain berpisah.

“gue gak bisa kalau harus ninggain lo sendirian disini tanpa kejelasan status, maksud gue... kita emang gak ada status, tapi gue sayang sama lo dan gue yakin lo juga”

“iya” jawab jihoon

“Jangan bersikap kalau ini sesuatu yang gampang dilewatin jihoon”

“ini memang sulit, kamu punya orang lain akupun ada orang lain”

Soonyoung melepaskan tangan jihoon, dia berdiri dan pergi ke arah pintu kosan jihoon. Jihoon berjalan dengan cepat dan menahan tangan soonyoung “jangan kaya gini, ayo bicara sebelum kamu pergi”

Malam itu, banyak sekali argumen dari soonyoung dan jihoon untuk masa depan yang sangat abu-abu bagi mereka. Tentang kemungkinan-kemungkinan bagaimana kalau mereka bersama dan bagaimana kalau mereka berpisah. Sampai akhirnya berada pada pembicaraan mengenai kenangan bagaimana mereka bisa saling mencintai dan bagaimana takdir mengharuskan mereka berpisah. Keputusan yang dibuat malam itu membuat soonyoung tidak menjadi egois lagi, dan jihoon ikhlas untuk melepaskannya.

“kita, udahan aja” kata jihoon

Soonyoung mengangguk dan merengkuh tubuh jihoon ke dalam pelukan. mereka pikir ini hanya masalah bintang yang bukan milik dari semesta ini jadi mereka relakan.

Malam itu, setelah soonyoung meminta izin “for the last time, let me embrace and kiss you for the last time” dan ketika jihoon menganggukan kepala sebagai jawaban.. soonyoung mencium bibir jihoon dengan air mata yang mengalir di pipinya. Jihoon mengusap air matanya, mengucapkan kata-kata penenang “it's okay” dalam setiap cela ciuman mereka.

Malam ini, di tahun 2020 Jihoon masih mengingat kenangan itu dengan jelas, bagaimana soonyoung menangis ketika mereka pelukan dan bagaimana dia menangis setelah soonyoung meninggalkan dirinya. Malam ini, jihoon mengingatnya dengan senyuman. Hidupnya tanpa soonyoung sudah berjalan sangat jauh, dia tidak berharap apapun lagi kecuali satu, dia berharap soonyoung malam ini, mengingat apa yang terjadi pada mereka 3 tahun yang lalu.

“Jihoon?..”

Soonyoung membuka pintu kamarnya perlahan, dikasurnya terlihat jihoon masih tertidur dengan pulas. Soonyoung duduk dipinggir kasur “jihoon bangun, sarapan dulu sudah jam 8” Jihoon hanya bergumam, enggan untuk membuka matanya.

“ayo, nanti kalau sudah sarapan aku antar pulang”. Namun, jihoon tidak perduli, dia menutup matanya lagi membalakangi soonyoung dan malah semakin tenggalam didalam selimut yang dia gunakan.

“tadi aku sudah chat Pak Lee, aku bilangnya mau nganterin kamu pulang jam 9, yuk bangun”

“ihhh aku masih ngantuk, berisik banget si” jawab jihoon sambil duduk dan mengucek-ngucek matanya.

“jangan digituin matanya nanti sakit, ayo kekamar mandi cuci muka dulu”

“gendong om hehe”

Lucu sekali pikir soonyoung, jihoon sangat manja semenjak kejadian tadi malam. Bahkan sekarang untuk cuci muka saja soonyoung masih harus membantunya.

Setelah selesai mencuci muka dan sikat gigi, soonyoung menggendong jihoon ke dapur. “aku belum mau sarapan” rengek jihoon tepat di telinga soonyoung.

“sarapan dulu” soonyoung menurunkan jihoon untuk duduk di kursi. raut mukanya sedikit cemburut. Tangan jihoon dia letakan diatas meja digunakan untuk menopang kepalanya, matanya begitu berat untuk terbuka jihoon masih mengantuk, sampai akhirnya soonyoung memutuskan untuk duduk dipinggir jihoon dan menepuk-nepuk pipi nya dengan lembut supaya jihoon terbangun.

“kan aku bilang aku masih ngantuk” rengeknya.

Soonyoung tidak mendengarkan ocehan jihoon, ketika jihoon hampir menutup matanya lagi soonyoung buru-buru memasukan roti kedalam mulut jihoon.

“ih om” jihoon masih terus mengoceh disetiap kunyahannya. Soonyoung yang melihatnya hanya terkekeh dan terus menyuapi jihoon.

Setelah soonyoung dan jihoon selesai sarapan, seperti biasa soonyoung akan meminum berbagai jenis vitamin sedangkan jihoon langsung meminum susu coklat yang dingin.

Soonyoung hanya memperhatikan jihoon minum susu, sekarang tinggal sedikit lagi yang tersisia, setelah semuanya habis, jihoon langsung berlari ke kamar soonyoung dan berteriak “om aku masih ngantuk jangan dibangunin”

Soonyoung mengikuti jihoon yang berlari kekamarnya tadi, pasalnya dia sudah janji dengan Pak Lee untuk membawa jihoon pulang jam 9 pagi. “Jihoon aku udah bilang mau nganterin kamu pulang jam 9 loh, ko malah tidur lagi” kata soonyoung.

Jihoon yang sudah bersiap untuk tidur lagi, merasa terganggu. “sini mana hape kamu”

“buat?” tanya soonyoung

“cepetan siniin, sebentar ko pinjemnya” soonyoung pun memberikan handphone nya kepada jihoon.

Setelah terlihat mengetik beberapa kali, jihoon mengembalikan lagi handphone soonyoung “udah, aku mau bobo. jangan ganggu ya please” soonyoung melihat ke ruang chat yang dibuka jihoon, dia tersenyum. “ya sudah tidur lagi”

Sebelum keluar dari kamarnya, soonyoung menyelimuti jihoon terlebih dahulu “selamat bobok lagi jihoon”

3 tahun sudah berlalu, dari hari terakhir jihoon dan soonyoung saling memberikan afeksi. Sampai hari ini tidak ada rasa menyesal baik itu Jihoon maupun Soonyoung. Yang berlalu tetap menjadi kenangan, meskipun menyakitkan dan menjadi salah satu potret kehidupan terbaik di antara soonyoung dan jihoon.

i wait and hope to see you

Tidak ada yang tahu siapa yang ditunggu akan datang atau tidak, mereka sama-sama menunggu. Tanpa ada yang bergerak. Tanpa ada yang berusaha. Hanya menunggu bagaimana semesta bergerak membimbing mereka kembali.

where the cold wind seems to keep on blowing a very small pinwheel

Jihoon sering menerima banyak pertanyaan, yang klasik banget. Orang-orang yang fokus pada kehidupan percintaannya, tanpa ada basa basi sedikitpun. Yang menganggap pernikahan adalah segalanya, tanpa menanyakan bagaimana keadaan dirinya terlebih dahulu.

Soonyoung terlalu sibuk dengan dunianya, pernikahannya sudah menginjak tahun ke 2. Perusahaannya sedang dalam masa kejayaan. Tetap saja, angin berhembus dengan pelan kepadanya. Orang-orang mempertanyakan kenapa sepasang suami istri itu belum mempunyai anak sampai sekarang. Headline berita dipenuhi dengan rumor-rumor yang tidak enak mengalahkan bagaimana soonyoung bekerja keras dan telah berhasil membangun perusahaan ayahnya yang sempat tidak stabil.

it's standing alone and just blankly. Looking for someone anxiously and a bit lonely just like me

Kesepian, mungkin ini yang terjadi pada hidup jihoon. 3 tahun tanpa soonyoung, bahkan pacarnya yang sudah menjalin hubungan dengannya dari tahun 2014 pun sudah tidak bersamanya lagi. 1 tahun setelah soonyoung pergi, hubungannya dengan pacarnya pun berakhir. Jika kesepian merupakan emosi yang kompleks dan biasanya tidak menyenangkan. jihoon mencoba bersahabat dengan emosi tersebut. karena dia percaya, diluar sana ada orang yang mendoakan kebahagiannya.

one thing and another, with the busy world where even breathing is hard. They were why you and i become distant

Jarak. Sejatinya bukan penghalang, kalau saja tau dimana rumahnya berada. Soonyoung dan jihoon, terlalu tersesat. Mereka tidak tahu keberadaan satu sama lain. Entah masih di Bandung atau mungkin sudah pindah ke kota lain. Jihoon kadang melihat soonyoung di tv, koran dan majalah. Sangat tidak adil untuk soonyoung yang tidak pernah melihat jihoon lagi selama 3 tahun ini.

so i'm just standing here while feeling the wind

Pada malam hari, setelah sibuk dengan kerjaan. Sebelum masuk kedalam rumah. Soonyoung diam beberapa saat di dalam mobil, merindukan presensi seseorang yang mungkin saat ini juga baru pulang kerja dan sedang melihat ke langit, berdo'a kepada semesta supaya mereka berdua bisa dipertemukan dalam suatu arah yang sampai saat ini masih tertutup oleh embun dan tidak bisa ditembus oleh mata.

meskipun kehilangan arah dan butuh waktu lama untuk bisa kembali, kita pasti akan bertemu di masa depan

Jihoon melakukan apa yang ada dalam pikiran soonyoung, menunggunya dan berdo'a. Sayangnya malam ini bintang tidak terlalu banyak terlihat di langit sana.

Soonyoung pernah bilang kalau dia itu bintang yang sedang dalam misi menerangkan semesta ketika malam hari. seperti halnya jihoon yang terlihat tenang dan memiliki kehidupan yang sedikit gelap, tanpa ada satu orang pun yang mau memberikan sedikit cahaya pada dirinya. Oleh karena itu, soonyoung memberikan sedikit cahayanya kepada jihoon, yang ternyata menimbulkan efek yang begitu besar untuk kehidupannya.

orang-orang di luar sana selalu bertanya, tapi mereka hanya bertanya kemudian berlalu. Mengapa mereka bertanya kalau untuk dilupakan

setiap orang memiliki respon yang berbeda dalam menanggapi sebuah pertanyaan. Jihoon merupakan tipe yang menaruhnya dalam hati, terlebih lagi pada jenis pertanyaan yang terlalu personal. Menurutnya, orang-orang hanya bertanya, setelah itu selesai tidak ada solusi dan hanya menghakimi.

Belakangan ini menikah muda menjadi trendsetter yang merupakan standar sosial bagi masyarakat khususnya di Indonesia. Bagi Jihoon, pertanyaan mengenai pernikahan itu sangat semu. Karena jihoon tidak memiliki urgensi untuk menikah.

Karena dia masih sibuk dengan menunggu, meskipun hatinya sempat meragu. Tapi dia percaya, mungkin suatu hari nanti dia dan soonyoung akan bertemu. Entah untuk menuju kebahagiaan mereka berdua atau untuk menyakiti keduanya.

Padahal 3 tahun lalu, status hubungan semu mereka sudah jelas. Jihoon sendiri yang mengucapkan kata perpisahan yang di iya-kan oleh soonyoung. Lalu kenapa mereka masih saling menunggu?

  • another soonhoon au (phase 2) by lily

masih di 1 januari 2021

Setelah bercerita permasalahannya dengan wonwoo, jihoon sedikitnya mendapatkan sebuah penjelasan tentang apa yang membuatnya bingung, kesal hingga akhirnya menangis yang tidak kunjung berhenti. Tadi ketika mengakhiri perbincangan dan diskusinya dengan wonwoo, jihoon tersenyum. Bersyukur dia mempunyai teman yang baik dan mau mendengarkan setiap permasalahan jihoon.

Setelah beberapa menit jihoon memikirkan bagaimana kelanjutan hubungannya dengan soonyoung, dicampuri dengan perasaannya sendiri dan juga beberapa saran dari wonwoo. Jihoon sudah memutuskan untuk berbicara dengan soonyoung besok saja setelah jihoon bangun tidur.

Terlintas lagi bayangan dirinya dengan soonyoung berciuman di balkon dengan suara kembang api dan juga dengan dinginnya udara tadi pukul tepat 12 malam itu, yang sekarang malah membuat pipi jihoon memerah dan menghangat kesekujur tubuhnya.

Seperti yang wonwoo katakan, bahwa kita tidak bisa merubah masa lalu. bahkan ciuman tadi pun sudah menjadi sesuatu yang tidak bisa jihoon ubah. itu sudah terjadi dan kalau saja tadi jeonghan tidak datang kepadanya mungkin sekarang jihoon sudah mimpi indah.

Tenggorakannya terasa kering, jihoon butuh air. rasanya tadi dia terlalu banyak menangis. Setelah merasa mengeluarkan semua emosinya dia jadi lelah. sehingga detik itu pula jihoon memutuskan untuk keluar dari kamar soonyoung dan pergi ke dapur untuk mengambil minum.

Sepetinya jihoon memang di tuntut untuk lebih kuat dan sabar di hari pertama tahun 2021 ini. jihoon bahkan belum semat sampai ke dapur tempat tujuannya itu. jihoon baru saja sampai di ruang tengah, langkah kakinya terhenti. jihoon masih mematung disana. masih memperhatikan sosok yang sedang duduk di sofa yang didepannya ada tv yang menyala, tubuhnya dia sandarkan pada sofa itu. kepalanya mendongak ke atas dan matanya tertutup.

Jihoon ragu untuk mendekat karena sebenarnya dia belum siap untuk berbicara dengan soonyoung. Namun, ketika dia melihat keadaan soonyoung yang juga tidak baik-baik saja, dia memutuskan untuk melihatnya sebentar.

Setelah jihoon tepat berdiri di pinggir sofa tempat soonyoung duduk. jihoon merasa bersalah, sedikitnya dia tahu kalau dia juga sudah menyakiti soonyoung tadi. seperti bagaimana penjelasan wonu tentang nilai jeleknya ketika smp dan bagaimana wonu sakit hati ketika ada orang yang mengingatkannya soal itu. Jihoon berpikir mungkin soonyoung juga merasakan sakit hati ketika dia diingatkan dengan masa lalunya, ditambah tadi jihoon malah menghindar.

Segurat bekas air mata masih terlihat di mata dan bagian pipi soonyoung, mungkinkah dia tertidur ketika menangis. Jihoon makin tidak tega, dengan keberaniannya dia lebih mendekat lagi. Mengelus rambut soonyoung sebentar “om” kata jihoon dengan lembut. “jangan tidur disini nanti sakit lehernya” jihoon menambahkan. Namun, tidak ada pergerakan dari soonyoung, sepertinya dia memang sudah tertidur. jihoon jadi teringat dengan hari pertama mereka bertemu di rumah soonyoung, waktu itu jihoon yang tertidur karena bosan menunggu soonyoung yang tak kunjung datang.

Jihoon duduk, tepat di samping soonyoung. Tangannya masih mengelus-ngelus rambut soonyoung dan juga mengapus air mata soonyoung yang masih ada di pipinya. Jihoon tersenyum, membayangkan bagaimana soonyoung menangis karena takut di putuskan oleh jihoon. Jihoon merasa kasihan namun dia senang juga, rasanya seperti menjadi orang paling diinginkan untuk tetap diam di hidupnya soonyoung itu membuat jihoon percaya akan begitu berharganya dirinya di mata soonyoung.

“om, bangun yuk pindah ke kamar bobo nya” jihoon masih berusaha membangunkan soonyoung. tapi, karena jihoon sendiri merasa lelah, dia bukannya berusaha lebih keras membangunkan soonyoung, jihoon malah memeluk soonyoung yang sedang tertidur itu. “bangun, disini dingin” kata jihoon yang kini memeluk tubuh soonyoung lebih erat.

“ommmmm” jihoon menggoyang-goyangkan tubuh soonyoung. soonyoung akhirnya membuka matanya. soonyoung masih belum bergerak, dia masih menikmati pelukan jihoon. takut kalau ini mungkin jadi yang terakhir, makannya dia mau menikmati momen ini selama yang dia bisa. Tangannya ragu untuk bergerak, dia ingin membalas pelukan jihoon dan merengkuh tubuh jihoon untuk lebih dekat lagi dengan dirinya. Namun, seperti ada yang menghalanginya.

“dingin, kamu gak dingin bobo disini? pindah ya? nanti lehernya sakit” soonyoung tersenyum, dia sangat senang. jujur saja dia saat sennag saat ini, ketika jihoon memeluknya dan khawatir akan keadaan dirinya. “jihoon kenapa belum tidur?” tanya soonyoung

“aku mau minum tadinya, tapi malah liat kamu ketiduran disini. yaudah.... aku samperin”

“jihoon tidak apa apa meluk aku kaya gini?”

“kenapa emang?” tanya jihoon, dia melepaskan pelukannya dan berganti dengan menatap soonyoung

“tadikan di pegang sama aku aja gak mau”

“maaf” jihoon langsung menundukan kepalanya, tapi itu tidak berlangsung lama dibandingkan dengan tadi saat dia menundukan kepalanya di dalam mobil soonyoung. Jihoon kembali menatap mata soonyoung, matanya yang merah mungkin sama merahnya dengan mata jihoon. jihoon kembali memeluk soonyoung.

“jihoon, aku minta maaf. Mungkin memang kita harusnya tidak bersama, aku terlalu banyak kurangnya buat kamu. Dan aku tidak bisa memperbaikinya. Masa lalu aku, kalau memang menjadi beban buat kamu. Gak papa, manusiawi kok. Jihoon gak salah memiliki keinginan untuk pergi dari kehidupan aku, memang harusnya begitu. Biar kamu dengan orang yang lebih baik saja, dengan yang seumuran.”

“iya aku maafin” jihoon hanya mengucapkan itu yang membuat soonyoung bingung. ditambah lagi jihoon masih saja memeluknya.

“jadi?” tanya soonyoung

“jadi apa?” jawab jihoon matanya memicing menatap soonyoung.

“mau udahan sama aku?” tanya soonyoung lagi

“kamu pengen banget udahan sama aku apa gimana sih om. dari tadi di mobil ngomongnya udahan udahan mulu”

“jihoon, jangan bercanda dulu”

“aku gak bercanda, aku memang kaget tadi. Aku kesel sama kamu, aku juga kesel kenapa ka jeonghan tuh kaya manas-manasin aku. ngasih tau kamu sama dia udah 'gituan' lah, ngasih tahu sama aku kalau dia lebih tahu kamu dibanding aku lah. meskipun emang iya mungkin dia lebih tahu tentang kamu dibandingkan aku”

“jadi jihoon maunya gimana sekarang?”

“kamu kenapa pasrah banget gini sih? apa apa diserahin sama aku, kamu gak ada apa niatan ngebujuk aku kek gitu atau apa”

“jihoon, kalau aku ngebujuk kamu, aku takutnya nanti di masa depan kamu akan menyesal. Aku gak mau kamu menyesal buat pacaran sama aku. makannya aku nyerahin semuanya ke jihoon, karena yang jadi masalahnyapun sekarang tentang masa lalu aku. kalau jihoon mau nerima, aku sangat bersyukur. tapi kalaupun kamu mau udahan, ya memang itu salah aku, aku akan terima. bukan aku gak mau berjuang atau bagaimana. jujur kalau misalkan masalah lain mungkin aku bisa ngeyakinin jihoon dan ngebujuk jihoon. Tapi ini masa lalu aku”

“kalau kamu sepasrah itu, kenapa nangis?”

soonyoung tersenyum, pertanyaan dari jihoon benar-benar tidak tertebak sama sekali.

“karena..... aku tidak pernah berpikir kita bakal udahan, aku hanya memikirkan jihoon yang selalu ada di masa depan aku, itu kayanya jadi keinginan yang paling tinggi yang pernah aku punya”

“kata ka jeonghan, dia masih suka sama kamu”

“aku tahu, tapi aku sudah enggak suka lagi. udah lama, semenjak kita putus. ya sudah, putus. gak ada rasa yang tersisa”

“om” panggil jihoon

“kenapa jihoon?”

“kamu milih aku apa mantan kamu? yang manapun itu”

“jihoon, cuman jihoon aja” jawab soonyoung yang sekarang sudah memberanikan diri untuk memeluk jihoon lebih erat.

jihoon melepas pelukannya, dia mendudukan dirinya di atas paha soonyoung. Menangkup pipi soonyoung dan mencium bibir soonyoung sekilas. “ aku gak mau berurusan lagi sama ka jeonghan, dia nyebelin” kata jihoon yang sekarang masih menatap bibir soonyoung. “aku minta maaf udah bikin kamu nangis om” ucapnya dan mencium bibir soonyoung lagi

soonyoung senang bukan main, dia merasa semua bebannya terangkat begitu saja ketika jihoon menciumnya untuk yang ke dua kalinya. “bibir kamu kaya yupi gemes, punyanya jiun hehe”

“iya punya jiun” timbal soonyoung, tangan sudah melingkar di pinggang jihoon. matanya terus melihat ke arah jihoon yang dari tadi tersenyum ke arahnya.

“maaf sudah bikin jihoon nangis juga”

“mata aku sampe bengkak tau, sakit liat layar hape juga”

“maaf ya?”

“ciumin, matanya biar gak sakit”

soonyoun terkekeh mendengar keinginan jihoon, dia perlahan mencium kelopak mata jihoon satu per satu. beralih ke hidung jihoon dan ke dua pipinya. jihoon masih menutup matanya. soonyoung tahu apa yang jihoon mau, oleh karena itu sekarang dia mencium bibir jihoon beberapa detik.

ketika jihoon membuka matanya, soonyoung sangat bahagia, hari ini jihoon masih menjadi miliknya. Dia masih berstatus sebagai pacar jihoon. semua pikiran buruknya 2 jam yang lalu terbantahkan begitu saja ketika jihoon mengatakan kalau “kamu sayang aku, cuman aku pokoknya gak ada ka jeonghan atau mantan-mantan kamu yang lainnya”. soonyoung bersyukur karena jihoon masih akan tetap berada di masa depannya.

1 Januari —

🍂

Rencana merayakan tahun baru di rumah seungcheol ini sebenarnya sudah menjadi agenda tahunan bagi seungcheol dan soonyoung. Di tambah lagi sekarang seungcheol baru saja membeli rumah baru yang harganya sudah pasti mahal terlihat dari rumah yang memiliki fasilitas mewah dan juga memiliki 2 lantai.

Dan disinilah sekarang, Jihoon yang memutuskan untuk ikut ke agenda tahunan seungcheol dan soonyoung.

Dari awal masuk ke rumah seungcheol, jihoon sudah disambut dengan muka-muka asing, yang dia tahu hanya 2 orang saja, seungcheol dan jeonghan. jihoon sempat berpikir, untung dirinya ikut karena kalau tidak dia akan sangat cemburu melihat soonyoung menghabiskan tahun barunya dengan mantannya itu. lega, batin jihoon.

Sudah sepantasnya jihoon berkenalan terlebih dahulu dengan yang lain, dengan sopan dia berjabatan tangan dengan jeonghan, taeil, jaehyun dan jaehwan yang seingat jihoon, soonyoung pernah menceritakan tentang ketua tim finance yang bernama jaehwan ini.

Meskipun awalnya merasa canggung dan malu,jihoon yang selalu diam di pinggir soonyoung, yang selalu pergi kemanapun soonyoung pergi. sekarang sudah mulai terbiasa berada di antara orang orang dewasa ini. Dan tadi ketika awal kenalan jihoon memperkenalkan dirinya sebagai pacar soonyoung. Yang membuat soonyoung kaget pasalnya mereka sudah deal untuk tidak go public. “katanya gak mau orang lain tahu?” tanya soonyoung “gak papa, ini kan teman teman kamu, asal jangan di socmed aja aku belum siap” jawab jihoon.

Entah itu mungkin hanya alasan saja, atau memang itu adalah suatu taktik bagi jihoon agar jeonghan paham kalau soonyoung sekarang milik dia. Jihoon tidak akan memberikan sedikit pun ruang untuk jeonghan berpikir kalau soonyoung bisa dia dapatkan lagi.

— seperti biasanya, setiap malam tahun baru. Seungcheol menyiapkan banyak minuman beralkohol dan juga makanan lain yang tidak kalah menariknya. Jihoon tentu saja tidak minum, soonyoung juga tidak.

Belum juga jam 12 malam, jaehyun dan jaehwan sudah mabuk. Taeil pun yang menjadi korban untuk mengurus mereka berdua. Karena seungcheol sedang berbincang dengan jeonghan. Dan soonyoung yang malah membawa jihoon ke balkon.

— “dingin ya? mau disini aja?” tanya soonyoung “iya disana aja gak papa, mau liat kembang api. Disini pasti keliatan kan?” “kayanya” jawab soonyoung

Sekitar 10 menit kemudian, suara dari terompet, kembang api dan orang bersorak sorai mulai terdengar. Menandakan bahwa hari sudah berganti, sekarang sudah menginjak 1 januari 2021.

“Happy new year Jihoon, semoga tahun 2021 bisa membuat kamu lebih bahagia dari tahun 2020. Aku sayang banget sama jihoon”

jihoon tersenyum, pipinya merah. Jihoon senang dan juga malu.

“selamat tahun baru juga om, aku juga sayang banget sama kamu” kata jihoon yang langsung memeluk soonyoung saat itu juga.

meskipun dingin mereka tetap merasa hangat, dengan saling menghangatkan satu sama lain lewat pelukan. soonyoung yang tersenyum sambil mengelus lembut rambut jihoon, tidak lupa juga dengan kata-kata lembut yang selalu dia ucapkan tepat di telinga jihoon yang membuat jihoon terkikik geli dan senang.

soonyoung melepas pelukannya, namun tidak sepenuhnya dia lepas, tangan soonyoung masih dipinggang jihoon begitupun sebaliknya.

Jihoon mendongakkan kepala untuk menatap mata soonyoung. Mereka saling tersenyum. kedua tangan soonyoung kini memegangi pipi jihoon. ia mendaratkan ciuman di dahi jihoon cukup lama.

soonyoung menempelkan dahinya pada dahi jihoon, dan mereka saling tersenyum. rasanya ini tahun baru paling berkesan dalam hidup soonyoung maupun jihoon.

“ayo ciuman, suasananya lagi mendukung tau om. first kiss aku pas tanggal 1 januari kan bagus tanggal dan moment nya. ayoo mumpung lagi roman-”

jihoon tidak sempat melanjutkan perkatannya soalnya soonyoung sudah memajukan kepalanya dan mendaratkan sebuah ciuman yang sangat singkat di bibir jihoon.

jihoon terlihat kaget, tapi dia yang memulai ciuman ke dua mereka. jihoon sedikit berjinjit untuk mencium soonyoung. Ciuman kali ini tidak sebentar. lebih lama dan lebih dalam.

jihoon melepaskan ciuman itu dan mengambil nafas. namun soonyoung tidak butuh waktu lama untuk memulai ciuman ke tiga mereka.

Ciuman mereka menjadi lebih dalam dari ciuman sebelumnya, soonyoung sedikit menggigit bibir bawah jihoon, yang membuat jihoon membuka bibirnya, lidah mereka pun bertemu. Jihoon cukup kaget, matanya terbuka untuk sesaat, tapi dia menutup matanya lagi dan menikmati ciuman itu.

Karena menurut jihoon tidak ada yang lebih nyaman ketika tangannya melingkar di leher soonyoung dan melupakan kembang api yang sekarang terpapar indah di langit 1 januari 2021

Dinner 🍂

Jihoon dan Soonyoung kini berada di sebuah tempat makan yang cukup fancy, mereka duduk di meja paling pojok dekat dengan balkon di lantai 2. Alunan musik juga tidak kalah membuat suasana di sana menjadi lebih nyaman.

“happy graduation ka” soonyoung memberikan bunga kepada Jihoon. “makasih” jihoon mengambil bunga itu dan menciumnya sebentar. Jika dilihat lagi ini adalah perpaduan bunga-bunga yang Jihoon suka seperti bunga mawar merah, lavender, lily, dan juga baby breath.

“baby breath nya banyak banget ya” Jihoon meletakan bunga itu dan kini memandang soonyoung dengan intens.

“sengaja” jawab soonyoung

“kenapa?”

“kamu tahu jawabannya ka, jangan mancing deh”

“makna bunga kan banyak, nanti kalau aku salah persepsi gimana? kan mending aku tau maksud kamu arti yang mana yang kamu pakai?”

“Definisi operasional banget nih?”

Jihoon tertawa mendengar perkataan soonyoung, tapi dia tetap menatap soonyoung seolah-olah menyuruh soonyoung untuk menjawab pertanyannya .

“aku sih pahamnya.... melambangkan cinta abadi sama ehm apa ya... sama perasaan yang tulus gitu hehe malu anjirr di omongin langsung”

soonyoung menutup mukanya dengan kedua tangannya, sedangkan Jihoon malah asik menertawakan soonyoung.

___

untuk mengisi waktu sebelum makanan mereka datang, Jihoon dan Soonyoung memutuskan untuk memperdalam pengetahuan satu sama lain alias saling kepo mengenai hal yang selama ini cuman sebatas pertanyaan di kepala masing-masing. “aku duluan” ucap soonyoung.

“kaka mantan ada berapa?

“3 “

“hah? ga nyangka aku banyak juga ya haha” tawa soonyoung

“ih dengerin dulu , 1 pas kuliah dan cuman sekitar 4 bulanan gitu. Soalnya gak cocok dia ngajak main terus sedangkan aku kan harus fokus ke kuliahku waktu itu. Yang ke 2 ka seungcheol, yang ke 3 kamu, kamu kan juga mantan aku”

“hehehe iya juga ya ” soonyoung cuman tersenyum

“kalau kamu? banyak ya?” tanya jihoon.

“enggak, kalau sama kaka sih 5 kali ya”

“ih banyak banget, ceritain”

” ke 1 pas SMA pacaran cuman bentar hehe dia nembak duluan soalnya kasian kalau di tolak. Yang ke 2 pas Kuliah sih semester 2 cuman sampe semester 3 doang kita pacaran. kalau yang ke 3, semester empat paling sebentar soalnya dia nyebelin aku gak sanggup sama dia, kalau yg ke 4 itu dari semester lima sampe enam. yang terakhir ya kamu, dari semester awal jaman aku s2 sampai ujian akhir”

“gak usah di ceritain kalau yang terakhir aku dah tau. By the way tadi ibu nge chat aku ngucapin selamat”

“seneng banget dong hari ini? “

“banget hehehe, oh iya kita bulan depan juga harus ke Bandung kondangan”

“siapa yang nikah?”

“Ka seungcheol”

“hah? sama?” jawab soonyoung yang terlihat sangat kaget.

“Ka Jeonghan, kamu tau gak sih sebelum nikah tuh ka seungcheol sama ka jeonghan pacaran. Mereka putus pas ka cheol harus nikah sama aku. yang aku tau sih semenjak aku sama ka seungcheol nikah hubungan mereka bener bener berakhir, gak pernah kontekan lagi bahkan di hape ka seungcheol aja kontaknya ka jeonghan di hapus. semua kenangan tentang ka jeonghan sama ka seungcheol di hapus. aku juga tahu ka seungcheol stress. tapi dia berusaha ngalihin stress nya. dia berusaha keras buat sayang sama aku, dan dia kerja sampai malam supaya bisa melupakan ka jeonghan. makannya dulu aku ngerasa bersalah banget juga sama ka cheol karena dia juga menderita”

“tapi dia sekarang bahagia, udah sama ka jeonghan lagi”

“iya, makannya pas ka seungcheol ngabarin aku kalau dia mau nikah sama ka jeonghan aku langsung nangis... seneng banget, akhirnya ka seungcheol juga bisa mendapatkan apa kebahagiaannya”

“kita harus nyiapin buat kondangan nanti dong ka, mulai besok aja ya mumpung libur”

“okey, next question” ucap jihoon

“aku sebenernya pas kamu ngelakuin itu, aku mau marah banget”

“ngelakuin apa?”

“itu yang pas kamu nelpon aku, sampe kamu ke rumah sakit”

“ga mau nyebut banget nih namanya apa? hahaha soonyoung soonyoung, ko jadi kamu yang trauma sih?”

“pikir aja sendiri lah”

“hahaha jangan marah... iya iya maaf”

“kalau boleh tau, alasan kaka kaya gitu kenapa?”

“sebenernya itu bukan yang pertama kali soonyoung, itu yang ke 2. yang pertama itu pas seminggu setelah menikah dengan ka seungcheol, tapi waktu itu keburu ketahuan sama bibi di rumah. Dan gak ada yang tau satupun kalau aku pernah ngelakuin itu. yang ke 2 kemarin, aku udah terlalu capek. aku ngerasa kembali ke masa dimana aku selalu menjalani keinginin orang tua aku tapi aku sendiri gak mau dan itu rasanya gak enak banget, pada akhirnya aku selalu berpikir supaya mengakhiri semuanya biar aku gak di suruh ngelakuin ini itu sama orang tua aku”

Jihoon menarik nafasnya dan melanjutkan “ Kamu itu, kaya yang membebaskan semua perasaan terkekang aku, makannya pas kamu hilang lagi. Aku ngerasa balik ke masa dimana aku cuman bisa nurut dan ga bisa ngelakuin apapun kecuali apa yang diperintahkan orang tua aku”

“maaf udah bikin kamu ngerasa kaya gitu ka jihoon”

“gak papa, sekarang kan aku udah bebas lagi. Tapi soonyoung, kalau waktu itu kamu gak nelpon seungkwan dan seungkwan gak datang ke rumah aku bakal ma-”

belum juga jihoon selesai mengucapkan perkataannya, soonyoung sudah menggeleng2 kan kepalanya dia menatap jihoon dan memegang tangan jihoon.

“dulu aku kan pernah bilang pas kita putus, kalau ada jalan aku bakal ngejar kamu lagi. Kalau kamunya gak ada, siapa yang akan aku kejar?”

“maaf.. kayanya aku terlalu fokus sama perasaan aku sendiri, sampe ga ngeuh kalau kamu ngomong kaya gitu. Karena setelah pulang ke Bandung, aku cuman ngerasa aku kehilangan sesuatu yang membuat aku merasa “ada” di dunia ini”.

“sekarang jangan berpikiran kaya gitu lagi ya?”

“Iya soonyoung, gak akan ko. Kamu tau gak kak cheol pernah bilang dia gak nyangka aku ngelakuin itu soalnya dia bilang kalau aku itu kuat di mata dia, makannya pas kamu telpon dia gak percaya kalau aku kenapa kenapa. dia selalu bilang kalau aku itu tipe yang kuat gak akan nyerah gitu hahaha tapi siapa yang tau kan isi hati dan pikiran seseorang”

jihoon meminum minumannya Sebelum melanjutkan lagi perbincangannya dengan soonyoung.

“Dulu tuh pas ketemu sama kamu, pas ngeliat kamu selalu nunggu aku tiap pulang kuliah. Pas pertama kita ciuman sampai kita putus, aku berpikir kalau benar adanya kutipan orang orang yang bilang “nothing is sadder than meeting the right person at the wrong time” karena itu yang aku rasakan”

Soonyoung hanya menganggukan kepalanya, tangannya tetap memegang tangan Jihoon dengan erat.

“Ka.... tapi sekarang kita ketemu di waktu yang udah tepat, gak ada orang lain di belakang kamu, gak ada cicin dari orang lain di tangan kamu, gak akan ada orang lain yang menghalangi aku buat ngomong i love you, today and forever, lee jihoon will you marry me?”

Sabtu & Minggu

“soonyoung aku degdegan” ucap Jihoon sambil megang tangan kiri soonyoung lebih erat. Yang dipegang tangannya cuman senyum sambil ngelus-ngelus tangan Jihoon.

selama perjalanan menuju rumah Soonyoung, Jihoon memang terlihat tidak tenang. Kaki nya yang tidak bisa diam terus tangannya yang berulang kali meremas ujung bajunya sendiri.

“tenang kak haha bajunya sampe lecek tuh”

____

“JIHOOOONNNN ASTAGA GEMESSS NYAAAA” suara mama soonyoung yang berlari dari lantai 2 untuk merangkul Jihoon

“hai mah” ucap Jihoon di sela sela pelukannya dengan yg bisa disebut calon mertuanya itu (?)

“mah kenceng banget itu meluknya nanti Jihoon gak bisa nafas loh” itu papah soonyoung yang menghampiri mereka cuman bersalaman terus duduk lagi di sofa.

Mereka kini sudah berkumpul di ruang tamu keluarga kwon, banyak yang dibicarakan. Dari masalah thesis Jihoon, pekerjaan Soonyoung sampai ke rencana Jihoon dan soonyoung kedepannya. Kalau soonyoung sih menjawabnya dengan santai, katanya “masih sibuk sama thesis ka Jihoonnya juga mah, dijalanin aja dulu. cepet cepet amat” yang disetujui dengan anggukan Jihoon

___

hari sabtu dan minggu mereka diisi dengan jihoon yang suka membantu mama membuat makanan, jihoon minta di ajarin membuat cake dan cookies sama mama dan berakhir seharian itu dihabiskan dengan agenda belajar membuat cookies dan cake. kalau soonyoung sih sama papah nya di ruang tengah sibuk main catur terus berhenti dan berakhir dengan ngobrolin bisnis yang gak ada berhentinya..

Minggu sore sebelum soonyoung dan jihoon pulang besok senin pagi, mama mengajak jihoon untuk duduk santai di taman dengan secangkir teh serta cookies buatan mereka tadi siang.

Mama mendekat ke arah jihoon, memeluk jihoon dengan erat sambil ngelus-ngelus kepala Jihoon, “sama soonyoung terus ya?” ucap mama sambil melepas pelukannya. kini mama memegang ke dua tangan jihoon dan mengelus tangan itu perlahan. Jihoon hanya memberikan anggukan sebagai jawabannya.

“dulu itu pas kamu suka nge chat tapi sama soonyoung gak di bales dia suka marah marah sendiri sama mama, dia bilang “aku pengen nge bales chat ka Jihoon maaaaa... gak kuat kangennnnn” tapi dia tahan-tahan, itu dia ngmongnya juga sambil mabok, tiduran di sofa ruang tengah”

“mamah gak marahin soonyoung pas dia mabuk?”

“sering, tapi gak pernah di dengar. mamah sampe ke apartmen nya buat nge cek keadaan soonyoung pas hari sabtu tuh, eh dia mabuk ga sadarin diri di kamarnya. Pas mamah ke dapur, enggak ada makanan. yang ada cuman minuman aja, mamah kira cuman soonyoung yang menderita selama kalian pisah. ternyata kamu lebih menderita”

Jihoon cuman mengangguk, dan tersenyum ke arah mama.

“ngomongin apaan sih serius banget?” soonyoung yang baru datang langsung mengambil kursi untuk duduk di sebelah jihoon.

“kepo bgt kamu, yaudah mamah ke dalem dulu. kalau udh maghrib masuk ya kalian jangan disin terus”

“ngomongin apaan?” tanya soonyoung lagi

“kepo” kata jihoon sambil tersenyum ke arah soonyoung, jihoon memegang tangan soonyoung dan mencium tangan soonyoung. soonyoung kaget dengan perlakuan jihoon, “tumben?” katanya. “pengen aja” jawab jihoon. soonyoung cuman tertawa sembari memeluk jihoon dengan erat.

sore itu cuman dihabiskan dengan mereka saling memeluk satu sama lain, kadang Soonyoung yang jail cium cium pipi jihoon sampai jihoonnya risih sendiri, tapi tetap pelukannya gak dilepas.

Setalah kejadian orang tua jihoon marah marah sama seungcheol karena dia meminta untuk bercerai dengan jihoon. Kini orang tua jihoon sedang berhadapan langsung dengan soonyoung, entah kesimpulan apa yang didapatkan antara seungcheol dengan orang tua jihoon. Soonyoung tidak tahu.

“Kamu itu selingkuhannya anak saya ya? Gara gara kamu, anak saya mau cerai. Malu maluin keluarga besar”

“Pak , masih peduli sama reputasi keluarga dibanding anak sendiri? Ka jihoon udah ngelakuin hal kaya gini dan masih nge bahas reputasi keluarga bapak?”

“Ya jelas, reputasi itu paling penting. Kalau reputasi saya jatuh, saham saya juga turun. Ditambah lagi dengan cerainya jihoon akan membuat perusahaan kami kehilangan saham dari orang tua seungcheol. Kamu mau tanggung jawab?”

“Bisa... nanti saya invest di perusahaan bapak. Sekarang pikirin dulu keadaan ka jihoon baru ngomongin perusahaan”

“Anak ingusan kaya kamu mana mampu invest di perusahaan saya, ga usah ngaco kamu. Saya gak butuh, kalaupun jihoon cerai dengan seungcheol ya udh dia tetap dirumah dan saya ga akan pernah ngizinin buat ketemu kamu”

Seungcheol yang mendengar semua itu langsung mendekat ke arah orang tua jihoon

“Pak, jihoon itu gak pernah minta apapun selama kami menikah, dia gak pernah ngebantah. Hanya satu kali dia pernah meminta sesuatu dengan pasrah dan sangat memohon pada saya. Dia hanya minta untuk cerai dan dia ingin sama soonyoung”

Dengan semua penuturan yang seungcheol berikan orang tua jihoon tetap tidak mengerti kenapa harus soonyoung. Pada akhirnya mereka mengiyakan keinginan seungcheol dan jihoon untuk cerai. Namun untuk nasib jihoon dan soonyoung, mereka tetap tidak bisa menerimanya.

Sampai soonyoung sudah kembali ke ruangan untuk menemani jihoon, seungcheol masih dengan orang tua jihoon.

“Kalau saja saya orang yang sangat Berarti bagi jihoon mungkin semuanya akan mudah, tapi pak bu. Jihoon sampai melukai dirinya sendiri karena dia sudah tidak sanggup menjalani semua ini,dia sesayang itu sama soonyoung dan saya tahu hal yang membuat dia tidak bisa lagi menjalani hidup ini adalah karena salah satunya dia dijauhkan dari soonyoung”

“Paling perasaan sementara” itu kata bapak nya jihoon

“Ini sudah hampir 1 tahun lebih pak gak mungkin kalau itu hanya sementara. Setelah kami bercerai, tolong biarkan jihoon mengejar apapun yang dia mau. Sayapun akan melakukan hal yang sama”

Bapak jihoon pergi keruangan jihoon begitu saja tanpa memberikan respon apapun pada pernyataan seungcheol.

“Selama ini jihoon menderita?”

“Sepertinya begitu bu, saya bahkan pada saat dia melakukan itu tidak ada dirumah dan tidak tahu. Soonyoung menghubungi saya, dia bilang jihoon nelpon dan dia khawatir sama jihoon, dia menyuruh saya untuk cek jihoon ke rumah tapi saya ga nurut. sampai akhirnya soonyoung nyuruh seungkwan dan menemukan jihoon sudah pingsan dengan luka di pergelangan tangan-“

Seungcheol tidak melanjutkan perkataannya, dia tertunduk. Dia menangis, menyesali semua yang dia lakukan.

“Maaf bu, saya tidak bisa menjaga anak ibu dengan baik”

“Enggak seungcheol jangan minta maaf, ini bukan salah kamu. Bukan juga salah soonyoung apalagi jihoon. Ini salah kita yang terlalu mengekang jihoon”

“Tolong biarkan jihoon melakukan yang dia mau bu”

“Ibu akan membujuk bapak jihoon ya, semoga dia mengerti. Kalaupun dia tidak bisa mengerti ibu akan membimbing jihoon agar lebih kuat dan menjalani hidup ini lebih baik. Ibu akan tetap mendukung apapun keputusan jihoon. Tugas ibu hanya membuat jihoon bahagia, karena selama ini dia tidak pernah mengecewakan ibu”

Karena, tidak semua orang tua paham akan keadaan anaknya. Tidak semua anak paham dengan keadaan orang tuanya . Tapi ada satu yang membuat mereka bisa saling memahami. Berkata jujur apa yang membuat tidak nyaman dan berani mengatakan ”tidak” pada apa yang membuat tidak nyaman itu. Selama ini jihoon hanya mengatakan “iya” untuk apapun bentuk perintah yang disampaikan orangtuanya. Dan itulah awal dari perasaan di kekang dan merasa menjadi boneka.

Kalau soonyoung bilang, hari ini itu dia lagi senang banget karena udah sidang terus dapet nilai A. Udah makan makan bareng teman-temannya sampe sore, ketawa-ketawa, ngobrol gak jelas. Pokoknya soonyoung seneng deh salah satu hal yang harus dia selesaikan sudah selesai.

Tapi hari ini juga dia merasa semua kebahagiaannya hilang. Datang cuman sebentar, setelah itu entah hilangnya kemana.

Soonyoung lagi di dalam mobil mau pergi ke bandung dengan keadaan cemas, khawatir, frustasi, sedih, marah. semua perasaan itu bahkan membuat soonyoung jadi diam seribubahasa. Cuman bicara seperlunya. Keadaan di mobil memang jadi cukup hening.

Soonyoung terus mengetuk2 hapenya, nunggu kabar dari seungkwan. Dari tadi kakinya juga ga bisa diem. Tangannyapun keliatan gemetaran. “Masih jauh jun?” Tanyanya yang sudah jelas jawabannya. Tentu saja masih jauh ditambah lagi dengan keadaan jalanan yang macet.

————

Ketika mereka sampai rumah sakit , soonyoung tambah panik. Mukanya makin pucat, banyak hal yang dia pikirkan. “Yang dikirim seungkwan tadi darah apa?” “Ka jihoon kenapa bisa ngeluarin darah sebanyak itu?” “Ka jihoon mau ngapain?”

“Soonyoung ayo” suara seungkwan membuat lamunan soonyoung buyar. Mereka mengikuti seungkwan ke tempat ka jihoonnya di rawat.

Sampai soonyoung berada di depan pintu kamar pun dia tidak langsung masuk. Jun dan hao yang mengikuti dari belakang juga gak langsung masuk. “Nyong, ayo kita masuk aja” hao memegang tangan soonyoung dan mengajaknya kedalam.

Hal pertama yang soonyoung liat adalah jihoonnya terbaring dengan muka pucat. Disebelahya ada seungcheol yang sedang memegang tangan jihoon.

“soonyoung saya minta maaf gak dengerin kamu” seungcheol berdiri dan menghampiri soonyoung. “Dia gak papa?” Soonyoung bertanya. “Tadi untung seungkwan datang tepat waktu jadi masih bisa selamat, sempet kritis karena darah yang keluar banyak” “Gue bilang apa kan sama lo buat balik cek dia, kalau gue ga nyuruh seungkwan, Lo bisa mikir sendiri apa yang bakal terjadi, jadi suami yang tanggung jawab dong. Gue ngelepas dia bukan buat jadi kaya gini”

“Sorry” seungcheol hanya mampu menundukan kepalanya ketika soonyoung dengan penuh emosi memaki dirinya.

“Izinin gue buat ngeliat dia sekarang, bodoamat lo mu nolak atau marah juga. Gue mau nemenin dia”

Seungcheol membiarkan soonyoung duduk dipinggir kasur jihoon. Dia merasa bersalah, jadi untuk kali ini dia gak mau gegabah, dia mengalah.

——-

Sudah 30 menit soonyoung tidak mengatakan apapun, dia hanya memegangi tangan Jihoon yang pergelangannya dibalut oleh kain putih. Sesekali mencium tangan itu. Matanya terus melihat ke arah wajah Jihoon yang pucat dan tertidur dengan damai. “Kamu mau ngapain sih?, kalau kamu bangun aku marahin”

Tidak ada respon. Jun, hao dan Seungcheol diam di belakang soonyoung. Sampai 40 menit dari kedatang soonyoung, Jihoon membuka matanya.

“Soonyoung?”

Itu jihoon, dia baru saja tersadar. Seungcheol yang melihat Jihoon tersadar langsung berlari untuk mencari dokter. Soonyoung tau seungcheol keluar makannya dia diam terus di sisi jihoon.

“Ko bisa disini?”

“Ya bisa, kamu ngapain sih? Gak mikir akibatnya nanti bakal kaya gimana?” Tanya soonyoung penuh penegasan dalam setiap kalimatnya.

“Udah mikir ko, dari lama. Aneh, ko aku masih aja harus selamat”

soonyoung yang niat awalnya ingin memarahi jihoon, sekarang malah menunduk dan nangis. Perkataan yang jihoon ucapkan barusan bener-bener membuat soonyoung sedih, pasalnya Jihoon menginginkan dirinya untuk tidak selamat.

“Soonyoung? Jangan nangis “ Jihoon berusaha untuk duduk dan kini dia melihat wajah soonyoung yang mata dan hidungnya merah, rambutnya berantakan. Perlahan jihoon hapus air mata yang ada di pipi soonyoung.

“Ko jadi cengeng?” Tanya jihoon yang tangannya masih sibuk megangin pipi soonyoung

“Ya pikir aja sendiri”

“Jutek banget, soonyoung aku kangen banget. Boleh peluk?”

Soonyoung langsung memeluk jihoon pada saat itu juga, pikirnya cuman satu kalau dia juga kangen jihoon.

“hallo?”

“ka jihoon apa kabar?”

“soonyoung aku kangen”

“lagi dimana?”

“di rumah, di kamar mandi”

“ngapain?”

“ngeliat matahari, udah mau tenggelam”

“ko di kamar mandi?”

“hehe gak papa”

“·······”

“soonyoung kamu bahagia kan?”

“bahagia ko”

“bagus deh, seterusnya juga bakal bahagia kan?”

“iya”

“kamu masih sayang sama aku gak?”

“kenapa nanya gitu?”

“soalnya aku gak pernah sehari pun gak sayang soonyoung, sayang banget sampe sekarang”

”........”

“soonyoung bilang coba kalau kamu sayang aku juga, please? terakhir deh ini. Aku gak akan minta yang lain”

“aku selalu sayang kamu ka jihoon”

“makasih ya soonyoung”