misi persahabatan, katanya.
dua orang ini, kata dekat saja tidak bisa menggambarkan mereka. status sahabat sudah lama mereka nobatkan untuk diri mereka sendiri, tidak jauh berbeda dengan persahabatan orang lain yang selalu berbagi cerita, menjelajah kehidupan bersama atau melakukan hal-hal konyol dan hal-hal konyol itu yang paham hanya mereka berdua. dari circle pertamanan yang ada, mereka berdua memiliki intensitas pertemuan yang lebih sering dibandingkan dengan temannya yang lain, kalau kata teman-temannya, mereka berdua itu sudah seperti satu paket, susah untuk dipisahkan.
yang satu menyukai travelling, yang satunya lagi lebih suka menghabiskan waktunya di kamar. tapi perbedaan tersebut malah menjadi sesuatu yang membuat mereka semakin dekat. karena diantara mereka tidak ada yang pernah menolak ajakan satu sama lain. bukan karena tidak enakan, tapi lebih ke—jihoon mau memahami apa yang soonyoung suka, begitupun dengan soonyoung yang mungkin juga tertarik denga napa yang jihoon sukai.
sudah hampir dua tahun, mereka menjalankan suatu misi, dari mereka lulus kuliah sampai sekarang sudah bekerja. mereka sebut sebagai misi persahabatan. misi yang dimaksud adalah menjelajahi beberapa tempat yang sudah mereka list. untuk saat ini, tersisa satu tempat yang belum mereka berdua datangi.
“kenapa jogja yang terakhir?” tanya jihoon
“soalnya, soonyoung udah pernah ke jogja. tapi mau ke jogja lagi sama jihoon”
“oh, okey deh”
dari keliling jakarta, bandung, malang, bali, lombok dan tujuan terakhir jogja. mereka selalu konsisten menyimpan waktu untuk pergi menyelesaikan misi. tidak pernah ada hambatan dan selalu pergi sesuai dengan tanggal yang sudah ditentukan.
tapi tidak dengan tujuan terakhir, jogja. ada beberapa hal yang sebelumnya tidak pernah dipertimbangkan sekarang menjadi penghalang. bukan dari diri mereka sendiri, tetapi dari orang tua jihoon, yang selalu menginginkan anaknya menikah muda. keinginan orang tua jihoon itu memiliki alasan yang kuat, pertama mereka tidak mau anaknya terlalu fokus dengan bekerja. kedua, dalam riwayat pernikahan di keluarga mereka, menikah itu sudah ditentukan harus umur berapa.
orang tua jihoon pernah mengatakan sesuatu yang membuat soonyoung harus mengurungkan niatnya untuk segera mengajak jihoon pergi ke jogja. katanya “main terus sama soonyoung, kapan punya pacarnya?” atau kalimat yang sering jihoon dengar setiap paginya “cepat cari pasangan, kita mau liat kamu nikah muda”.
dan soonyoung tahu, apa maksud dari orang tua jihoon. jangan terlalu sering bermain dengan soonyoung, karena ada dia kamu jadi susah cari pasangan. tebakannya memperkirakan kalau orang tua jihoon juga pernah mengatakan hal tersebut.
tapi soonyoung dan jihoon tidak pernah menggubris perkataan tersebut, kan temenan, sama dengan teman-teman jihoon yang lainnya. sama, pikir mereka.
menurut orang tua jihoon, tidak apa jika mau terus bermain dengan teman-temannya asal jangan lupa untuk menyempatkan diri mencari pasangan. umur sudah semakin bertambah dan orang tua jihoon memiliki sifat yang tidak sabaran serta konsisten menjalankan kebiasaan yang terdapat dalam keluarga mereka.
“bosen deh, ditanyain terus” oceh jihoon ketika ia sedang bersama dengan teman-temannya.
“kenapa?” tanya jeonghan.
“disuruh cepat-cepat nikah, disuruh cari pasangan”
“eh sumpah?” tanya jisoo memastikan.
“iya, lo pernah denger ocehan orang tua gue kan?” tanya jihoon pada soonyoung.
“iya, bener ko. mereka memang sering ngomongin tentang jihoon yang harus cepat nikah”
“terus gimana dong? emang udah ada calon beneran?” mingyu yang sedari tadi mendengarkan ikut nimbrung.
“gak ada makanya”jawab jihoon pasrah
“jadi?” jisoo sedang memastikan rencana jihoon, ini bukan kali pertama jihoon curhat tentang orang tuanya, tapi selama ini mereka pikir itu hanya ocehan orang tua saja, tapi ternyata orang tua jihoon benar-benar menuntut.
soonyoung hanya diam saja, kalau sedang bergabung dengan yang lain seperti ini dia atau jihoon kadang lebih menampilkan sikap yang biasa aja, seperti bagaimana sikap jeonghan, jisoo dan yang teman yang lainnya ketika mendengarkan cerita jihoon.
kalau di depan orang lain mereka seperti acuh padahal nyatanya tidak seperti itu. di sisi lain, teman-temannya sudah paham kalau mereka lebih sering menghabiskan waktu berdua. kadang mereka bingung dengan hubungan pertemanan soonyoung dan jihoon. bingung dalam artian, seperti terlalu banyak hal yang soonyoung maupun jihoon sembunyikan dari mereka bertiga. sebagai teman yang baik, jeonghan hanya bisa mengikuti alurnya saja. sebagai teman yang baik, jisoo juga lebih memilih tidak mau ikut campur. tapi, sebagai teman yang baik, mingyu dengan telitinya terus mencari celah supaya dia memuaskan rasa penasarannya tentang hubungan soonyoung dan jihoon.
kalau kata mingyu, ketika sedang berkumpul bersama mereka seperti teman biasa tapi kalau hanya ada soonyoung dan jihoon akan berbeda cerita “gak tau sih, mungkin mereka emang udah nyaman kalau berdua jadi kaya ada yang beda aja, gue juga gak paham kalau ngejelasin lewat kata-kata, lo semua bakal paham kalau liat secara langsung” jelas mingyu, waktu itu kepada teman-temannya.
intinya, memang ada hal-hal yang tidak semua orang tahu tentang jihoon tapi soonyoung tahu. “kalau ada apa-apa sama jihoon, tinggal tanya aja sama soonyoung, begitupun sebaliknya” kata jeonghan menambahkan apa yang mingyu tadi jelaskan.
makanya, ketika jeonghan, mingyu dan jisoo tahu lebih dulu dari pada soonyoung tentang kabar kalau jihoon akan tunangan, mereka semua bingung.
“lo udah ngasih tahu soonyoung kan?” tanya jeonghan
“belum” jawab jihoon pelan.
“lah aneh, biasanya apa-apa soonyoung duluan yang lo kasih tahu” jisoo ikut membeberkan fakta lain dari kebiasaan jihoon.
saat itu, ada mingyu yang paham tentang sesuatu. seperti mencium hal yang sedang susah payah jihoon sembunyikan atau mungkin tidak mau ia sebarkan informasinya. dari gelagat jihoon saja, mingyu mungkin sedikitnya mengerti tentang keraguan jihoon memberi tahu tentang informasi ‘akan bertunangan’ itu kepada soonyoung.
“yaudah nanti gue aja yang ngasih tahu soonyoung” mingyu mengajukan diri sebagai pengantar informasi antar dua sahabat yang sebentar lagi akan menjadi canggung, atau saat ini jihoon sendiri yang sudah canggung kepada soonyoung sampai tidak sanggup menyampaikan ‘kabar bahagia’?
sesuai dengan apa yang tadi ia katakan, mingyu berencana untuk menemui soonyoung hari ini. tadi mingyu sempat ragu, karena mingyu merupakan orang yang lebih peka mengenai hubungan soonyoung – jihoon dibandingkan temannya yang lain dan dibandingkan dengan soonyoung maupun jihoon sendiri.
meskipun penuh dengan tidak enak hati, mingyu masih bisa dengan lancarnya menyampaikan informasi itu kepada soonyoung.
ekspresi mingyu terlihat bingung, baru saja ia selesai menyampaikan informasi tentang ‘kabar bahagia’ kepada soonyoung. pasalnya orang yang sedang disuapi informasi itu hanya mengatakan ‘oh’ tanpa ada reaksi apapun yang bisa mingyu lihat.
“aneh dah gue sama lo berdua” kata mingyu dan soonyoung masih diam.
“kalau emang suka ya ngomong sama orangnya, keburu tunangan tuh” lanjut mingyu.
bahkan mingyu pernah bertanya “nyong, lo suka ya sama jihoon?” dan soonyoung hanya menjawab “ya suka, kan temen” dibalas oleh tatapan malas dari mingyu. lalu soonyoung hanya tertawa karena sebenarnya dia paham maksud dari pertanyaan mingyu itu bukan mengarah pada jawaban yang baru saja ia ucapkan.
semua perkataan mingyu tidak ada yang salah dan tidak ada yang benar. di mata soonyoung kata-kata dan pertanyaan mingyu itu terlalu abu-abu. abu-abu karena soonyoung sendiri yang tidak mau atau mungkin dia masih mempertimbangkan hal lain supaya bisa merubah warna abu-abu itu menjadi lebih jelas.
menurut pandangan soonyoung, sejauh apapun jarak perjalanan yang pernah ia tempuh dengan jihoon tidak akan menghilangkan fakta bahwa jihoon hanyalah sahabatnya dan frekuensi bertemu, mengobrol sampai jam tiga subuh tentang hal-hal kecil yang membuat mereka berdua tertawa bukan jaminan kalau perasaan yang sama akan muncul di hati jihoon.
jadi soonyoung hanya bisa diam, si pengecut ini tidak mau cari gara-gara apalagi sekarang sudah ada label ‘akan bertunangan’ pada diri jihoon. dengan orang lain, tentunya.
“gue udah kasih tahu soonyoung” sudah tiga hari semenjak mingyu mengatakan itu kepada jihoon. tidak ada respon, tidak ada tanda-tanda kalau soonyoung akan mengucapkan selamat kepada jihoon, bahkan ketika jeonghan, jisoo, mingyu dan jihoon berkumpul, soonyoung memilih untuk tidak ikut.
semakin bingung tapi jihoon tidak bisa menyampaikan kebingungan ini kepada yang lain. sampai akhirnya jihoon memberanikan diri untuk menelpon soonyoung, pada jam sebelas malam.
“hallo?”
“hallo”
“udah tidur?”
“kenapa?”
“pusing, minggu ini hari jum’at sampai minggu jadiin ke jogja yuk? kan minggu depannya aku mau tunangan”
“oh … ayo, bisanya berangkat malem tapi jam delapan”
“iya gak papa, jihoon juga sama ko”
“yaudah, jum’at jam delapan malam di stasiun ya”
untuk pertama kalinya, agenda telponan mereka berhenti dengan begitu cepat. hanya dua menit, hitungan yang terlalu sebentar itu membuat jihoon akget sendiri. dari yang biasanya dua jam paling sebentar sekarang menjadi dua menit. berapa kali lipat jihoon merasa kehilangan sosok soonyoug pada detik pertama setelah telpon itu dimatikan.
21.00 stasiun kereta gambir
pertama kalinya mereka bertemu setelah soonyoung mengetahui kalau jihoon akan tunangan— yang entah dengan siapa nya pun soonyoung belum tahu.
canggung bukan main, dari tatapan, keraguan untuk melakukan skinship, ada penghalang ditenggorokan mereka yang membuat mereka berdua tidak bebas untuk berbicara dan kebingungan yang semakin tertera jelas dipikiran masing-masing tentang ‘apa yang sedang terjadi dengan pertemanan ini’.
kereta berangkat pukul sepuluh malam dan ini merupakan perjalanan tersunyi yang pernah jihoon rasakan selama ia menjalankan misi persahabatan dengan soonyoung. biasanya, ada soonyoung yang berisik menceritakan tentang pekerjaannya di kantor lalu jihoon kompori dengan kata-kata andalannya “ih kasihan deh soonyoung sibuk, kaya jihoon dong di kantor kerjaannya gak banyak” lalu soonyoung cubit bibir jihoon sambil tertawa. sangat berbeda dengan suasana yang sedang mereka jalani saat ini, jihoon yang duduk dekat dengan jendela hanya bisa diam sambil memainkan handphonenya, karena soonyoung di sebelahnya sedang pura-pura tidur.
baru setengah perjalanan, jihoon terbangun perutnya keroncongan. memang dia belum makan malam, tadinya berencana makan malam sambil menunggu keberangkatan, sayangnya karena agenda canggung antara dirinya dan soonyoung, jihoon jadi lupa akan rencananya yang satu itu.
“soonyoung … bangun, jihoon lapar” dan yang jihoon tepuk-tepuk pelan tangannya mulai membuka matanya, ia terbangun.
“kenapa?” tanyanya sambil melihat ke arah jihoon.
“lapar … belum makan malam”
“yaudah tinggal makan”
“temenin”
“yaudah ayo”
pada akhirnya, soonyoung juga ikut menikmati makanan yang ada di kereta tersebut, karena dia juga belum makan malam. sama seperti jihoon, soonyoung juga melupakan makan malam saking canggungnya.
tidak ada yang mereka bicarakan ketika makan, lagi-lagi ini merupakan makan malam paling pagi dan juga paling sepi yang pernah jihoon dan soonyoung lalui ketika bepergian. makan jadi sebentar karena tidak ada obrolan dan candaan yang menghentikan pergerakan mengunyah makanan.
gerbong restorasi ini kalau bisa berbicara mungkin sudah mengatakan dua manusia cupu ini sungguh sangat menyedihkan, sudah makan kepagian canggung pula. seperti orang asing yang mau tidak mau harus makan berhadapan karena tidak ada lagi tempat duduk yang kosong.
“soonyoung mau langsung tidur lagi?” tanya jihoon, mereka sudah duduk ditempatnya lagi.
“iya” jawab soonyoung.
“okey” jihoon masih bersabar dengan sikap soonyoung yang semakin membuatnya kesal.
dan soonyoung kembali (pura-pura) tidur lagi. jihoon disampingnya hanya bisa memutarkan bola matanya kesal, jihoon mengeluarkan lagi handphonenya menyetel lagu dan memakaikan satu headset di telinganya lalu memasangkan satu headset ke telinga kiri soonyoung.
jihoon memutar lagu-lagu yang ada di playlist top 50 indonesia, sepuluh lagu sudah terputar dan dia masih belum bisa tidur. lima belas lagu sudah terputar dan jihoon akhirnya mencoba bersikap biasa saja kepada soonyoung— maksudnya mencoba untuk tidak canggung ketika dia berada di samping soonyoung. seperti saat ini jihoon sudah menyenderkan kepalanya ke pundak soonyoung tanpa ragu, yang memang jihoon sering melakukan hal tersebut selama mereka menempuh perjalanan yang cukup jauh.
dan soonyoung sadar, soonyoung juga belum tidur. isi kepalanya kembali mengulang rekaman yang terjadi pada dirinya beberapa hari yang lalu. sampai soonyoung kembali— untuk yang kesekian kalinya bertemu dengan rekaman ingatan yang sama “nyong, lo suka ya sama jihoon?”.
pukul enam pagi, akhirnya mereka sampai di jogja. langsung menuju hotel yang sudah mereka booking. sesampainya di hotel, mereka membersihkan diri dan berencana untuk beristirahat setengah hari.
“makan siang di luar ya?, habis itu mau kemana?” tanya jihoon yang sekarang sedang tiduran di atas kasur yang nyaman, merebahkan badannya karena perjalanan delapan jam membuatnya kelelahan.
“kita makan siang jam dua aja, sekarang istirahat aja dulu. habis makan siang, jam tiga kita jalan-jalan aja sebentar. malamnya ke malioboro kali ya?” rencana soonyoung yang selalu jihoon ikuti, apapun yang sudah soonyoung rencanakan jihoon hanya perlu mengikutinya kemanapun dan apapun yang akan dilakukan.
“soonyoung … marah ya? sama jihoon?” tanya jihoon, melihat soonyoung yang juga sedang tiduran disampingnya.
tiba-tiba saja pertanyaan itu jihoon lontarkan kepada soonyoung, sebagai tanda untuk berhenti bersikap canggung dan juga sebagai awal supaya mereka bisa bersikap seperti biasanya, setidaknya itulah harapan jihoon.
“enggak ko, kenapa harus marah emang?”
“soalnya enggak ngasih tahu secara langsung kalau mau tunangan, malah nyuruh mingyu”
tapi jihoon masih saja salah kata dan kalimat, bukannya mengurangi kecanggungan, perkataan jihoon barusan hanya akan membuat suasana semakin canggung seratus kali lipat.
“oh, enggak ko. biasa aja”
“oh, okey deh”
lalu mereka diam lagi, tatapannya masih ke langit-langit. ketika soonyoung bingung harus menanggapi pertanyaan jihoon seperti apa, di sisi lain jihoon malah mulai berspekulasi kalau dugaannya memang benar. dugaan kalau soonyoung selama ini hanya menganggapnya sebagai teman, tidak pernah lebih.
“jihoon kan bingung, sering banget ditanyain kapan nikah. soonyoung juga tahu kan, makanya jihoon bilang aja sama orang tua jihoon kalau jihoon lagi suka sama seseorang” jihoon tiba-tiba ingin menjelaskan secara detail kepada soonyoung.
“terus jihoon bilang sama ayah kalau jihoon suka sama daniel” lanjutnya lagi.
“daniel? temen kuliah dulu?” tanya soonyoung.
“iya”
“oh”
dan soonyoung juga mulai berspekulasi kalau dugaannya benar, dugaan kalau jihoon selama ini hanya menganggapnya sebagai teman, tidak pernah lebih.
“jihoon bingung, malah sakit ininya, sesak” jihoon mengatakan itu sambil menepuk pelan dadanya sendiri.
“jihoon ko aneh, mau tunangan harusnya seneng ko malah bingung” jawab soonyoung tanpa melihat jihoon.
“jihoon kan asal aja, terus ternyata ayah kenal sama orang tua daniel. ayah bilang ke orang tua daniel dan katanya daniel emang suka sama jihoon dari jaman kuliah. terus mereka setuju mau jodohin kami sampai udah nentuin tanggal tunangan”
betul kalau jihoon bilang dirinya asal, saat itu saking kesalnya jihoon hanya menyebutkan nama orang lain yang terlintas— pokoknya selain soonyoung, mingyu, jeonghan dan jisoo, lalu nama daniel yang jihoon ingat, dia sebutkan nama itu dan jihoon kaget ketika ayahnya sendiri mengenal orang tua daniel.
waktu itu ayah jihoon bilang “katanya daniel juga suka sama kamu, nanti ayah diskusikan lagi dengan orang tuanya daniel kapan kalian tunangan” dan jihoon hanya bisa bengong mendengarkan setiap penjelasan dari ayahnya itu.
yang lebih parah lagi adalah orang tua jihoon menganggap kalau jihoon ini menyukai daniel sudah lama tapi baru bisa mengatakannya sekarang setelah dipaksa untuk mencari pasangan. katanya “pantas saja jomblo terus, ternyata nungguin daniel toh”.
“bodoh” kata soonyoung, ia terbangun dan duduk di kasur menatap jihoon yang juga sedang menatap soonyoung.
“iya emang”
“bodoh banget lee jihoon” ulangnya lagi.
“yaudah iya, emang bodoh. terus gimana?”
“ya gak gimana-gimana, jihoon lagi gak ada yang disuka kan? atau emang selama ini suka sama daniel? waktu kuliah kan lumayan deket”
“enggak ko … maskudnya enggak tau bingung”
“oh … “
jawaban jihoon membuat soonyoung menambahkan spekulasi baru yaitu “oh … jadi suka sama daniel ya selama ini” dan respon soonyoung semakin memperkuat spekulasi jihoon sebelumnya “tuh kan, emang soonyoung gak pernah suka sama jihoon”
mereka berdua, terlalu sering bergulat dengan spekulasi yang mereka buat sendiri, mengada-ngada supaya semua yang ada dalam pikiran mereka menjadi kenyataan, ketakutan mereka semakin terlihat karena selalu mereka bayangkan.
bukannya memperjelas dengan berbicara satu sama lain, jihoon dan soonyoung lebih memilih berbicara dengan asumsi mereka masing-masing.
setelah jihoon bercerita, perasaan dan sikap canggung yang menghalangi mereka semakin terlihat. dari makan siang sampai mereka jalan-jalan ke malioboro, tidak ada candaan yang mereka lontarkan.
mereka berbicara hanya seperlunya saja, mau kemana lagi?, mau beli apa?, kita mau ke sana gak?, capek gak? atau kata terakhir yang bisa didengar adalah ayo pulang ke hotel, soonyoung gak capek emang?
destinasi terakhir yang membingungkan, baru kali ini mereka jalan tapi yang lebih menguasai adalah isi pikiran mereka yang terus-terusan menumbuhkan dugaan-dugaan baru. yang membuat energi mereka habis meskipun tidak melakukan apapun.
“besok pilih mau ke borobudur atau ke parangtritis? aku capek, jadi jihoon pilih salah satu aja”
“parangtritis, sore sebelum kita malamnya pulang”
“okay”
misi persahabatan yang terakhir ini rasanya berkali-kali lipat lebih melelahkan bagi soonyoung maupun jihoon. jika dibandingkan dengan perjalanan sebelumnya, aktivitas yang mereka lakukan bahkan jauh lebih sedikit.
dengan mati-matian mereka menyingkirkan perasaan aneh dan kecanggungan yang tidak pernah mau pergi. ingin cepat kembali ke jakarta karena ini terlalu membingungkan. dan hari pertama sudah mereka lewati.
tujuan terakhir, parangtritis. soonyoung dan jihoon sedang duduk, menyaksikan matahari tenggelam secara perlahan.
“soonyoung … “ kata jihoon
“apa?”
“soonyoung pernah gak … tiba-tiba kepikiran jihoon, kaya tiba-tiba aja gitu … kangen … sama jihoon?”
ada misi lain yang sedang jihoon lakukan saat ini, yaitu misi untuk memastikan apakah dia memang memiliki perasaan kepada soonyoung atau tidak, begitupun sebaliknya, jihoon ingin soonyoung memastikan hal yang sama kepada dirinya.
ketika matahari yang sedang tenggelam itu menatap seisi dunia, menatap mereka yang juga sedang memfokuskan pandangan pada satu sama lain di pinggir pantai parangtritis.
“pernah, kalau jihoon? pernah gak kangen sama soonyoung?”
lalu jihoon sadar, kalau soonyoung juga memiliki misi yang sama..
“pernah— sering ko”
cahaya matahari yang semakin pudar, tapi soonyoung masih bisa melihat jihoon dengan jelas. bagaimana warna kemerahan itu muncul di pipi dan telinga jihoon. hangatnya sore itu bahkan terasa sampai ke telinga soonyoung yang memberikan efek merah dengan sendirinya.
“soonyoung … suka sama jihoon, suka banget … sampai gak sanggup buat ngehadapin jihoon setelah soonyoung tahu kalau jihoon mau tunangan”
“suka sebagai teman?” tanya jihoon pelan.
“bukan … lebih dari itu, rasanya tuh kaya … sayang banget”
“jihoon juga … sama kaya gitu”
“tapi jihoon mau tunangan” kata soonyoung, masih dengan tatapan yang lembut pada jihoon.
“... iya” dan jihoon masih memberikan respon yang tidak akan pernah ingin ia dengar lagi.
memang ada yang aneh dengan mereka berdua, setidaknya itu pendapat tiga temannya yang lain. mingyu berkali-kali menanyakan tentang perasaan soonyoung kepada jihoon. tapi soonyoung selalu mengelak. jihoon juga selalu sadar kalau dia memberikan afeksi yang berlebih kepada soonyoung, dia selalu memberikan waktunya kepada soonyoung, jihoon juga sangat nyaman ketika ia berada di dekat soonyoung, seringkali jihoon merasa deg-degan dengan perlakuan soonyoung dan jihoon sadar akan apa yang sedang ia rasakan, seringkali jihoon merasa senang dengan perasaan itu tapi lebih sering lagi jihoon mengelak dengan perasaannya sendiri.
dalih ‘pertemanan’ yang selalu menjadi tameng diantara mereka.
“tapi satu minggu lagi ya, keluarga jihoon udah nyiapin semuanya”
dan matahari itu tenggelam, bertepatan dengan hilangnya harapan soonyoung untuk bisa bersama dengan jihoon. tergantikan oleh gelap, yang entah kapan bisa terang kembali. bukan besok, apalagi minggu depan ketika jihoon sudah resmi menjadi tunangan orang lain.
hanya ada satu kalimat yang pernah jihoon sesali kenapa bisa dengan mudahnya keluar dari mulut jihoon dan hanya ada satu situasi yang sampai sekarang masih bisa jihoon ingat dengan jelas bagaimana bingung dan frustasinya jihoon saat itu.
berputar dengan kata tunangan, pikiran dan tindakannya berpusat pada satu kegiatan yang akan dilakukan beberapa jam lagi. hatinya masih tidak bisa menerima untuk melepas dan menerima yang baru, logika terus merutuki kebodohan yang telah diperbuat oleh dirinya sendiri.
dengan beberapa ketakutan dan ketidakyakinan mengenai hal-hal yang akan dihadapi selanjutnya, jihoon dan daniel bertunangan pada hari sabtu bersamaan dengan soonyoung yang sedang sibuk mengemas barangnya, bersiap meninggalkan jakarta.
bagi jihoon, satu hari setelah bertunangan dengan daniel, ia tidak merasakan terlalu banyak perubahan. masih di rumah yang sama, bedanya orang tua jihoon sudah tidak lagi menyapa pagi harinya dengan kata-kata tuntutan. masih ada daniel yang memberikan ucapan selamat pagi dan sebagainya, menggantikan posisi soonyoung, bedanya hati jihoon tidak merasakan apapun ketika membaca pesan-pesan itu muncul di layar handphonenya. tidak ingin cepat-cepat membalas, tidak ada niat untuk memberikan respon yang biasanya selalu ia berikan kepada soonyoung.
sedangkan di sisi lain, ada soonyoung yang hidupnya memiliki perubahan yang cukup signifikan. berpindah tempat, dari yang panas ke yang lebih sejuk. bangun pagi tidak memegang handphone untuk mengirimkan pesan kepada orang lain lagi. bahkan posisinya sekarang masih mencari pekerjaan. setidaknya masih ada orang tua soonyoung yang mengerti dengan keputusannya itu. soonyoung kembali membuat asumsi, pikirnya ‘mungkin jihoon sudah bahagia sekarang, jadi lebih baik aku pergi saja’ karena untuk sekedar menjadi teman jihoon pun soonyoung tidak sanggup. semuanya sudah berbeda, ketika soonyoung mengatakan bagaimana perasaannya kepada jihoon, pun sebaliknya.
sayangnya, kenyataan selalu berbeda dengan asumsi yang dibuat tanpa mengobservasi terlebih dahulu. menolak akses untuk fakta itu masuk, soonyoung tidak tahu kalau jihoon merasa tersiksa dengan keputusannya sendiri bahkan setelah satu bulan terlewati dari hari ia bertunangan.
pada minggu pertama jihoon sudah tidak lagi merasa nyaman, dia bahkan sudah mengatakan sebuah kejujuran kepada daniel. mengatakan kalau dia hanya asal menyebut nama daniel waktu itu. dua minggu setelah tunangan, jihoon mulai memohon kepada daniel untuk segera membatalkan rencana pernikahan. tiga minggu setelah bertunangan, jihoon mengatakan kalau dia menyukai orang lain, kalau jihoon tidak pernah sedikitpun memiliki perasaan kepada daniel dan jihoon meminta maaf atas kebodohannya itu. dan satu bulan setelah bertunangan, daniel bahkan sadar kalau banyak hal yang berubah dari diri jihoon. daniel tahu jihoon sangat ceria ketika mereka berkuliah, daniel tahu kalau jihoon bukanlah orang yang se-murung ini. daniel juga paham, dengan kondisi jihoon, beberapa kali jihoon sakit, tidur sambil mengigaukan nama soonyoung.
titik terang yang sangat jelas dirasakan oleh daniel ketika ia tidak sengaja melihat jihoon secara frustasi, penuh dengan keputusasaan mengatakan kalau jihoon ingin bertemu dengan soonyoung sambil melihat ke layar handphone yang menunjukan foto jihoon bersama dengan soonyoung. dan disitulah daniel mengatakan pada dirinya sendiri, kalau dia tidak punya tempat di hati jihoon.
setelah itu, daniel memutuskan untuk mengobrol dengan jihoon. sepakat dengan keinginan jihoon meskipun pada akhirnya daniel juga sedikit tidak ikhlas karena harus melepaskan orang yang selama ini ia inginkan. tapi dari dulu, daniel tidak pernah bersikap egois. dia hanya akan mengikuti alur perasaan dan jalan mana yang akan membuatnya memiliki seseorang yang juga mencintainya dengan benar.
jika daniel rela, maka tidak dengan orang tua mereka. katanya semua sudah disiapkan, pernikahan akan segera ditentukan tanggalnya, dua keluarga sudah klop, semuanya sudah siap— tapi tidak dengan keadaan jihoon, perasaan dan mentalnya tidak akan pernah siap. setiap hari dia hanya menyesali perkataannya, tidak ada hal yang membuat jihoon semangat melakukan aktivitasnya lagi.
banyak hal yang jihoon lakukan, memohon dan sebagainya. begitupun dengan daniel, ikut menjelaskan dan memohon kepada orang tuanya sendiri. tidak mudah memang mengalahkan argumen orang tua. karena orang tua akan merasa merekalah yang paling tahu, pengalaman mereka hidup di dunia ini lebih berharga dibandingkan dengan apa yang anaknya katakan.
tapi jihoon tidak pernah menyerah untuk memohon, dan ketika orang tua daniel memutuskan untuk mengikuti kemauan daniel, orang tua jihoon pun sudah pasrah. dua keluarga itu sepakat untuk menyudahi pertunangan yang sudah terjadi antara jihoon dan daniel.
beberapa hari setelah jihoon kembali diberikan kebebasan. ia menghubungi jeonghan, jisoo dan mingyu, berkumpul dan menceritakan apa yang terjadi pada dirinya.
“yaampun, jihoon sumpah lo” kata jeonghan masih tidak percaya atas apa yang barusan jihoon jelaskan.
“gue sih sebenernya udah ada feeling kalau kalian itu ada apa-apanya, ya meskipun kalian juga bodo banget pada gak ngeuh sama perasaan masing-masing” selama ini jisoo pernah beberapa kali ingin mengatakan kalau soonyoung dan jihoon itu memiliki sesuatu yang dia tidak ketahui, tapi kalau jisoo berbicara takutnya malah akan membuat pertemanan mereka canggung, makanya dia selalu enggan menanyakan hal yang selama ini ia duga.
“ah soonyoung juga sama aja, gue tanya ‘suka sama jihoon gak?’ cuman dibalas senyum doang atau dia diam kaya patung bingung mau jawab apa” jelas mingyu.
“terus sekarang … soonyoung dimana?” tanya jihoon.
“gak tau, dia bilang nanti bakal ngehubungin kita lagi kalau udah siap” mingyu mengatakan apa yang pernah soonyoung sampaikan kepadanya, dua hari sebelum soonyoung meninggalkan jakarta.
“udah sebulan lebih”
“sabar, nanti kalau soonyoung ada ngehubungin gue, gue kasih tahu lo”
jihoon pulang dengan perasaan yang kosong, dia masih belum puas, dia masih ingin mencari. belum saatnya dia menyerah, yang tahu kalau hubungan antara soonyoung dan jihoon memiliki harapan hanya jihoon, jadi jihoon tidak bisa menyerah secepat ini.
“hallo”
“ibu?”
“iya jihoon?”
“ibu … soonyoung dimana?”
“ … “
“ibu?”
“ibu hanya tahu kemananya, tidak tahu detail apartemen apa nomor kamar berapa”
“tidak apa-apa ibu, tolong kasih tahu jihoon, soonyoung kemana?”
sedikit cerita tentang ibu soonyoung yang tidak terlalu paham akan hubungan anaknya itu dengan jihoon. oleh karenanya ia memberikan informasi kepada jihoon, sepengetahuannya, meskipun masih jauh dari kata menemukan titik yang sesuai dengan tempat soonyoung yang sekarang.
besoknya jihoon bersiap untuk pergi ke kota yang tadi malam ibu soonyoung sebut. izin untuk mencari soonyoung kedengarannya seperti hal konyol tapi tetap jihoon lakukan dengan berpamitan kepada orang tuanya.
jihoon sudah sampai di hotel, beristirahat sejenak. entah bagaimana dia akan menemui soonyoung di kota yang cukup besar ini. ada satu daerah yang ibu soonyoung sebutkan, dan jihoon akan pergi ke daerah tersebut mendatangi setiap apartemen atau hotel yang bisa saja soonyoung gunakan sebagai tempat untuk menetap.
besoknya jihoon mulai mencari, fokus pada daerah itu. menanyakan satu nama kepada resepsionis apartemen dan hotel yang ia lewati. baru dua hotel dan satu apartemen yang jihoon datangi, tapi jihoon sudah merasa kelelahan. capek rasanya, dia mau mengeluh karena ini terlalu susah untuk ia hadapi sendirian. salahnya sendiri juga, ketika jeonghan, jisoo dan mingyu menawarkan diri untuk ikut membantu, jihoon malah menolak.
sore itu jihoon beristirahat duduk di luar alfamart sambil meminum minumannya yang sudah tidak dingin lagi. mengecek handphonenya dan menghubungi ketiga temannya kalau jihoon masih belum bisa menemukan soonyoung. beberapa kali juga jihoon dihubungi oleh ibu soonyoung, bahkan ibu soonyoung pun sedang kesusahan menghubungi anaknya. terakhir kali soonyoung menelpon katanya dia akan menelpon lagi kalau perasaannya sudah membaik, soonyoung benar-benar hanya ingin beristirahat dan tidak mau berinteraksi dengan siapapun.
sudah terlalu sore dan jihoon memutuskan untuk kembali ke hotel, dia masuk lagi ke dalam alfamart berniat untuk membeli beberapa makanan dan minuman. jihoon terlarut dengan memilah beberapa makanan yang akan dia beli. karena biasanya kalau sedang bepergian seperti ini, soonyoung yang selalu memilihkan berbagai macam makanan untuk stok makanan di hotel.
setelah beberapa lama, akhirnya jihoon menuju kasir. dia mengantri, ada empat orang didepannya. pintu itu terbuka, satu pelanggan lagi datang.
“permisi” katanya, berusaha untuk melewati orang yang mengantri karena ia akan mengambil barang yang dibutuhkan di pojokan sana.
Jihoon mendengar suara itu, ia langsung berbalik ke belakang. pandangannya terjatuh tepat pada orang yang baru saja masuk mengatakan “permisi”.
“soonyoung” panggil jihoon, ia keluar dari baris antrian.
“soonyoung” panggilnya lagi, jihoon memegang tangan soonyoung.
“jihoon kenapa ada di sini?”
“soonyoung kita ke luar dulu, okey?”
jihoon meletakan beberapa makanan yang tadi sudah ia ambil, tidak jadi membeli karena masih harus mengantri sedangkan keinginannya untuk berbicara dengan soonyoung sudah tidak bisa ia tahan lagi.
“kamu tinggal di mana?” tanya jihoon
soonyoung masih diam, dia terus menengok ke arah lain. lebih tepatnya mencari orang lain yang seharusnya ada di samping jihoon.
“jihoon lagi liburan di sini? daniel nya mana?”
memang soonyoung tidak peka, soonyoung tidak tahu akan hal apa saja yang sudah terjadi pada jihoon selama satu bulan kebelakang.
“enggak liburan, enggak sama daniel”
“terus?”
“jihoon sendirian, cari soonyoung”
soonyoung bingung sendiri, keningnya mengkerut mendengar perkataan jihoon.
“soonyoung … jihoon boleh ikut ke apartemen soonyoung enggak?”
“gak boleh, nanti daniel marah”
“gak marah, gak akan ko. nanti jihoon jelasin di sana”
“gak boleh, jihoon”
“soonyoung … “
“jihoon jangan kaya gini, gak enak sama orang tua, sama daniel juga”
“soonyoung, jihoon udah gak tunangan lagi sama daniel”
“ha? maksudnya?”
“ke apartemen soonyoung dulu, nanti jihoon jelasin”
meskipun masih bingung, soonyoung akhirnya menuruti kemauan jihoon. mereka datang di unit apartemen soonyoung yang tidak terlalu besar. beberapa kaos berantakan di lantai.
“joroknya” kata jihoon dan soonyoung hanya bisa meminta maaf sambil mengambil kaos kotor yang berserakan tadi.
dan setelah mereka duduk dengan tenang, jihoon mulai menceritakan apa yang telah soonyoung lewatkan. begitupun dengan soonyoung, ia juga menceritakan bagaimana kehidupannya setelah meninggalkan jakarta.
“jihoon gak papa?”
“cuman kangen soonyoung … banget”
“aku juga— maksudnya soonyoung juga kangen banget sama jihoon”
hanya ada satu hal yang ingin sekali jihoon lakukan saat ini. dia melihat soonyoung sedang mengatakan hal yang sama dengan apa yang ia rasakan, duduk di depannya.
“mau dipeluk soonyoung, boleh gak?” tanya jihoon
dan soonyoung tertawa, memeluk jihoon dengan erat. melepaskan ketakutan yang ia rasakan selama ini, menghilangkan semua spekulasi yang soonyoung sudah buat, dan menjauhkan tameng ‘pertemanan’ diantara mereka.
di kota, yang baru saja soonyoung datangi satu bulan yang lalu. di apartemen yang baru saja soonyoung tempati, jihoon tidak mau melepaskan pelukan soonyoung. dia ingin menikmati momen ini, momen yang harus ia dapatkan dengan susah payah hasil dari kebodohannya sendiri.
di satu sisi, jihoon bersyukur karena kebodohannya bisa menutupi kebodohan lainnya, bisa mengungkap perasaan yang selalu soonyoung dan jihoon pendam, menghilangkan penolakan pada perasaan masing-masing yang sudah berlangsung cukup lama itu.
canggung yang mereka bawa ke jogja sudah hilang, mereka sudah bersikap seperti biasanya lagi. seperti bagaimana mereka bersikap ketika jauh dari teman-teman dan ibu kota— ketika mereka jalan-jalan dan menjalankan misi persahabatan.
malam itu, suara tv terdengar tapi mereka berdua tidak peduli. saat ini jihoon sedang memperhatikan soonyoung yang sedang menjelaskan sesuatu. jihoon suka, kalau soonyoung sudah banyak berbicara seperti sekarang.
“tadinya sih mau tinggal di sini, cari kerja di sini”
“gak boleh” kata jihoon, ia duduk dan raut wajahnya terlihat tidak senang.
“nanti kita judulnya jadi long distance relationship dong? gak bisa jihoon kalau kaya gitu” lanjutnya lagi.
“tapi kan—”
“gak ada tapi-tapi, jihoon ditinggal soonyoung satu bulan aja kelimpungan. capek, nangis terus, mana jadi suka sakit. aneh sama diri sendiri tapi emang kaya gitu kemarin waktu ditinggalin sama soonyoung”
“maaf ya jihoon, soonyoung gak tahu kalau jihoon bakal sedih kirain kan mau seneng-seneng aja sama daniel”
“ngaco banget pemikirannya”
“yaudah deh, nanti soonyoung ke jakarta lagi, cari kerja lagi disana”
soonyoung juga tidak mungkin tega meninggalkan jihoon lagi, meskipun sekarang status mereka masih belum jelas. tapi tadi jihoon sudah klaim mengenai ‘long distance relationship’ yang secara tidak langsung jihoon mengatakan kalau mereka berdua sudah memiliki hubungan yang lebih dari ‘persahabatan’
pukul dua pagi, dan mereka masih belum tertidur. banyak hal yang mereka bicarakan tapi belum dengan status hubungan. beberapa orang mereka bicarakan tapi tidak dengan nama daniel. jihoon masih ragu untuk memulai pembicaraan karena soonyoung masih tampak tidak yakin, entah itu dengan keadaan mereka saat ini atau dengan fakta bahwa jihoon sudah selesai dengan daniel.
“aku beneran … udah selesai sama daniel, kalau soonyoung ke jakarta nanti, jihoon tetep sama soonyoung” kata jihoon menjawab dari pertanyaan yang terpampang jelas dari ekspresi bingung soonyoung yang masih saja belum mau menghilang.
“jihoon … mau gak jadi pacar soonyoung?” tanya soonyoung tiba-tiba membuat jihoon diam untuk sepersekian detik tanpa memberikan jawaban apapun.
“tiba-tiba banget gak pake salam dulu”
“jadi gimana hubungan kita ini? mau sahabatan aja?”
“gak, gak ... “ jawab jihoon sambil terus menggelengkan kepalanya.
“kita harus pacaran, jihoon mau ko jadi pacar soonyoung” lanjut jihoon.
“level up status, jadi pacaran nih kita”
“statusnya dilevel up, misinya juga nambah dong?”
“ke jogja harus balik lagi, yang kemarin gak afdol soalnya stress selama perjalanan”
“okey, terus apalagi?”
“jihoon maunya apa lagi yang harus kita datangi atau yang harus kita capai?”
“kalau jihoon sih maunya … level up lagi status kita hehe”
maksudnya, nikah. soonyoung hanya bisa tertawa. jihoon bilang soonyoung harus bisa karena hampir saja jihoon menikah dengan orang lain makanya soonyoung harus cepat-cepat menaikan level hubungan mereka.
soonyoung memang sudah mempersiapkan sebelumnya, sebelum ia tahu kalau jihoon akan bertunangan dengan daniel, ketika ia masih berharap kalau hubungan sahabat itu bisa berubah menjadi pacar. soonyoung sudah merencanakan akan segera melamar jihoon. tapi kemarin rencananya benar-benar ia coret dari list yang akan ia lakukan. tapi sekarang dengan adanya jihoon lagi di sisinya. dengan status yang sudah lebih tinggi, soonyoung menimbulkan kembali rencana itu dalam dirinya.
mataharinya yang hilang di parangtritis saat itu sudah kembali lagi membawa misi yang lebih berat. soonyoung tidak protes, bahkan ia sangat bersyukur karena jihoon datang, bersusah payah menuju tempatnya untuk menyampaikan informasi— yang selama ini soonyoung anggap sebagai angan-angan dalam tidurnya yang kurang nyaman, seperti mimpi di dalam mimpi, yang tidak akan pernah bisa tercapai.
keraguannya untuk tinggal di jakarta juga terpatahkan ketika jihoon tidur dengan lelap di sampingnya seperti sekarang. tidak ada hal yang bisa membuat soonyoung lebih senang, mendengar suara jihoon sebelum tidur, melihat wajah jihoon ketika jihoon tidur, memeluk jihoon, dan ketika bangun ia akan disuguhi dengan jihoon lagi.
bahagianya soonyoung itu memang jihoon, pun sebaliknya.
tuh kan aneh. pikir mingyu ketika melihat soonyoung terus-terusan tersenyum melihat jihoon yang sedang bercanda dengan jeonghan dan jisoo. senyumnya terlalu lebar untuk orang yang ‘tidak memiliki perasaan’ itu.
kan kan bener kan. ocehan mingyu pada dirinya sendiri. pasalnya mingyu melihat soonyoung dan jihoon sedang bercanda sambil tertawa tanpa memperdulikan orang lain tapi gestur tubuh yang mereka berikan sangat berbeda dengan ‘candaan seorang teman’. mingyu tidak pernah membenarkan rambut jihoon ketika mereka bercanda seheboh apapun itu meskipun rambut jihoon berantakan mingyu tidak akan membetulkan rambut jihoon dengan penuh kasih sayang seperti apa yang sedang soonyoung lakukan saat ini.
fix lah anjir, ni orang berdua emang ya. kata mingyu pelan, ketika dia tidak sengaja mendengar soonyoung yang sedang menelpon jihoon.
apaan dah mereka di depan kita-kita aja gue – lo, pas berduaan pake nya soonyoung – jihoon. keheranan mingyu ini tidak hanya berhenti di sana, sebagai orang yang percaya kalau antara soonyoung dan jihoon ini ‘ada apa-apanya’ mingyu selalu mencari celah, mencari titik titik yang menurut dia bisa disatukan jadi suatu fakta. siapa juga yang tidak curiga ketika ada temannya kalau liburan cuman mau berduaan. kalau kata mingyu sih, itu aneh, aneh banget malah.
berbeda dengan jeonghan dan jisoo yang enggan mengurusi tentang keanehan hubungan soonyoung – jihoon. selain malas untuk mengorek informasi, mereka berdua juga lebih takut dengan omelan jihoon yang akan terus-terusan mereka terima jika salah mengucapkan satu kata yang tidak jihoon sukai.
contohnya adalah, waktu itu, ketika hanya jihoon, jeonghan dan jisoo kumpul. jihoon pernah keceplosan bilang ‘soonyoung lagi apa ya’ lalu setelah itu dengan jahilnya jeonghan dan jisoo mengatakan ‘ciee kangen ya sama soonyoung’ sampai telinga jihoon merah. malamnya, jeonghan dan jisoo menerima ceramah dari jihoon, bahkan besoknya jihoon jadi tidak mau berbicara dengan mereka.
jeonghan dan jisoo pun berhenti, karena perkataan jihoon saat itu lebih masuk akan dibanding dengan kata-kata godaan yang mereka berdua lontarkan. katanya ‘jangan kaya gitu, nanti kalau gue sama soonyoung jadi canggung gimana, padahal tadi gue cuman nanya doang, kalau sampe jadi masalah gede semuanya salah kalian ya’
makanya, ketika mingyu masih meyakini bahwa soonyoung dan jihoon memiliki perasaan yang lebih dari— yang selama ini mereka bilang suka sebatas teman, jeonghan dan jisoo menyerah dan memutuskan untuk tidak pernah menggoda jihoon lagi.
ada alasan tertentu kenapa soonyoung memilih misi persahabatan diantara mereka harus travelling. harus jalan-jalan dan menuju ke satu tempat tertentu.
pertama, biar jihoon paham kalau di luar sana ada tempat-tempat yang indah. ke dua, kalau poin pertama menurut jihoon ‘ah tempatnya biasa aja’ maka soonyoung ingin membuat jihoon mengerti kalau ini semua bukan tentang ‘tempat’ itu melainkan ‘dengan siapa’ kamu ke tempat itu, menghabiskan waktu dengan siapa di tempat yang sudah menjadi tujuan dari awal menginjakkan kaki ke dalam suasana baru. ke tiga, soonyoung merasa jihoon dan dirinya lebih bebas melakukan apapun itu ketika mereka berdua tanpa memikirkan pekerjaan dan hanya fokus pada ‘mereka’ saja. ke empat, soonyoung hanya ingin jihoon paham, kalau tanpa dirinya semua perjalanan akan terasa hampa dan tidak asik.
dari awal, yang mereka sebut ‘misi persahabatan’ itu, memiliki misi terselubung dari yang orang merencanakannya yaitu soonyoung. kalau jihoon hanya menerima saja, toh pada dasarnya misi jihoon juga sama, yang penting dekat sama soonyoung biar soonyoung paham kalau jihoon ada rasa.
jakarta, 2 bulan kemudian
“jadi kalian gimana sekarang?” tanya mingyu terang-terangan di depan jeonghan dan jisoo.
“gimana apanya?” tanya jihoon
“hubungan lo berdua, gimana? masih pake label sahabatan gak?” jelas mingyu, setelah soonyoung ke jakarta, ini pertama kalinya mereka berlima kumpul.
“gak tau, tanya aja soonyoung” jawab jihoon
“panggil nama ya sekarang” jeonghan sekarang lebih leluasa mengatakan hal-hal yang akan membuat pipi dan telinga soonyoung maupun jihoon menjadi merah.
“udah pacaran lah” kata soonyoung penuh dengan kebanggan.
“songong amat lu nyong. kemaren aja kalau ditanya suka sama jihoon, gak pernah mau jawab” jisoo hanya tertawa saja mendengar perkataan dari mingyu.
“pantesan ya selama ini jihoon selalu nanyain soonyoung kemana, soonyoung lagi sama siapa. ternyata … “ kata jisoo
“lebih parah lagi si soonyoung lah, selama ini suka diam-diam merhatiin jihoon. lo semua tau gak sih, dia udah kaya lagi ngeliat apaan aja. fokus banget sampe senyum-senyum sendiri”
soonyoung dan jihoon tidak bisa mengelak lagi, mereka cuman bisa diam mendengarkan semua perkataan teman-temannya.
mereka kembali melakukan kegiatan yang seperti biasanya. seperti sebelum soonyoung pergi dan meninggalkan jihoon.
setelah kemarin orang tua jihoon berhenti menuntut. sekarang mereka kembali mengatakan dan menananyakan hal yang sama setiap paginya.
“kapan nikah?”
tapi sekarang ada tambahannya.
”kapan nikah sama soonyoung?”
dan jihoon hanya bisa menjawab “ya gak tau, tanya aja soonyoung” seperti biasa.
lalu, kalau soonyoung sedang main ke tumah, orang tua jihoon akan habis-habisan memberikan kode keras. soonyoung sih hanya tertawa saja, tidak canggung ko toh memang dia ingin segera melaksanakan misi selanjutnya, bersama jihoon.
soalnya jihoon pernah bilang, lebih baik kita memulai misi selanjutnya dengan cepat supaya kita bisa buat misi yang lainnya.